cover
Contact Name
Arum Budiastuti
Contact Email
arumbudi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
up2dfibunair@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Mozaik Humaniora
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 24428469     EISSN : 2442935X     DOI : -
Mozaik Humaniora is a journal that focuses on the scope of humanities and accepts articles on cultural studies, linguistic and literary studies, as well as philology and historical studies.
Arjuna Subject : -
Articles 171 Documents
Fungsi Semantis Lokasi dalam Struktur Klausa Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia Ketut Widya Purnawati; Made Sri Satyawati; Ketut Artawa
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 1 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i1.24623

Abstract

Setiap bahasa memiliki sistem pemarkahannya sendiri untuk menunjukkan fungsi semantis tertentu dalam suatu klausa. Sistem pemarkahannya bisa sangat sederhana atau sangat kompleks. ‘Lokasi’ sebagai salah satu fungsi semantis memiliki tiga subtipe, yaitu sumber, tujuan, dan lintasan. Dengan ketiga subtipenya tersebut, fungsi semantis ini paling tidak memiliki empat buah pemarkah yang berbeda. Dalam penelitian ini dipaparkan bagaimana sistem pemarkahanfungsi semantis ‘lokasi’ dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Data yang diambil dari korpus data Corpora Leipzig dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode agih dan teknik bagi unsur langsung sebagai teknik utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemarkahan ‘lokasi’ bahasa Jepang lebih kompleks daripada bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jepang, sebuah subtipe bisa memiliki tiga jenis pemarkah yang berbeda. Namun, tidak demikian halnya dengan bahasa Indonesia yang memiliki sistem pemarkahan jauh lebih sederhana. Baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, fungsi semantis lokasi tidak selalu menduduki fungsi gramatikal yang sama. Fungsi semantis lintasan yang menduduki fungsi oblik dalam bahasa Jepang, ternyata menduduki fungsi objek dalam bahasa Indonesia.
Pergeseran Tata Cara Pelaksanaan Adat Pernikahan di Palembang 1990-2010 Syarifuddin Syarifuddin; Adhitya Rol Asmi; Helen Susanti
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 2 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i2.22816

Abstract

Kajian ini mendeskripsikan dan menganalisis pergeseran adat pernikahan yang terjadi di Kota Palembang tahun 1990-2010. Penulisan artikel ditinjau dari permasalahan yang berkembang pada saat ini di Kota Palembang bahwa berbagai tradisi mulai ditinggalkan oleh masyarakat Palembang seiring perkembangan zaman, termasuk tradisi pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pergeseran tata cara pelaksanaan adat pernikahan yang terjadi di Kota Palembang dan berbagai makna tradisi yang terkandung di dalamnya sebagai kearifan lokal masyarakat Palembang yang terancam hilang.  Penelitian ini menggunakan metodologi sejarah dan dibantu pendekatan ilmu antropologi dan sosiologi. Data diperoleh baik melalui studi pustaka dan wawancara langsung yang dilakukan kepada budayawan dan narasumber yang pernah melakukan adat pernikahan Palembang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pergeseran tata cara pelaksanaan pernikahan di Palembang. Hal itu diakibatkan perkembangan zaman yang lebih membutuhkan kepraktisan. Selain itu, terdapat faktor lain yakni faktor ekonomi dan tenaga untuk melaksanakan tradisi. Akibatnya, terdapat makna yang terkandung dalam tradisi yang juga terancam hilang.
Ungkapan Kritik dalam Ranah Keluarga Masyarakat Madura di Besuki Raya Akhmad Sofyan; Panakajaya Hidayatullah; Ali Badrudin
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 1 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i1.26282

