cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. serang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Furnace
ISSN : 25551801     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 53 Documents
PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING kafi kalam
Jurnal Furnace Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1089.79 KB)

Abstract

Paduan Co-Cr-Mo adalah logam paduan yang diaplikasikan sebagai logam implan sesuai dengan standar ASTM F75 yang memiliki sifat biokompatibilitas yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari kandungan karbon dan nitrogen dalam paduan Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni terhadap nilai kekerasan dan struktur mikro yang terbentuk. Ingot paduan Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni dipotong ukuran 30 x 20 x 10 mm dengan variasi komposisi kimia: Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni-0,08C; Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni-0,08C0,2N; Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni-0,15C; Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni-0,15C-0,2N; Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni0,25C; Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni-0,25C-0,2N. Paduan Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni dihomogenisasi pada T=1200o C selama 6 jam, kemudian dipanaskan pada T=1200°C selama 90 menit dan di-hot-rolling dengan persen reduksi sebesar 90%, lalu didinginkan dengan media air. Hasil pengujian kekerasan material hot rolling menunjukkan bahwa paduan dengan kandungan C terkecil yaitu Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni -0,08C  (tanpa adanya N) memiliki nilai kekerasan rata-rata terendah sebesar 42,36 HRC, sedangkan nilai kekerasan tertinggi adalah dalam paduan Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni-0,25C-0,2N dengan rata-rata nilai kekerasan 50,8 HRC. Pengujian XRD dilakukan pada material powder yang dibuat melalui proses ekstrak secara elektrolisis. Fasa yang dominan pada paduan Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni-0,08C adalah fasa σ, sedangkan pada paduan Co28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni-0,25C-0,2N didominasi oleh presipitat M23X6. Meningkatnya kadar karbon menyebabkan jumlah presipitat M23X6 bertambah, sedangkan penambahan unsur C-N menekan terbentuknya fasa σ.
PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUIPROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR Muhammad Ikhwanul Hakim
Jurnal Furnace Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.991 KB)

Abstract

Abstrak. Indonesia memiliki cadangan bijih laterit dalam jumlah yang melimpah, salah satunya dalam bentuk bijih limonit. Akan tetapi bijih limonit jarang dipilih oleh industri untukdijadikan sebagai bahan baku karena hanya mengandung sedikit nikel. Beberapa proses dapat digunakan untuk meningkatkankadar nikel di dalam bijih limonit, salah satunya adalah prosesreduksi.Proses reduksi merupakanproses untuk mereduksi logam oksida menjadi logam denganmenggunakan reduktor tertentu. Reduksi selektif juga berarti mereduksi logam oksida apa saja danmencegah reduksi senyawa oksida lain yang terdapat pada bijih. Proses ini diharapkan dapatmembebaskan nikel dari pengotornya sehingga akan meningkatkan kadar nikel.Salah satu daerah yang mempunyai cadanganbijih limonit dalam jumlahbesar berada di Sangaji, Halmahera Timurdengan kadar nikel 0,8-1,5% dan besi 40-50% [2] Penelitian dilakukan dengan variabel waktu 30,60, 120 dan 180 menit dengan variasi penambahan reduktor yaitu 0, 7, 14 dan 21%. Analisis awalmenggunakan XRF, XRD dan SEM-EDX. Setelah proses reduksi, sampel dianalisis akhirmenggunakan XRD, SEM-EDX dan AAS untuk mengetahui peningkatan kadar Ni pada sampeltersebut. Kadar Ni optimum yang diperoleh dari variasi waktu yaitu pada waktu 180 menit sebesar1,34% dengan persen ekstraksi sebesar 57,67%. Sedangkan kadar Ni optimum yang diperoleh darivariasi penambahan reduktor yaitu pada penambahan 14% reduktor sebesar 1,74% dengan persenperolehan sebesar 89,35%.
STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT Al/Al2O3 HASIL PROSES CANAI DINGIN Asfari Azka Fadhilah
Jurnal Furnace Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (997.168 KB)

