cover
Contact Name
Arum Budiastuti
Contact Email
arumbudi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
up2dfibunair@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Mozaik Humaniora
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 24428469     EISSN : 2442935X     DOI : -
Mozaik Humaniora is a journal that focuses on the scope of humanities and accepts articles on cultural studies, linguistic and literary studies, as well as philology and historical studies.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 19 No. 1 (2019): MOZAIK HUMANIORA VOL. 19 NO. 1" : 10 Documents clear
Pergerakan Sakralitas-Nasionalisme Papua: Pola Pergerakan Aliansi Mahasiswa Papua dalam Ruang Solidaritas di Yogyakarta Fred Keith Hutubessy
MOZAIK HUMANIORA Vol. 19 No. 1 (2019): MOZAIK HUMANIORA VOL. 19 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.741 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v19i1.11624

Abstract

Artikel ini bertujuan menemukan pokok pergerakan Aliansi Mahasiswa Papua dan Nasionalisme pergerakannya yang semakin masif di Yogyakarta. Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa Aliansi Mahasiswa Papua mengalami keterpecahan secara struktur organisasi, dan menyemainya Nasionalisme Papua kepada Aliansi Mahasiswa Papua saat mereka bergabung dalam komunitas ini. Artikel dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan sumber pustaka. Artikel ini kemudian menemukan bahwa telah tersemainya Sakralitas-Nasionalisme Papua dalam organisasi Aliansi Mahasiswa Papua. Fakta-fakta sejarah menunjukan bahwa Nasionalisme ini memiliki kesakralan dan secara eksis dihidupkan melalui doktinasi oral dalam keluarga, sehingga telah menegaskan perasaan berbeda dengan Indonesia oleh Aliansi Mahasiswa Papua. Semakin kuatnya perasaan berbeda disebabkan oleh pengalaman partisipatif yang berhungan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia, dan tertutupnya ruang demokrasi akibat peran kapitalisme, imperialisme dan militerisme yang dalam pemetaannya merupakan musuh yang sengaja dibentuk melalui sistem oleh penguasa dan mendominasi kehidupan orang Papua. Hal ini mengakibatkan pergerakan mereka semakin masif dan bukti dari kegagalan Indonesia dalam membentuk Nasionalismenya kepada Papua. Karena ternyata, Sakralitas-Nasionalisme cukup kuat dalam diri mereka. Artikel ini juga menunjukan bahwa perlu ditinjau lebih mendalam melalui aspek hukum dan resolusi konflik.
Seluk-Beluk Prefiks Resiprokal ki- dalam Bahasa Loloda di Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara Maklon Gane; Wakit Abdullah; Dwi Purnanto
MOZAIK HUMANIORA Vol. 19 No. 1 (2019): MOZAIK HUMANIORA VOL. 19 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.306 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v19i1.11860

Abstract

Ada dua tujuan utama yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu pertama untuk mendeskripsikan proses morfosintaksis yang difokuskan pada seluk-beluk prefiks resiprokal ki- dalam bahasa Loloda dan tujuan kedua adalah menemukan dasar berkategori sintaksis apa saja yang dapat diimbuhi prefiks resiprokal tersebut tanpa mengabaikan kesesuaian atau harmoni fonologis dalam Bahasa Loloda sebagai anggota kelompok bahasa Halmahera Utara yang wajar dan berterima. Sumber data dalam penelitian ini adalah klausa atau kalimat yang mengandung prefiks resiprokal ki-. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara dan teknik introspeksi. Data yang terjaring dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prefiks resiprokal ki- dapat berpadu dengan verba yang silabe pertamanya mengandung vocal /i/. Ditemukan pula bahwa terdapat lima kategori sintaksis yang dapat berpadu dengan prefiks resipokal tersebut, di antaranya verba, nomina, adjektiva, numerial dan interjeksi. Selain itu, terdapat kekecualian yaitu nomina tokata ‘setan/roh jahat’, loanga ‘bambu’ dan adjektiva modongo ‘takut’ yang silabe pertamanya tidak mengandung vokal /i/, tetapi dapat diimbuhi dengan prefiks resiprokal ki- menjadi kitokata ‘kerasukan setan/roh jahat’, kiloana ‘bambu ambil air’ dan kimodongo yang bermakna ‘menakuti atau ditakuti’.
Komunitas Sastra, Produksi Karya, dan Pembangunan Karakter Ida Bagus Putera Putera Manuaba
MOZAIK HUMANIORA Vol. 19 No. 1 (2019): MOZAIK HUMANIORA VOL. 19 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.237 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v19i1.10563

