cover
Contact Name
Arum Budiastuti
Contact Email
arumbudi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
up2dfibunair@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Mozaik Humaniora
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 24428469     EISSN : 2442935X     DOI : -
Mozaik Humaniora is a journal that focuses on the scope of humanities and accepts articles on cultural studies, linguistic and literary studies, as well as philology and historical studies.
Arjuna Subject : -
Articles 171 Documents
Sistem Transportasi Darat Perkotaan Surabaya Masa Kolonial 1900-1942 Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwari
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 2 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v17i2.33853

Abstract

Interaksi antarindividu dalam aktivitas sosial dan ekonomi membutuhkan transportasi. Transportasi merupakan salah satu sektor yang penting di kota. Pembukaan jalur-jalur transportasi darat baik kereta api, trem, maupun pengangkutan di jalan raya menjadi semakin dibutuhkan. Oleh karena itu, permasalahan yang dikaji adalah bagaimana kondisi jaringan transportasi darat (kereta trem, kendaraan bermotor, dan kendaraan tradisional) di Surabaya tahun 1900-1942. Metode sejarah digunakan untuk melakukan penelitian dengan tahapan heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan penulisan. Sumber-sumber yang digunakan merupakan sumber sezaman barupa arsip maupun berita di media massa sezaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem transportasi darat di Kota Surabaya masa kolonial akhir telah tertata dengan baik dan mengikuti alur sistem yang ada di Belanda. Faktor-faktor pendorong dalam perkembangan dan kemajuan transportasi di Surabaya didukung oleh setidaknya kebijakan umum pemerintah kolonial dalam mengelola arus mobilitas manusia dan angkutan komoditas barang. Perkembangan moda dan jenis transportasi berpengaruh terhadap semakin cepatnya perpindahan manusia dan barang di kota. Berbagai fenomena tersebut membuktikan bahwa Surabaya sebagai pusat aktivitas di Jawa Timur memerlukan jaringan transportasi yang efektif dan teratur.
Traditions of Remo in Blater Community of Madura Dinara M. Julijanti; Myrtati Dyah Artaria; Yayan S. Suryandaru; Sharyn G. Davies
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 2 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i2.27231

Abstract

Blater community is a sub-culture within the Madurese community, which until now still exists in carrying out Remo tradition. Members of blater have various professions and activities, and they are feared and respected by the people of West Madura. They maintain their influence through a gathering called Remo in the cities of Bangkalan and Sampang. During Remo, blater members conduct saweran or bhubuwan (giving some money) to the host. The amount varies from around 500.000 to 2.000.000 rupiahs per person according to the financial and social status of the member. This is a qualitative research. The data collection techniques were in-depth interview, observation, and documentation. We interviewed the members of blater, and analyzed the qualitative data. We conclude that every community needs activities to maintain its existence. In West Madura society, it comes in the form of Remo. This existence is required as a form of recognition from the society. The study also finds that it is important for the individual member to assure oneself of having power of symbolic, social, cultural, and economic capital.
Pola Hunian Manusia Prasejarah Di Goa Putri Padang Bindu Kabupaten Ogan Komering Ulu Hudaidah Hudaidah
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 1 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i1.22858

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkap pola hunian manusia prasejarah di Goa Putri, Padang Bindu, Kabupaten Ogan Komering Ulu. Metode penelitian yang digunakan yaitu mix research dengan menggabungkan metode arkeologi dan metode sejarah. Adapun langkan metode arkeologi yang dilakukan yaitu observasi, deskriptif, dan contextual analysis, sedangkan langkah-langkah metodologi sejarah yang digunakan yaitu kritik sumber, eksplanasi, dan historiografi. Goa Putri sangat luas dengan kondisi bertingkat-tingkat layaknya sebuah rumah besar dengan berbagai ruang di dalamnya. Temuan arkeologis berupa alat serpih, cangkang moluska, tulang primata, kapak perimbas, dan tembikar serta alat untuk membuat tembikar menunjukkan bahwa manusia prasejarah telah tinggal di goa ini sejak zaman paleolitikum hingga zaman neolitikum. Goa Putri dan lingkungannya memang cocok sebagai tempat hunian karena ruangnya tertutup dan dalam, tetapi terdapat fasilitas pendukung seperti celah-celah cahaya sebagai penerang, dan sumber air dari Sungai Simuhun yang mengalir di dalam goa.
Diskursus Martabat dan Tragedi Manusia dalam Film Perempuan Tanah Jahanam (2019) Kukuh Yudha Karnanta; Ni Luh Ayu Sukmawati
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 2 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i2.29666