Abstract

Material alternatif yang telah dikembangkan sejak beberapa dekade yang lalu adalah material komposit. Lebih dari 3,5 juta kg bahan AMCs telah digunakan pada berbagai industri terutama industri transportasi, penerbangan, elektronik, otomotif dan olahraga. Di dalam penelitian ini digunakan komposit Al6061/7,5%Al2O3 yang selanjutnya di proses canai dingin dengan reduksi sebesar 60% dan dilakukan aging pada temperatur 423, 473, 523, dan 573 K dengan lama waktu penahanan 300, 1800, 3600, 5400, dan 7200s. Pengujian kekerasan, keausan, metalografi dan analisa XRD dilakukan untuk mengetahui perubahan sifat mekanik komposit Al6061/7,5%Al2O3 yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan perubahan yang terjadi pada mikrostruktur serta munculnya fasa kedua Mg2Si dan β – AlFeSi setelah dilakukan proses aging. Terjadi peningkatan nilai kekerasan komposit Al/Al2O3 setelah dilakukan proses canai dingin yaitu sebesar 102,6 HB. Nilai kekerasan tertinggi yang dihasikan dari proses aging terdapat pada temperatur 473 K dengan lama waktu penahanan 5400s yaitu sebesar 87,85 HB. Abrasi yang terjadi pada komposit Al/Al2O3 hasil proses rolling yaitu sebesar 1,5596111x10-7 mm3/mm, tetapi abrasi yang terjadi menurun menjadi 1,1998549x10-7mm3/mm setelah proses aging yang dilakukan pada material komposit Al/Al2O3.
Pengaruh Komposisi Sn dan Zn pada Paduan Al terhadap Produksi Hidrogen melalui Reaksi Hasil Canai Dingin dengan Larutan NaOH Esky Yanurdin
Jurnal Furnace Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (755.428 KB)

Abstract

Hidrogen merupakan salah satu dari energi terbarukan yang sedang dikembagkan sampai saat ini, kerena berlimpah di alam dan  sifanya yang ramah lingkungan. Reaksi hidrolisis antara aluminium (Al) dengan air murni dapat menghasilkan gas hidrogen. Namun, lapisan passive pada permukaan Al menghalangi jalannya reaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salah salah satu unsur low melting point seperti timah (Sn) dan seng (Zn) terhadap reaksi hidrolisis pada larutan NaOH serta penambahan deformasi canai dingin pada paduan Al – Sn – Zn yang diharapkan mampu melindungi dan merusak lapisan passive pada Al. Pada penelitian ini, sampel dibuat dengan memadukan Al dengan Sn dan Zn dengan teknik pengecoran pada paduan Al - 3 Sn - Zn (wt.%) dengan variasi komposisi Zn (wt.%) 0%; 2%; 4% dan 6% serta paduan Al – Sn – 3 Zn (wt.%) dengan variasi komposisi Sn (wt.%) 0%; 2%; 4% dan 6%. Paduan kemudian dilakukan homogenisasi selama 24 jam. Sampel dilakukan canai dingin dengan reduksi sebesar 60%. Reaksi hidrolisispaduan dilakukan dengan larutan NaOH 0,9 M. Hasil menunjukan bahwa produksi volume hidrogen yang didapat sangat rendah dengan konversi efisiensi (%) terbesar yaitu 3,3 % pada sampel paduan 91 Al – 3 Sn –6 Zn (wt.%) dan terendah pada sampel paduan 97 Al – 0 Sn – 3 Zn (wt.%) yaitu sebesar 1,08%. Hasil analisa XRD pada sampel paduan sebelum reaksi menunjukan bahwa tidak terbentuk fasa intemetalik dan hanya terbentuk  fasa  tunggal  Al  dan  Sn,  kemudian  setelah  sampel  direaksikan  dengan  larutan  NaOH  0,9  M terbentuk senyawa Al(OH)3 dan AlOOH yang mempengaruhi laju reaksi hidrolisis paduan Al – Sn – Zn.
PENGARUH INHIBITOR SODIUM NITRIT DAN DMEA TERHADAP KETAHANAN KOROSI PADA BAJA TULANGAN S.13 DI LINGKUNGAN AIR LAUT Faty Alvina
Jurnal Furnace Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.761 KB)