Abstract

Penelitan ini bertujuan mengurai fenomena penggunaan ungkapan kritik dalam ranah keluarga masyarakat Madura di Besuki Raya. Fokus penelitian ini mengungkap tentang (1) bentuk dan model kritik yang digunakan, (2) konteks bagaimana kritik tersebut diproduksi di masyarakat, dan (3) formulasi pemilihan bentuk kritik di masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode etnografi komunikasi yang dipadukan dengan teknik simak. Temuan dalam penelitian ini menghasilkan (1) bentuk dan model kritik yang digunakan yakni (a) kritik langsung, (b) kritik menggunakan orang ketiga, (c) kritik menggunakan penanda bunyi, dan (d) kritik menggunakan bahasa metafora; (2) kritik disampaikan dalam beberapa konteks komunikasi dalam ranah keluarga, seperti hubungan orang tua kepada anak, mertua kepada menantu, menantu kepada mertua, istri kepada suami, suami kepada istri, kakek kepada cucu, dan cucu kepada nenek; (3) dalam formulasi pemilihan bentuk kritik di masyarkat Madura dapat dipetakan bahwa ada beberapa kritik yang dapat diterima seperti (a) kritik langsung yang disampaikan dengan pemilihan diksi kalimat yang baik, intonasi yang halus, dan disampaikan secara privat, (b) melalui orang ketiga, (c) penanda bunyi, dan (d) bahasa metafora (kiasan). Adapun bentuk kritik yang dihindari adalah bentuk kritik langsung yang disampaikan secara kasar (menggunakan kalimat yang menyinggung perasan) dan disampaikan secara di depan publik.
Refleksi Kehidupan Mikhail Bulgakov di Apartemen Komunal Soviet dalam Novela Manusia Berjiwa Anjing dan Telur Fatal Aditya Ilhami Anwar; Thera Widyastuti
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 1 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i1.21076

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pandangan dunia Mikhail Bulgakov tentang apartemen komunal. Mikhail Bulgakov melalui kedua novelanya yang berjudul Собачье Сердце (Manusia Berjiwa Anjing) dan Роковые Яйца (Telur Fatal) mengkritisi kebijakan perumahan yang dilakukan oleh pemerintah Soviet. Ia sering menampilkan kekurangan yang ada di apartemen komunal di dalam kedua novela tersebut. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penggambaran tentang apartemen komunal yang ada di dalam novela lahir dari pandangan duniaBulgakov dan bagaimana Bulgakov menggambarkan apartemen komunal dalam novela yang dibuatnya. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Teori strukturalisme genetik Lucien Goldmann digunakan untuk menganalisis pandangan dunia Bulgakov. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan dunia Bulgakov memengaruhi penggambarannya tentang apartemen komunal yang ada di dalam kedua novela. Apartemen komunal digambarkan oleh Bulgakov sebagai tempat tinggal yang tidak nyaman, banyak aturan, dan tidak aman.
Peran Kuliner Tradisional dalam Mendukung Pemajuan Kebudayaan di Destinasi Pariwisata Prioritas Yogyakarta Imam Nur Hakim; Siti Hamidah
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 2 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i2.29444

Abstract

Ragam kuliner tradisional di Destinasi Pariwisata Prioritas Yogyakarta sangat lekat dengan unsur budaya. Keragaman dan kekayaan budaya tersebut perlu diiringi dengan upaya pemajuan agar tetap terjaga dan lestari. Salah satu wujud pemajuan kebudayaan tersebut adalah melalui upaya pemanfaatan Objek Pemajuan Kebudayaan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017. Beberapa unsur kebudayaan yang tertera di dalam undang-undang tersebut melekat pada sektor kuliner tradisional Yogyakarta. Melalui pendekatan kualitatif secara deskriptif, kuliner tradisional Yogyakarta berperan dalam membangun karakter budaya, meningkatkan ketahanan bangsa dan kesejahteraan masyarakat, hingga meningkatkan peran aktif dan pengaruh Indonesia dalam hubungan internasional. Melalui dimensi (1) internalisasi nilai budaya, (2) kemampuan inovasi, (3) adaptasi menghadapi perubahan, (4) komunikasi lintas budaya, (5) kolaborasi antarbudaya, (6) keterkaitan dengan kebudayaan dan (7) pariwisata, (8) pengaruhnya terhadap diplomasi budaya, dan (9) kemampuannya dalam meningkatkan kerja sama internasional, kuliner tradisional Yogyakarta mampu memajukan objek kebudayaan secara praktis. Selain itu, penelitian ini juga menemukan adanya potensi ketidakseimbangan dalam memposisikan kepentingan pelestarian budaya, nilai tambah pariwisata serta tujuan ekonomi sebagai motivasi utama.
Re-Homing and Identity Reconstruction of Diaspora in Jhumpa Lahiri’s “When Mr. Pirzada Came to Dine” Moh Zaimil Alivin
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 1 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i1.21997