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengeksplisitkan aspek naratif dan diskursif film Perempuan Tanah Jahanam karya Joko Anwar meliputi aspek penokohan, genre, dan master genre, yang berujung pada pemaknaan terhadap film tersebut. Data-data didapatkan dengan teknik simak-catat dari transkripsi dialog dan tangkap layar scene film. Data-data dianalisis berdasarkan teori naratif model aktansial Greimas dan puitika film David Bordwell untuk menunjukkan sintaksis naratif, skema aktansial, hingga pada semiotic square. Penelitian ini menemukan bahwa, pertama, meskipun dikemas dalam genre horor supranatural dan ditemukan penggunaan naratif tragedi Aristotelian sebagai master genre, film ini sesungguhnya berbicara tentang martabat manusia hidup, khususnya martabat perempuan. Hal itu terlihat dari aktan-aktan yang mendominasi sintaksis naratif cerita adalah perempuan dengan premis cerita keinginan mendapatkan harta warisan hingga pada akhirnya mendorong seseorang untuk berjuang mengakhiri misteri dan kutukan keluarga. Tokoh-tokoh perempuan itu digambarkan sebagai subjek bagi tindakan serta tubuhnya, tetapi jauh dari kesan eksploitasi seksual seperti pada film horor Indonesia lainnya. Kedua, pada aspek diskursif, penelitian ini menemukan diskursus eksotifikasi yang ditunjukkan dengan hadirnya kode-kode sinematik tentang stereotipe masyarakat eastern yakni irasional, mistis, tradisional, eksotis, dan bahkan masih berperilaku bar-bar.
Herbivore Man in Shoujo-Manga: Deconstruction of Japanese Traditional Masculinity Nunuk Endah Srimulyani
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 1 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i1.27041

Abstract

This study aims to describe soushokukei danshi, herbivorous men who represent the value of new masculinity in the girl comic series (shoujo-manga) in Japan. They are called herbivores or plant eaters because in general, their characteristics are not as dominant as the image of nikushoku or meat-eaters that is usually attached to traditional Japanese men in a patriarchal culture. To pursue the objective of this research, qualitative descriptive method and Bem Sex-Role Inventory (BSRI) theory were used with two main data from Sakura chan and Amane kun by Asazuki Norito and Monthly Girls’ Nozaki-kun by Izumi Tsubaki. Through masculinity analysis using 20 standard items of the Bem Sex-Role Inventory (BSRI) theory, it can be seen that the characteristics of herbivorous men can be found in many feminine male characters in shoujo-manga (girl comics), including not being aggressive, gentle, liking things usually synonymous with women such as dressing up, cooking, and liking sweet foods. The tendency of this kind of feminine male figure is even used as the main character of shoujo-manga. Its development even affects the fashion style and appearance of young people in daily life. In short, the herbivorous man can be considered as a deconstruction of the traditional Japanese salary-man hegemonic masculinity that emphasizes dominance, virility, and financial strength. Herbivorous men even gave birth to new masculinity values, as well as created a new economic market chance in men's cosmetics and goods.
The Role of Religious Institutions in Promoting Social Welfare in Indonesia Hariawan Adji
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 2 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i2.28944

Abstract

This paper discusses religion from social anthropological point of view. Religious teachings are not seen as something sacred and transcendent, but something worldly and immanent as a source of motives of its followers while religious institution are seen as religion inspired social institutions that have their role in the society. The method used in this study is fieldwork. The data are collected though participative observation and interview. Literary study is also done to complete the data and check the data collected from the field. The result of this study shows that due to this nature, in promoting social welfare, religion through its teachings and institutions work on two levels: spiritual and practical level. Though this paper uses the Indonesian Catholic Church as an example, other religious institutions may have similar programs to participate in the process of making the world better place for everybody.
Names and Naming in Online Thrift Shop Based on Linguistic Anthropological Perspective Ika Setyowati Sutedjo
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 1 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i1.25283

Abstract

This study aims to examine names and naming in online thrift shops in Indonesia based on linguistic and anthropological perspectives. Names and naming as essential parts of language convey representation of an individual, object, places, etc. Names also have three categories in anthropological perspective, such as name and identity, roles of name, and name and culture. To pursue the goal of this study, qualitative descriptive method together with linguistic and anthropological perspectives was used. Next, purposive sampling technique was used to collect names of online thrift shops in Indonesia which have more than 500 followers on Instagram as criteria. In total, there were 50 names of online thrift shops in Indonesia collected. Interviewing all of the owners of online thrift shops selected then was conducted. The results showed that the owners of the selected online thrift shops have many considerations and reasons before choosing the suitable name for their small business, such as self-representation and social relationship with others. Those considerations represent the owner’s self-identity. In conclusion, names of online thrift shops reveal an identity of the owner as well as the role of those names in the society.
Dampak Negatif Jembatan Merah Putih terhadap Komunitas Subaltern Pendayung Perahu di Teluk Ambon Nur Aida Kubangun; Revaldo Pravasta Julian M.B. Salakory
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 2 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i2.29294

