cover
Contact Name
Saiful Anwar
Contact Email
saifulanwar@unida.gontor.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
attadib@unida.gontor.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. ponorogo,
Jawa timur
INDONESIA
AT TA´DIB
ISSN : 02169142     EISSN : 25033514     DOI : -
At-Ta'dib adalah media ilmiah bidang kependidikan Islam, baik berupa studi kepustakaan, hasil penelitian maupun karya ilmiah terkait. Terbit dua kali dalam setahun, sebagai sarana pengembangan tradisi keilmuan insan tarbiyah dan pendidikan pada umumnya. Jurnal kependidikan Islam ini diterbitkan oleh Fakultas Tarbiyah Universitas Darussalam Gontor.
Arjuna Subject : -
Articles 306 Documents
Streamlining Education Institution Through Waqf Enlargement: An Experience of Gontor System Imam Bahroni
At-Ta'dib Vol 7, No 2 (2012): Ilmu Pendidikan
Publisher : Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/at-tadib.v7i2.79

Abstract

Education is a process through which a person could actualize himself to be powerful individual and part of community. Powerful because he could not only live in the society but develop the community, he is also ready to lead and ready to be led and make the people dynamic. A person in this instance, who wishes to actualize his potencies, needs various trainings, positive and right movements for physics, mind and heart. First, when the physical movement continuously carried out in this life, he becomes physically strong and healthy. That is why a person needs sport, good food, and enough resting. Second, the mind also needs to be trained through various movements in the form of hard thinking on a positive and qualitative thing where the strong knowledge lays. Third, in order to strengthen his heart a person needs spiritual movement. This movement is naturally done through worship, pray and remembrance of Allah, fasting and night prayer. When these three kinds of movements practiced in life it becomes strength for the human being as an individual and part of the group of people in the society.
The Principle of Integrated Islamic Education Imam Bahroni
At-Ta'dib Vol 9, No 1 (2014): Ilmu Pendidikan
Publisher : Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/at-tadib.v9i1.308

Abstract

The development of integrated Islamic education has introduced a new trend in formal educational institutions in Indonesia. The pondok constitutes a typical Islamic boarding school often run and owned by individual religious teachers (kyai), wherein the Islamic subjects become the priority. The references of these Islamic subjects derived from Islamic classical books (kitab kuning) as the aim of this pondok education system is to produce religious scholars. Slightly different from pondok is the madrasah. This educational institution generally teaches 30 percent Islamic subjects alongside secular subjects. Over the last 20 years, many pondoks have adopted the madrasah system and included instruction in secular subjects in their curriculum. This article aims at elaborating the foundation of integrated Islamic education from the conception of Muslim scholars whose original views derived from the Holy Qur’an and the Prophetic Tradition.
Penerapan Pendidikan Akhlak di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Darut Taqwa Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2014-2015 Agus Budiman; Fahma Ismatullah
At-Ta'dib Vol 10, No 1 (2015): Pendidikan Akhlak
Publisher : Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/at-tadib.v10i1.330

Abstract

Dalam ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang amat penting, dimana akhlak yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW meliputi akhlak terhadap Allah SWT, akhlak sesama manusia, dan akhlak manusia terhadap lingkungannya. Dengan ketiga akhlak tersebut, diharapkan manusia memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat sehingga terciptalah kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Untuk pendidikan akhlak harus diajarkan sejak usia dini, terutama pada masa usia sekolah. Namun kenyataan yang ada sekarang, banyak anak yang perilakunya belum mencerminkan akhlak Islami. Sekolah sebagai salah satu dari tri pusat pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menanamkan pendidikan akhlak bagi anak didik. Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Darut Taqwa merupakan salah satu lembaga pendidikan di Jenangan Ponorogo yang sangat memperhatikan pembinaan akhlak para anak didiknya. Hal ini terlihat dari banyaknya program pembinaan akhlak yang diterapkan di sekolah ini.
Pendidikan Seks Dalam Perspektif Tafsir Maudhu’i Akhmad Alim
At-Ta'dib Vol 9, No 2 (2014): Islamisasi Ilmu Pendidikan
Publisher : Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/at-tadib.v9i2.315