Abstract

This study aims to analyse and describe how diaspora characters in “When Mr. Pirzada Came to Dine” reconstructed their identity and negotiate the process of re-homing in their current home. “When Mr. Pirzada Came to Dine” short story (WMPCD), written by Jhumpa Lahiri, depict the complex relation of identity and home experienced through diaspora characters, Pirzada and Lilia’s family. To pursue the objective of the study, qualitative descriptive approach was used together with Laurenson’ and Swingewood’s sociological criticism theory, Castells’ identity formation, and Zhang’s re-homing theory. The results of this study indicated that the process of re-homing depicted in WMPCD has a significant impact on the identity formation of diaspora characters, in this case, Pirzada and Lilia’s family. It means that the diaspora process of identity construction will not be efficiently completed since identity, particularly for diaspora individuals, will continue to be established and reconstructed in the context of the identity-forming resources accessible in their new ‘home’ and what they bring from their homeland. When it comes to re-homing and de-homing, the process of navigating this identification is becoming increasingly complex and sophisticated. ‘Home’ is no longer exclusively defined geographically as location, but by time and the people who contribute to forming personal ties to similar experiences. In short, re-homing becomes an essential element of the identity reconstruction process
Strategi Penerjemahan Judul Beraliterasi dalam Novel Serial A Series of Unfortunate Events Rahayu Wilujeng Kinasih
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 2 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i2.27103

Abstract

Aliterasi merupakan alat stilistis bahasa berupa frasa atau kalimat dari lebih dari dua kata yang diawali dengan huruf yang sama. Pada novel serial A Series of Unfortunate Events, 12 dari 13 judul novel beraliterasi. Semua bentuk aliterasi itu berhasil dipertahankan di TSa (teks sasaran). Strategi yang paling sering digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan judul beraliterasi adalah prosedur penerjemahan kreasi diskursif. Prosedur penerjemahan lain yang digunakan adalah sinonim, modulasi cakupan makna, dan pergeseran kelas kata. Prosedur penerjemahan kreasi diskursif adalah prosedur yang paling cocok untuk menerjemahkan aliterasi. Dengan menggunakan prosedur itu, penerjemah memiliki lebih banyak pilihan untuk menemukan padanan kata-kata yang memiliki huruf awal yang sama dan penerjemah juga dapat menggunakan padanan kata nonleksikal yang sesuai dengan konteks. Walaupun judul buku pada TSa tidak memiliki makna yang sepadan dengan Tsu (teks sumber), TSa tetap berterima karena TSa tetap menjalankan fungsinya sebagai judul. Kesepadanan yang dicapai dalam penerjemahan judul beraliterasi adalah kesepadanan bentuk. Bentuk aliterasi menjadi prioritas penerjemah dalam menerjemahkan judul. Penerjemah mengorbankan kesepadanan makna demi mempertahankan aliterasi.
Islamisme Magis sebagai Kritik atas Praktik Beragama dalam Kumpulan Cerpen Memburu Muhammad Karya Feby Indirani Adelia Savitri; Ilmatus Sa'diyah; Ahmad Suyuti
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 2 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i2.27939