Abstract

Dalam penelitian ini diteliti komunitas sastra beserta produk yang dihasilkannya. Tujuan penelitian ini untuk memahami komunitas sastra yang ada di Indonesia, dan menguak lebih jauh peranan produk komunitas sastra dalam pembangunan karakter di Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif- interpretatif, dengan perspektif sosiologi sastra--khususnya kajian dalam keterkaitannya dengan komunitas sastra sebagai lingkungan sastra yang berkapasitas sebagai yang memroduksi karya. Studi tentang peranan sastra yang diproduksi bukan oleh komunitas sastra, sudah banyak dilakukan di Indonesia. Namun, peranan produk yang diproduksi oleh komunitas sastra, belum pernah dilakukan secara spesifik, sehingga belum terkuak peranannya dalam pembangunan karakter di Indonesia. Originalitas penelitian ini, terutama terletak pada peranan produksi komunitas sastra dalam pembangunan karakter di Indonesia.
The Harmonization of Ecology and Balinese Local Identity through Music by Indie-Folk Trio Nosstress Yuanita Albhar
MOZAIK HUMANIORA Vol. 19 No. 1 (2019): MOZAIK HUMANIORA VOL. 19 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.129 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v19i1.9454

Abstract

This study explores the importance of art and ecological values in Bali, especially during the reclamation of Tanjung Benoa nowadays, which is reflected in the existence of music by Indie-Folk Trio Nosstress. Those two prominent aspects interweave the other facets in Bali—nature, social, culture, economy, until spiritualism—which then makes the basic tenet of Tri Hita Karana becomes harmonious. Using qualitative method as well as the theory of Constructing Community initiated by Barbara Hatley, the results of this study show that the ‘reality’ value of that phenomena is disharmonization between ecology and local which lies on the first half of the lyrics. Whereas the rest of the lyrics depict the need to revitalize the harmonization of both aspects which becomes the ‘ideal’ value from those Balinese artists. In conclusion, this study denotes that the ecological disharmony, that still strucks Bali until these days, is considered as a heavy polemic. This is because the role of nature as one of the aspects of basic principle Tri Hita Karana, makes it become respected as an essential thing for the Balinese society itself.
Masokhisme dalam Perspektif Fenomenologi Tubuh-Subjek Merleau-Ponty Kurniawan Kurniawan
MOZAIK HUMANIORA Vol. 19 No. 1 (2019): MOZAIK HUMANIORA VOL. 19 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.651 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v19i1.11894

Abstract

Masokhisme, dalam kajian psikoanalisis, umumnya dipandang sebagai sindrom patologi berupa gangguan mental. Menganggap masokhisme sebagai gejala mental semata berarti memisahkan pikiran dan tubuh. Padahal, masokhisme selalu terjadi dari dan melalui tubuh. Karena itu, penelitian ini bermaksud menggambarkan peran dan posisi tubuh dalam masokhisme dalam perspektif fenomenologi tubuh-subjek Merleau-Ponty. Metode yang dipakai adalah hermeneutika, dengan unsur-unsur metodis berupa interpretasi, kesinambungan historis, heuristika, dan refleksi. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, tubuh masokhis adalah tubuh-subjek. Saat berlangsung praktik masokhisme, seorang masokhis tidak berpikir mengenai tubuh, tetapi sebagai tubuh. Tubuh masokhis lebih banyak “tahu” dari yang dapat dipikirkan. Kedua, tubuh masokhis adalah being in the world. Seorang masokhis memaknai keberadaan dirinya dan orang lain di dalam dunia dengan tubuhnya. Karena itu, tubuh masokhis dan dunia tidak dapat dipisahkan. Ketiga, tubuh masokhis adalah kesadaran eksistensi. Kesadaran eksistensi muncul karena adanya pengalaman perseptual yang berulang-ulang pada tubuh masokhis. Pengalaman perseptual ini berasal dari relasi pikiran dan tubuh secara keseluruhan. Keempat, tubuh masokhis adalah tindak bahasa. Melalui tubuhnya, seorang masokhis melakukan gerakan tertentu sebagai bentuk komunikasi dengan pasangannya. Dengan begitu, bahasa tidak berada di luar tubuh masokhis, namun mendiami tubuh itu.
Dominasi Finansial Waria Terhadap Hubungan Berpasangan Dwiresnanda Danis Ade
MOZAIK HUMANIORA Vol. 19 No. 1 (2019): MOZAIK HUMANIORA VOL. 19 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.487 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v19i1.10126