Abstract

Artikel ini membahas tentang kelompok subaltern pendayung perahu di desa Poka. Penelitian ini diharapkan untuk menghasilkan sebuah strategi bagi subaltern pendayung perahu Poka-Galala agar dapat memperoleh strategi yang tepat agar dapat keluar dari himpitan kemiskinan yang diakibatkan adanya pembangunan Jembatan Merah Putih (JMP) sehingga berkurangnya pendapatan  subaltern bahkan hilang mata pencaharian yang selama ini  merupakan  sumber penghasilan dalam menghidupi keluarga mereka. Selain  itu penelitian juga diharapkan dapat dilihat oleh  stakeholder  pada propinsi  Maluku maupun pemerintah Kota Ambon  agar mendapat solusi yang tepat dalam mengembalikan sistem mata pencaharian hidup yang ada pada kalangan subaltern  pendayung perahu Poka-Galala yang selama ini menggantungkan hidup pada pekerjaan ini. Untuk itu penelitian diharapkan dapat menghasilkan sebuah strategi yang tepat bagi para subaltern, namun apakah subaltern ini mampu jika tidak dibantu baik secara finansial maupun secara moril berupa motivasi untuk memperjuangkan hak-hak mereka serta bagaimana menyuarakan hak mereka pada pemerintah sebab pada dasarnya subaltern adalah kelompok masyarakat yang termarginalkan yang tidak mampu mengungkapkan apa yang mereka inginkan mereka membutuhkan suara-suara yang tegas yang dududk di pemerintahan, dan bagaimana dengan perhatian pemerintah itu sendiri, kebijakan yang mereka butuhkan adalah kebijakan yang benar-benar berpihak pada subaltern, jika diperbolehkan maka pemerintah seyogiyanya dapat merekayasa kembali teluk Ambon yang indah ini sebagai tempat wisata berbasis perairan laut sehingga dapat mengembalikan kembali pendapatan subaltern yang berkurang bahkan hilang sama sekali akibat adanya pembangunan Jembatan Merah Putih.
The Implementation of the Empowerment Model of Women Farmer Groups “Minangkabau” in Managing Sustainable Food Security Rinda Yanti; Hasan Ibrahim
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 1 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i1.24024

Abstract

This research aims to explore the empowerment model of Minangkabau woman farmer groups was implemented to manage sustainable food security. "Minangkabau" farmer women groups in Koto Tuo Kenagarian were known not to be optimally empowered yet in managing food before. To pursue the purpose of this study, qualitative descriptive method was used together with system dynamics approach. The results of this research indicated that the implementation of empowerment model has successfully improved the potential and income of Minangkabau woman farmer groups. Their consumption patterns and nutritional knowledge have been increased from 62.50 percent before FGD to 74.60 percent after FGD. Moreover, their family health nutrition has been improved from 67.56 percent before FGD to 77.64 percent after FGD. Similarly, their food knowledge also has been elevated from 96.50 percent before FGD to 99.60 percent after FGD. And, 98 percent of "Minangkabau" farmer women groups even also has had more knowledge and skills related with diversify local food processing and food waste composting. In conclusion, the empowerment model for manging sustainable food security is very essential for Minangkabau woman farmer groups.
Comparing the Concept of Halal Tourism in Indonesia, Thailand, and Malaysia Imam Mawardi
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 2 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i2.27309

Abstract

This study aimed to illustrate the development and thoughts of halal tourism in several Southeast Asian countries. The study was conducted using library research to examine previous references, such as books, media journals, and websites. Results show that the globalization of the tourism industry has developed due to the rising demand from Muslim tourists which led to the birth of halal tourism. This condition is most prominent in the countries with large Muslim population. However, tourism is much in demand and practised in both Muslim majority and Muslim minority countries. Halal tourism trends provide many benefits for economic growth through consumers who are mostly Muslim. In Indonesia, Ulama Council as a supporter of halal tourism has no formal legality or legal certainty, unlike JAKIM in Malaysia. Nevertheless, the concept of halal tourism itself is still different in each country. In conclusion, the concept of halal tourism do not merely emphasise religious values, but also on the economic sector.