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana Islamisme magis dihadirkan melalui humor gelap sebagai strategi naratif dalam kumpulan cerpen Memburu Muhammad karya Feby Indirani. Melalui metode kualitatif dengan cara kerja teori semiotika Riffaterre, penelitian ini menemukan bahwa sebagaimana realisme magis, Islamisme magis juga merupakan strategi naratif yang memakai unsur magis sebagai media untuk memberikan kritik terhadap praktik beragama umat Islam di Indonesia. Kritik tersebut merupakan matriks atau generator cerita dalam buku ini yang kemudian diuraikan melalui beberapa model. Hal ini terwujud dalam simbolisme karakterisasi dan perilaku tokoh-tokohnya. Strategi ini dihadirkan untuk membuat kesan ironi atas realitas praktik beragama dalam kehidupan sehari-hari. 
Cultural Meaning and Belief in Pamatè Tradition on Society of Aeng Tong-tong, Sumenep, Madura: Ethnolinguistic Study Hodairiyah Hodairiyah; Izzuddin A. Hakim; Ahmad Yasid
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 1 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i1.24020

Abstract

This study aims to explore the cultural meaning and belief of Pamatè tradition at Aeng Tong-tong society in Sumenep. Pamatè tradition is known to be rich of verbal and nonverbal expressions, such as word, phrase, clause, and sentence. To pursue the aim of this study, qualitative descriptive method together with ethnolinguistic approach, especially ethnoscience analysis model was used to analyse the meaning beyond verbal and nonverbal expressions of Pamatè tradition at Madurese society. To collect data, purposive sampling was used to get complete data correlated with Pamatè tradition. Besides, snowball sampling was used to determine key informants who know tradition well through interview and documentation techniques. The results of this study revealed that there are verbal and nonverbal expressions. Verbal expressions found are utterances involving term, phrase, clause, sentence, such as (a) Mandi’in, panyompet, panotop, panyundhâng, senga’ on laon mun nyaba’, sabhârâng, aniat kula awudhuaginah mayyit karana Allah ta’aala; (b) Pundhu’, labun taleppet’; (c) esambhajangagi; and (d) ependem. Meanwhile, non-verbal expressions found are instruments and things correlated with pamatè tradition, such as aeng socceh, sere, sabun, kapas, kan geddhâng, soroi, sampo, dinding are, labun, konyi’, lu belluh. In short, pamaté tradition is a form of local wisdom of the people of Aeng Tong-tong, containing symbols and oral traditions reflected in the verbal and non-verbal expressions.
Analisis Filosofis Implementasi Merdeka Belajar sebagai Instrumen Kesetaraan dan Pendidikan Demokratis Fristian Hadinata
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 2 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i2.29695

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gagasan Merdeka Belajar secara filosofis, tidak hanya berfokus pada mengatasi persoalan-persoalan secara teknis dalam implementasi kebijakan tersebut. Hal ini perlu dilakukan supaya tidak melulu terjebak dalam tafsiran keuntungan instrumental dari pendidikan, tetapi juga untuk mewujudkan cita-cita bersama dalam Pembukaan UUD 1945 dalam masyarakat demokratis. Metode penelitian dilakukan dengan metode refleksi kritis dan fenomenologi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, tafsiran baru atas Merdeka Belajar bisa dilakukan dengan memperluas gagasan itu sebagai upaya pembentukan individu agar mampu merefleksikan kehidupannya sendiri dan menjadi warga negara yang mampu menjalankan fungsi-fungsinya di tengah keberagaman dalam masyarakat demokratis. Oleh karena itu, Merdeka Belajar perlu dilengkapi dengan konsep pendidikan demokratis yang berhubungan dengan reproduksi sosial secara sadar seperti yang dikemukakan oleh Amy Gutmann, di mana di dalamnya terkandung pembagian otoritas dan dua prinsip pembatasan, yaitu prinsip non-represi dan prinsip non-diskriminasi dalam pendidikan.