Abstract

Studi ini bertujuan untuk mengungkap peran ganda waria sebagai pencari nafkah, sekaligus istri yang dituntut untuk melayani pasangannya. Beberapa tahun belakangan ini, Kembang Kuning yang dahulunya merupakan tempat pemakaman milik Serdadu Belanda, yang kini menjadi tempat pemakaman umat Kristiani, menjadi tempat prostitusi bagi para pekerja seks yang berasal dari Dolly-Jarak dan juga Waria, yang membentuk sebuah komunitas tersendiri di kawasan tersebut. Waria yang beroperasi di daerah Kembang Kuning tergabung dalam suatu kelompok bernama komunitas CBO (Community Base Organization). Para Waria yang tergabung dalam kelompok ini berasal dari berbagai latar belakang bagaimana awalnya mereka menjadi Waria. Di komunitas ini peneliti berkenalan dengan Waria yang bernama Mbak Elis, Mbak Dona dan Mbak Sari, kisah hidup mereka cukup unik dibandingkan kisah hidup waria lainnya. Mereka mati-matian bekerja untuk menghidupi pasangannya dan dirinya sendiri, akan tetapi pasangannya tersebut yang notabene seorang laki-laki tulen malah tidak bekerja, atau lebih tepatnya tidak diperbolehkan bekerja. Menggunakan teori gender performativity atau gender performativitas yang dicetuskan oleh Judith Butler. Menilik dari pengambil alihan peran ganda tersebut, hipotesis yang diajukan ialah usaha dominasi finasial waria sebagai upaya untuk mempertahankan hubungan asmara yang diperolehnya. Temuan dalam penelitian ini adalah adanya fenomena penentuan jenis kelamin yang tidak sesuai dengan hasrat seksual yang merupakan hasil konvensi budaya yang mengkonstruksi jenis kelamin.
Ideology through Modalities: Can the Translator Preserve Them? Nuning Yudhi Prasetyani; Mangatur Rudolf Nababan; Djatmika Djatmika; Joko Nurkamto
MOZAIK HUMANIORA Vol. 19 No. 1 (2019): MOZAIK HUMANIORA VOL. 19 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.575 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v19i1.10293

Abstract

The study explores on the application of modality reflecting the ideology by the author, Dale Carnegie, in ‘How to tn Friends and Influence People’ book and how the translator rendered them through the selection of translation techniques into Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain . By carrying Teun A. Van Dijk’s socio-cognitive model in determining the ideology and Simpson’s Language, Ideology and Point of View in determining the modality, we analyse the ideological expressions applied through the modalities and the Indonesian translated version. Dijk’s model was chosen since it represents the genre of this book that he brings a great theme to his ideology by directing it to social cognition. The modalities found in this research are epistemic, boulomaic, evaluative adjective, evaluative adverb and deontic. These modalities were translated into Indonesian using 10 (ten) translation techniques initiated by Molina & Albir (2002) and rated with the model of translation quality assessment from Nababan et al. (2012). The techniques which lead to the good of translation quality were established equivalent, transposition, amplification, (obligatory) modulation, and compensation. In general, the translator has been able to render the author's ideology manifested in modalities by applying these translation techniques. Thus, translator’s competency in choosing the right translation techniques shows his or her capability in comprehending the context of situation, elements of ideology in accordance with the genre, function and communicative purpose of the text.
Lanskap Linguistik Nilai Budaya pada Rumah Makan Minang Oktavianus Oktavianus; Ike Revita; Khairil Anwar
MOZAIK HUMANIORA Vol. 19 No. 1 (2019): MOZAIK HUMANIORA VOL. 19 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1047.873 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v19i1.11717

Abstract

Salah satu aspek yang unik terkait dengan Rumah Makan Minang di Indonesia adalah nilai budaya yang terkandung pada nama, label dan simbol yang digunakan. Cara pengungkapan nilai budaya melalui aneka desain nama, label dan simbol disebut dengan lanskap linguistik nilai budaya. Penelitian ini merupakan suatu upaya untuk menelaah nilai budaya pada Rumah Makan Minang. Data yang dikumpulkan adalah nama, label dan simbol Rumah Makan Minang yang terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan Papua. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan mengumpulkan data melalui wawancara dan diskusi kelompok secara terfokus. Kajian dilakukan dengan menggunakan pendekatan lanskap linguistik yaitu sebuah pendekatan yang digunakan untuk menelaah bentangan bahasa di ruang-ruang publik. Hasil kajian menunjukkan bahwa nama, label, dan simbol yang terpampang pada Rumah Makan Minang mengandung nilai budaya yang beroreantasi pada nilai-nilai positif. Nilai-nilai positif itu tidak hanya nilai-nilai budaya Minang tetapi juga nilai-nilai yang bersifat universal dan nilai-nilai budaya lokal di mana Rumah Makan Minang itu berada.
Kesalahan Siswa dan Umpan Balik Korektif Guru pada Pengajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris di SDN Wonorejo 274 Surabaya Saiko Rudi Kasenda; Yuni Sari Amalia; Viqi Ardaniah
MOZAIK HUMANIORA Vol. 19 No. 1 (2019): MOZAIK HUMANIORA VOL. 19 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (573.968 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v19i1.11459