Abstract

Korosi sumuran yang terjadi pada infrastruktur pesisir berbahan beton bertulang baja karena adanya kontak langsung dengan air laut memerlukan strategi mitigasi yang baik. Salah satu cara untuk menghambat terjadinya korosi pada baja tulangan beton adalah dengan penambahan inhibitor. Telah dilakukan penelitian mengenai laju korosi dan potensial korosi (Ecorr) pada baja tulangan S.13 di lingkungan air laut menggunakan larutan SPS beton dengan menambahkan inhibitor anorganik sodium nitrit dan inhibitor organik Dimethylethanol amine (DMEA) dengan masing-masing variasi konsentrasi 0,1; 0,3; dan 0,6 M selama 31 hari. Pengukuran laju korosi dilakukan dengan menggunakan metode polarisasi Tafel yang dilakukan berdasarkan ASTM G-5 menunjukkan adanya kenaikan potensial korosi terbesar dialami oleh baja tulangan S.13 dengan penambahan sodium nitrit 0,1 M, yaitu pada awal pengorosian sebesar -207,7 mV dan pada akhir pengorosian mencapai -133,9 mV. Sedangkan penurunan laju korosi di awal pengorosian terbesar dialami baja tulangan S.13 dengan penambahan DMEA 0,1 M yaitu 0,41 mpy, sedangkan pada baja tulangan S.13 dengan penambahan sodium nitrit 0,6 M laju korosi naik sampai 7,39 mpy. Pada akhir pengorosian laju korosi terendah dialami oleh baja tulangan S.13 dengan penambahan sodium nitrit 0,1 M yaitu sebesar 2,13 mpy dengan laju korosi rata-rata sebesar 2,12 mpy. Sementara laju korosi rata-rata terbesar dialami baja tulangan S.13 dengan penambahan inhibitor DMEA 0,3 M efektif sebesar 8,36 mpy. Sesuai dengan hasil pengukuran menggunakan metode polarisasi siklik (berdasarkan ASTM G-61) setelah pengorosian berakhir bahwa potensial sumuran/pitting breakdown potential (Epit) paling positif dialami baja tulangan S.13 dengan penambahan sodium nitrit 0,1 M sebesar 1100 mV. Dari penelitian ini didapat hasil bahwa penggunaan inhibitor anorganik sodium nitrit efektif sampai dengan hari ke 31 dengan efisiensi tertinggi pada penambahan sodium nitrit 0,1 M sebesar 92,35%. Sedangkan penggunaan inhibitor organik DMEA efektif sampai dengan hari ke 19 dengan efisiensi tertinggi pada penambahan DMEA 0,6 M sebesar 68,71%.
Simulasi Monitoring Proses Flotasi Kolom Menggunakan Electrical Capacitance Volume Tomography Hermansyah Emir Faisal
Jurnal Furnace Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.787 KB)

Abstract

Flotasi merupakan proses pemisahan mineral berharga dari pengotornya berdasarkan sifat permukaan mineral yaitu sifat hidrofob dan hidrofil. Monitoring proses flotasi umunya mengamati gelembung flotasi secara statis dan dinamis. Selama ini monitoring hanya mampu memonitor pada sumbu x-y. Untuk memonitoring pada sumbu x, y dan z digunakan teknologi tomografi yaitu Electrical Capasitance Volume Tomography (ECVT). Untuk melihat kemampuan sistem ECVT dalam memonitoring proses flotasi perlu dilakukan simulasi dari kedua proses tersebut dengan software komputasi OpenFOAM. Simulasi yang dilakukan bertujuan untuk memodelkan kelompok gelembung yang terbentuk saat proses flotasi kolom, dan menenentukan volume kelompok gelembung yang berada didalam kolom untuk pengembangan monitoring proses flotasi dengan ECVT. Tahapan pertama simulasi ini adalah melakukan studi literatur tentang simulasi CFD dan Simulasi ECVT untuk menentukan batasan simulasi. Tahap kedua yaitu melakukan simulasi CFD flotasi kolom dengan variabel; ukuran gelembung dan kecepatan injeksi udara atau laju alir udara. Tahap ketiga melakukan simulasi ECVT dengan objek gelembung statis dan tahap terakhir melakukan simulasi integrasi ECVT-CFD. Pada gelembung tiga, enam dan Sembilan layers didapatkan Distribusi permitivitas dari objek yang berada didalam sensor yang ditampilkan dalam bentuk peta warna. Pada daerah warna yang lebih cerah menandakan daerah gelembung. Dengan distribusi permitivitas relatif Daerah gelembung  3, 6 dan 9 layer  berturut-turut 0,2584, 0,2563, dan 0.,2495. Sedangkan daerah warna yang lebih gelap (merah) menandakan daerah air dengan dtsribusi permitivtas ralatif adalah 1. Pada simulasi gelembung dinamis untuk memodelkan  proses flotasi kolom dengan OpenFOAM. Diperoleh volume gelembung untuk setiap laju udara yang diberikan 3 liter/menit, 4 liter/menit dan 5 liter/menit yaitu 13.319 mm3, 15.733 mm3 dan 22.337 mm3. Jumlah gelembung hasil simulasi flotasi kolom pada laju alir udara 3,4 dan 5 liter/menit adalah 14,75%, 15,63% dan 19,34%. Sedangkan hasil eksperimen 14,06%, 15,23%, dan 18,55%. Berdasarkan hasil tersebut simulasi flotasi kolom yang dilakukan mampu menghasilkan gelembung dengan kondisi yang hampir sama dengan eksperimen.
PERILAKU AGING PADUAN IMPLAN Co-Cr-Mo DENGAN PENAMBAHAN NITROGEN DAN PENGARUHNYA TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK noviardi noviardi
Jurnal Furnace Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (639.363 KB)