Abstract

Salah satu masalah besar yang mengancam moralitas anak bangsa adalah virus pornografi. Pengaruh teknologi informasi yang kuat, yang diiringi dengan kurangnya filter akan keterbukaan informasi tersebut, merupakan penyebab utama bagi pelajar untuk mengakses pornografi tersebut. Ditambah lagi dengan adanya pergaulan bebas yang kian marak, yang diiringi dengan lemahnya pengawasan dari lembaga keluarga dan lembaga pendidikan, maupun pemerintah. Untuk itu, memberikan pendidikan tentang seks, dengan cara yang benar dan tepat adalah sebuah keharusan bagi setiap orang tua dan para pendidik, agar para generasi mendatang tumbuh kembang sesuai dengan fitrahnya, serta mengetahui batas halal dan haram dalam hal interaksi dengan lawan jenisnya. Ketidaktahuan mereka tentang pendidikan seks akan menjerumuskannya pada hal-hal negatif, akibat dorongan syahwatnya yang tidak terkendali
Pendidikan Karakter dan Pendidikan Akhlak (Studi Perbandingan) Syahrial Z.
At-Ta'dib Vol 9, No 1 (2014): Ilmu Pendidikan
Publisher : Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/at-tadib.v9i1.305

Abstract

Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang sempurna. Yaitu manusia yang memahami hakekat penciptaan diri manusia serta tujuan hidup. Dan untuk mengetahui hal tersebut dibutuhkan sarana serta strategi yang tepat supaya manusia mampu menghambakan diri kepada Allah SWT. Langkah tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan. Islam sebagai agama dan cara pandang hidup memiliki ketentuan yang tertulis dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Di dalamnya terdapat penjelasan tentang tata cara mendidik manusia agar mengenal Tuhannya. Akan tetapi, seiring perkembangan arus globalisasi dalam konteks pendidikan, tata cara mendidik dalam Islam tersebut mengalami dikotomi bahkan dekonstruksi konsep-konsep keilmuan. Dengan itu maka berkembanglah konsep karakter untuk menggantikan konsep akhlak yang sudah mapan dalam syariah Islam. Dalam implementasinya, konsep karakter terdapat misi yaitu upaya menghilangkan nilai-nilai ketauhidan. Padahal, konsep akhlak ingin mengajarkan kepada manusia bahwa tujuan dari pendidikan adalah untuk menjadi manusia yang beradab (berakhlak) sehingga mampu mengenal dan menyembah kepada Allah SWT.
Konsep Ilmu Pendidikan Menurut Imam Al-Ghazali Nu'tih Kamalia
At-Ta'dib Vol 10, No 1 (2015): Pendidikan Akhlak
Publisher : Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/at-tadib.v10i1.335

Abstract

Ilmu merupakan kewajiban muslim untuk membuka cakrawala dunia Islamyang bersumber pada wahyu Al-Qur’an dan Sunnah dengan didukung oleh ‘Aql untuk perkembangan pendidikan Islam. Kehidupan Islam sangat erat hubungannya dengan Tarbiyah, demi meneruskan generasi muda yang Intelek dan tahu agama. Seorang tokoh Islam Al-Imam Al-Ghazali merupakan ahli filosof masyhur dengan karyanya kitab Ihya’ Ulumuddin (menghidupkan kembali pengetahuan Agama). Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin dijelaskan tentang konsep keilmuan yang dapat ditarik sebagai rujukan ilmiah seorang muslim. Dalam karya Al-Imam Al-Ghazali dijelaskan secara detail tentang makna konsep keilmuan yang sangat penting demi perkembangan pendidikan agama Islam, yaitu dengan prinsip menggabungkan ‘Aql dan Dhauq yang akan diolah secara rasio dan intuisi.
Kritik terhadap Kurikulum Berbasis Kesetaraan Gender Oma Komarudin
At-Ta'dib Vol 9, No 2 (2014): Islamisasi Ilmu Pendidikan
Publisher : Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/at-tadib.v9i2.320