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi kesalahan siswa serta penggunaan umpan balik oral korektif guru dalam pengajaran keterampilan berbicara Bahasa Inggris di SDN Wonorejo 274 Surabaya. Kesalahan siswa diteliti untuk mengetahui gambaran kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik dan penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut sebagai rangkaian pemerolehan Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Persepsi guru dan persepsi siswa terhadap umpan balik yang diberikan diangkat untuk mengetahui apabila sudut pandang guru dan siswa saling mendukung satu sama lain atau justru saling berkontradiksi. Teori analisis kesalahan dari Corder (1981) dan Luoma (2004) dan teori umpan balik korektif dari Lyster dan Ranta (1997) digunakan dalam penelitian ini. Melalui metode kualitatif, hasil penelitian menunjukkan (1) kesalahan siswa pada keterampilan berbicara Bahasa Inggris mereka banyak ditemukan di aspek kelancaran yang meliputi banyaknya jeda, pengulangan, kegagapan dan penggunaan fillers; (2) pada aspek akurasi, siswa-siswi SDN Wonorejo mengalami hambatan yang tercermin pada aspek omission, misaddition, misselection, misordering dan mispronunciation atau salah pengucapan; (3) kesalahan yang dibuat siswa dapat diargumentasikan berasal dari intervensi bahasa pertama dan belum sempurnanya penguasaan konsep dan aturan-aturan pada Bahasa Inggris sebagai bahasa sasaran; (4) Umpan balik eksplisit korektif merupakan satu-satunya tipe umpan balik yang digunakan guru karena guru menganggap tipe umpan balik ini paling efektif untuk meningkatkan akurasi dan kelancaran berbicara para peserta didik; (5) Baik siswa dan guru menganggap umpan balik korektif sebagai medium yang penting sebagai respons terhadap kesalahan yang dibuat dan untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman pada bidang pengajaran Bahasa Inggris dan pemerolehan bahasa kedua.
Pengaruh Lintas Budaya Tingkat Tutur Hormat Keigo melalui Media Sosial antara Driver Guide dan Wisatawan Jepang di Bali Anak Agung Ayu Dian Andriyani; Djatmika Djatmika; Sumarlam Sumarlam; Ely Triasih Rahayu
MOZAIK HUMANIORA Vol. 19 No. 1 (2019): MOZAIK HUMANIORA VOL. 19 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (878.382 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v19i1.11976

Abstract

Penggunaan tingkat tutur hormat keigo wajib digunakan dalam bisnis Jepang, salah satunya domain pariwisata, ketika berkomunikasi melalui media online, yaitu media sosial. Penelitian ini berfokus pada penggunaan keigo dari driver guide ketika berkomunikasi dengan wisatawan Jepang melalui media sosial. Penelitian kualitatif ini dilakukan di Kabupaten Badung dan Gianyar karena mempertimbangkan intensitas kunjungan wisatawan Jepang lebih tinggi dibandingkan kabupaten lainnya di Bali, sehingga banyak masyarakat bekerja dalam domain pariwisata, salah satunya berprofesi sebagai driver guide. Teknik pengumpulan data yaitu menyimak, mencatat interaksi driver guide, serta didukung teknik wawancara mendalam. Data dalam bentuk tertulis melalui media sosial, yaitu Whatshapp, Line, dan Instagram. Berdasarkan analisis domain, taksonomi, komponensial, dan analisis tema budaya, dengan mempertimbangkan kekuasaan, jarak sosial, tingkat pembebanan, dan situasi. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan keigo dari driver guide tidak konsisiten karena ditemukan kekeliruan dalam menggunaan keigo dan bentuk futsuugo pada bahasa tulis di media sosial. Driver guide masih belum memahami pola interaksi melalui media online yang berbeda dengan komunikasi lisan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lintas budaya pada bahasa, sistem kelompok berdasarkan pada konsep uchisoto, sistem komunikasi dan struktur kalimat yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Namun, meskipun kemampuan berbahasa Jepang secara tertulis sangat kurang, driver guide mampu memberikan pelayanan informasi secara positif melalui media online sebagai bentuk layanan jasa serta sikap ramah ketika merespons pertanyaan melalui media sosial yang digunakan sebagai alat komunikasi, sehingga komunikasi dapat berjalan baik. Temuan ini dapat dijadikan evaluasi bagi driver guide untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang, khususnya berkomunikasi menggunakan bahasa tulis melalui penyuluhan dari Dinas Pariwisata Bali.

Page 1 of 1 | Total Record : 10