Abstract

Logam paduan Co-Cr-Mo (ASTM F75) merupakan logam implan dari hasil casting yang perlu dilakukan proses perlakuan panas lanjutan untuk mendapatkan sifat fisik dan mekanik yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perilaku aging terhadap struktur mikro dan kekerasan  yang terbentuk pada paduan Co-Cr-Mo. Komposisi paduan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Co-28Cr-6Mo-0,25C-0N dan Co-28Cr-6Mo-0,25C-0,2N. Spesimen yang berbentuk ingot dipotong dengan dimensi 10 mm x 10 mm x 5 mm serta dimasukan kedalam silica ampoule, kemudian dilakukan solution treatment pada temperatur 1250 oC selama 12 jam dan didinginkan dengan media air es. Selanjutnya  dilakukan proses aging treatment pada temperatur 800 oC, 900 oC, 1000 oC dan 1100 oC dengan waktu tahan masing-masing sampel 12 jam, 18 jam dan 24 jam serta didinginkan dengan media air es. Karakterisasi yang digunakan meliputi pengamatan morfologi struktur mikro dengan menggunakan OM dan SEM-EDS, pengujian kekerasan serta pengujian XRD untuk setiap perlakuan pada as-cast, solution treatment, dan aging treatment. Hasil pengujian kekerasan menunjukan bahwa kekerasan paduan Co-Cr-Mo meningkat seiring dengan semakin lama waktu tahan pada proses aging, sedangkan semakin tinggi temperatur aging menyebabkan kekerasan paduan akan semakin menurun. Hasil pengujian XRD menunjukkan terdapat dua macam fasa yang terbentuk pada paduan, yaitu fasa presipitat karbida tipe M23X6 dan fasa η (M12X). Dengan penambahan unsur nitrogen akan memperluas wilayah pembentukan fasa η, mempercepat dan menstabilkan pembentukan fasa η pada paduan Co-Cr-Mo. Peningkatan kekerasan seiring dengan distribusi presipitat yang semakin merata mengindikasikan terjadinya mekanisme precipitation hardening.
PENGARUH RAPAT ARUS DAN WAKTU PADA PULSE ELECTRODEPOSITION OF NICKEL TERHADAP MIKROSTRUKTUR LAPISAN DEPOSIT DAN LAJU KOROSI AISI 410 Rivaldo Ramadhana Saputra
Jurnal Furnace Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.542 KB)

Abstract

Pada penelitian ini dilakukan pelapisan nickel dengan metode pulse electrodepostion pada AISI 410 untuk menurunkan laju korosinya karena AISI 410 pada aplikasi industri, yaitu turbin blade sering mengalami masalah korosi. Proses pelapisan dilakukan menggunakan larutan nickel sulphate 250 g/l, boric acid 50 g/l dan nickel chloride 45 g/l pada temperatur 50 – 60°C dengan variasi rapat arus 10, 15, 20 dan 25 A/dm² dan lamanya proses pelapisan 10, 15 dan 20 menit. Duty cylce yang digunakan adalah 80% dan frekuensi pulse 100 Hz. Pengujian struktur mikro dilakukan menggunakan SEM untuk melihat ukuran butir dan ketebalan lapisan nickel yang terbentuk. Pengujian laju korosi dilakukan menggunakan alat CMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar rapat arus dan semakin lama proses pelapisan maka laju korosi semakin kecil. Laju korosi paling kecil adalah 0,00027 mmpy pada rapat arus 25 A/dm² dan waktu pelapisan 20 menit.
Karakterisasi Berbagai Jenis Batu Bara Menggunakan Teknik Kapasitansi Desiani Desiani
Jurnal Furnace Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.205 KB)