Abstract

Pendidikan merupakan tonggak sebuah peradaban. Untuk itu diperlukan implementasi kurikulum pendidikan yang mampu menunjang berdirinya peradaban tersebut. Kurikulum yang benar dalam perspektif Islam adalah kurikulum yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah. Yang mana nilai-nilai syariah diformulasikan ke dalam bentuk kurikulum pendidikan. Akan tetapi, seiring dengan berkembangnya arus globalisasi saat ini proses implementasi kurikulum berbasis al-Qur’an menghadapi tantangan tersendiri. Salah satu tantangan tersebut datang dari pemikiranpemikiran barat yang bersifat dekonstruktif. Misalnya, wacana kurikulum berbasis kesetaraan gender. Melalui wacana ini pegiat gender ingin menanamkan nilai-nilai gender equality dengan cara mendekonstruksi ketetapan al-Qur’an. Menyikapi hal itu, penulis ingin meluruskan wacana kurikulum berbasis kesetaraan gender. Karena wacana tersebut datang dari barat maka hal itu tidak sesuai apabila diimplementasikan dalam pendidikan Islam. Untuk itu, diperlukan cara pandang yang tepat yaitu cara pandang Islam (Islamic Worldview). Yaitu cara pandang yang sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Fenomena Pragmatis Dalam Al-qur’an (Kajian Atas Bentuk Imperatif pada Surah Al-Nur) Moh Mukhlas
At-Ta'dib Vol 9, No 1 (2014): Ilmu Pendidikan
Publisher : Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/at-tadib.v9i1.309

Abstract

Meskipun secara bentuk ungkapan sudah dianggap selesai, Al-Qur’an masih bersifat terbuka terhadap interpretasi beragam yang sesuai dengan konteksnya, salah satunya adalah dengan mengkaji secara pragmatis. Pragmatik merupakan salah satu disiplin ilmu bahasa yang memfokuskan kajiannya pada makna yang tidak terlepas dari konteks. Pragmatik juga merupakan kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian. Mengingat setiap huruf, kata, bahkan alenia yang ada dalam Al-Qur’an sarat dengan makna, maka kajian fenomena pragmatis di dalam Al-Qur’an perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena pragmatis dalam Al-Qur’an yang difokuskan pada kajian imperatif pada surah al-Nur. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan (1) struktur imperatif, (2) makna bentuk imperatif, dan (3) faktor yang melatarbelakangi bentuk imperatif dalam surah al-Nur. Untuk menjawab permasalahan di atas, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Datanya berupa paparan teks yang diambil dari surah al-Nur. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dengan berpedoman pada keabsahan dokumentasi yang berfungsi sebagai instrumen penelitian. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis data model alir yang diadopsi dari Milles dan Huberman yang memiliki beberapa langkah kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yakni (a) pengumpulan data, (b) reduksi data, (c) penyajian data, dan (d) penyimpulan/verifikasi. Dari analisis data ditemukan bahwa: (1) bentuk imperatif tidak selalu menggunakan struktur imperative verb (fi’il amar), tetapi juga menggunakan struktur fi’il mudhari’ yang dijazamkan dengan lam amar, struktur kalimat deklaratif, dan struktur fi’il nahyi (negative imperative); (2) bentuk imperatif yang menggunakan struktur fi’il amar dan fi’il nahyi memiliki makna lokusi yang menyatakan suatu keharusan, baik keharusan melaksanakan atau meninggalkan. Sedangkan makna ilokusi banyak muncul pada bentuk imperatif yang menggunakan struktur fi’il mudhari’ yang dijazamkan dengan lam amar dan struktur kalimat deklaratif; dan (3) struktur dan makna imperatif dalam surah al-Nur banyak dipengaruhi oleh faktor penerima pesan atau mitra tutur dan keadaaan masyarakat (setting) penerima pesan.
Telaah Kritis Terhadap Dekonstruksi Bahasa Gender dalam Studi Islam Henri Shalahuddin; Mohd. Fauzi bin Hamat
At-Ta'dib Vol 10, No 1 (2015): Pendidikan Akhlak
Publisher : Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/at-tadib.v10i1.331

Abstract

Makalah ini akan menelaah dekonstruksi bahasa gender yang diwacanakan oleh sarjana feminis Indonesia dalam studi Islam. Bahasa gender menurut perspektif feminis dipahamisebagai cara untukmewajarkan diskriminasi terhadap wanita, dan menandakan hubungan gender yang hierarkhi. Oleh sebab itu, bahasa gender perlu didekonstruksi karena ia tercipta berdasarkan budaya patriarkhal. Dekonstruksi bahasa gender dalam studi Islam adalah bertujuan untuk menonjolkan pemahaman Islam yang ramah wanita. Tetapi di sisi lain ia juga menghasilkan berbagai pandangan yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip ajaran Islam dan makna kebahasaan yang terkandung dalamteks wahyu. Dalam kajian ini, penulis menggunakan metode analisis kandungan (content analysis) tehadap bukubuku, jurnal, dan latihan ilmiah dari sarjana feminis. Makalah ini merumuskan bahwapendapat sarjana feminis yang mengklaim terjadinya bias gender dalam studiIslam disebabkan oleh bahasa Arab al-Qur’anadalah tidak ilmiah dan tertolak
Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual) Amie Primarni
At-Ta'dib Vol 9, No 2 (2014): Islamisasi Ilmu Pendidikan
Publisher : Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/at-tadib.v9i2.316