Abstract

Setiap jenis batu bara memiliki komposisi dan sifat yang berbeda, yang digunakan untuk menentukan peringkat dan kualitas batu bara. Salah satu metode baru untuk menentukan peringkat batu bara adalah dengan pengukuran kapasitansi. Penelitian ini bertujuan untuk mengarakterisasi berbagai jenis batu bara berdasarkan metode pengukuran kapasitansi, sehingga diketahui faktor yang paling berpengaruh terhadap sifat dielektrik batu bara. Sampel yang digunakan berupa batu bara jenis lignite, subbituminous, bituminous, dan anthracite yang telah dilakukan preparasi dan sampel dipisahkan dalam fraksi ukuran -10+18#, -18+40#, -40+60#, -60+80#, dan -80#. Sampel tersebut telah dilakukan pengujian analisis proksimat untuk mengetahui kandungan moisture, volatile matter, ash, dan fixed carbon. Pengukuran nilai kapasitansi dilakukan menggunakan DAS 2-channel pada frekuensi 2,5 MHz dan LCR meter dengan variasi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kapasitansi dari tiap jenis batu bara berbeda-beda. Nilai konstanta dielektrik diperoleh dari perhitungan nilai kapasitansi sehingga didapatkan nilai konstanta dielektrik lignite, subbituminous, bituminous, dan anthracite. Hasil yang berbeda dipengaruhi oleh kandungan moisture pada batu bara. Semakin tinggi peringkat batu bara maka semakin kecil konstanta dielektriknya karena kandungan moisture dalam batu bara yang semakin kecil sesuai kenaikan peringkat batu bara. Untuk ukuran fraksi batu bara tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai kapasitansi batu bara. Pengukuran kapasitansi maksimal diukur pada frekuensi 2,59 – 3,2 MHz.
Studi mikrostruktur dan sifat mekanik Aluminium 6061 melalui proses canai dingin dan aging Mirnawati Dewi
Jurnal Furnace Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1247.382 KB)

Abstract

Al 6061 memiliki sifat mekanik yang unggul antara lain bobot ringan, mampu las baik, ketahanan korosi baik serta harga yang murah, tetapi memiliki kelemahan dalam hal kekuatannya. Untuk dapat memenuhi kriteria sebagai komponen pesawat terbang, Al 6061 harus ditingkatkan kekuatannya. Salah satu metode efektif untuk meningkatkan kekuatan adalah dengan canai dingin dan aging, sehingga memenuhi kriteria sebagai komponen pesawat, dalam hal ini bagian yang cocok adalah skin sayap pesawat terbang. Al 6061 dilakukan proses canai dingin dengan reduksi 50%, 60%, dan 70% kemudian dilanjutkan dengan aging pada temperatur 2000C selama 1800, 3600, 5400, 7200 dan 10.800 detik. Sifat mekanik dan mikrostruktur setelah proses canai dingin dan aging dipelajari. Perubahan morfologi mikrostruktur terjadi pada Al 6061, dari mulai as-received, setelah proses canai dingin dan setelah aging. Aluminium 6061 setelah proses canai dingin menghasilkan elongated grains, semakin pipih pada reduksi tertinggi 70%, dan mikrostruktur berubah menjadi equaxial setelah proses aging. Pengujian X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan peak fasa Mg2Si dan Al2FeSi pada Al 6061 hasil canai dingin dan aging. Fasa Mg2Si dan Al2FeSi merupakan fasa kedua (presipitat) pada Al 6061. Sifat mekanik diukur dengan uji kekerasan Brinell dan ketahanan aus. Kekerasan dan ketahanan ausnya meningkat. Nilai kekerasan tertinggi dicapai pada sampel dengan reduksi 70% dengan waktu aging 5400 detik yaitu sebesar 121 HBN dari nilai kekerasan as-received sebesar 65 HBN. Ketahanan aus meningkat dari semula 6,209951 x 10-6mm3/mm pada kondisi as-received menjadi 4,775436 x 10-6mm3/mm setelah aging. Peningkatan sifat mekanik ini disebabkan oleh strain hardening akibat proses canai dingin dan fasa kedua (presipitat) yang dihasilkan setelah aging. Di sisi lain, fasa kedua (presipitat)  berperan sebagai penghalang pergerakan dislokasi, sehingga menyebabkan meningkatnya sifat mekanik.