Abstract

Manusia adalah makhluk yang diberi banyak kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Pada hakekatnya manusia memiliki empat elemen inti yaitu intelektual, emosi, spiritual, dan fisik-inderawi. Keempat eleman tersebut merupakan pemberian Allah SWT. Sehingga, manusia mengemban tanggungjawab yang sangat besar terhadap kegunaan elemen-elemen tersebut. Sebab manusia merupakan pemimpin di dunia, termasuk pemimpin bagi dirinya sendiri. Dan untuk melaksanakan tanggungjawab manusia sebagai pemimpin atas dirinya maupun orang lain maka manusia membutuhkan pendidikan. Dengan pendidikan tersebut manusia akan mengetahui antara yang baik dan buruk. Untuk itu, pendidikan yang dicanangkan kepada manusia hendaknya mengarah pada perilaku yang memanusiakan manusia. Artinya, manusia harus diberikan suplemen pengetahuan yang mampu mereka gunakan untuk menjalankan kebaikan. Dalam konsep Islam, kebaikan yang dimaksud adalah aturan atau syariat yang tertulis dalam al-Qur’an dan Hadits. Oleh sebab itu, pendidikan Islam semestinya selalu berdasarkan pada ajaran yang ada dalam al-Qur’an dan Hadits. Terutama dimulai dari Pengakuan adanya Allah SWT, dan berakhir dengan Kepatuhan atau Ketaqwaan kepada Allah SWT, dengan kesadaran penuh yang dihasilkan oleh pengembangan intelektual, emosi dan fisik Inderawi. Dengan nilai inilah manusia diharapkan mampu membangun negara yang sesuai dengan syariat Islam

Page 2 of 31 | Total Record : 306


Filter by Year

2008 2023


Filter By Issues
All Issue Vol. 18 No. 1 (2023): At-Ta'dib Journal of Pesantren Education Vol. 17 No. 2 (2022): Islamic Education and Its Methods Vol 17, No 2 (2022): Islamic Education and Its Methods Vol 17, No 1 (2022): Approaches, Strategies, Methods and Islamic Education Vol 16, No 2 (2021): Learning Strategies During The Pandemic Vol 16, No 1 (2021): Mental, Character and Moral education Vol 15, No 2 (2020): Pembelajaran Model Islami dan Efektifitasnya Vol 15, No 1 (2020): Pembelajaran Islam dalam Konteks Pesantren Masa Kini Vol 14, No 2 (2019): Pendidikan Islam Perkembangan dan Tantangannya Vol 14, No 1 (2019): Mental Education in Pesantren Vol 13, No 2 (2018): Pesantren as a Center for Developing Arabic & English Teaching Vol 13, No 1 (2018): Education System and Education Method in Pesantren Vol 12, No 2 (2017): the values of education in pesantren Vol 12, No 1 (2017): Islamic Character Education Vol 11, No 2 (2016): Standarisasi Pendidikan Islam Vol 11, No 1 (2016): Manajemen Penddiikan Islam Vol 10, No 2 (2015): Integrasi Pendidikan Vol 10, No 1 (2015): Pendidikan Akhlak Vol 9, No 2 (2014): Islamisasi Ilmu Pendidikan Vol 9, No 1 (2014): Ilmu Pendidikan Vol 8, No 2 (2013): Urgensi Pendidikan Pesantren Vol 8, No 1 (2013): Tantangan Pendidikan Islam Vol 7, No 2 (2012): Ilmu Pendidikan Vol 7, No 2 (2012): Ilmu Pendidikan Vol 7, No 1 (2012): Teori Pendidikan Vol 6, No 2 (2011): Pendidikan Karakter Vol 6, No 1 (2011): Teknologi Pendidikan Vol 5, No 1 (2010): Prinsip Pendidikan Islam Vol 4, No 2 (2009): Pendidikan Anak Vol 4, No 1 (2009): Kurikulum Pendidikan Islam Vol 3, No 2 (2008): Filsafat Pendidikan Vol 3, No 1 (2008): Dikotomi ilmu pendidikan More Issue