cover
Contact Name
Indah Wahyu Puji Utami
Contact Email
indahwpu@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalsejum@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Sejarah dan Budaya
ISSN : 19799993     EISSN : 25031147     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
Terbit dua kali dalam satu volume yaitu Juni dan Desember; ISSN 1979-9993 berisi tulisan ilmiah tentang sejarah, budaya dan hubungannya dengan pengajaran, baik yang ditulis dalam Bahasa Indonesia maupun asing. Tulisan yang dimuat berupa analisis, kajian dan aplikasi; hasil penelitian, dan pembahasan kepustakaan.
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 2 (2016): DESEMBER 2016" : 11 Documents clear
KOLONIALISME DAN IDENTITAS KEBANGSAAN NEGARA-NEGARA ASIA TENGGARA Heri Susanto
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (857.082 KB) | DOI: 10.17977/sb.v10i2.7667

Abstract

Abstrak. Nasionalisme dapat dikategorikan menjadi civic nationalism dan ethnic nationalism. Ethnic nationalism didefinisikan dalam konteks etnis dan keturunan dari generasi sebelumnya. Hal ini juga mencakup gagasan budaya bersama antara anggota kelompok, dan biasanya juga mencakup bahasa yang sama. Sedangkan, civic nationalism adalah bentuk nasionalisme yang berasal dari legitimasi politik dari keikutsertaan aktif masyarakat, yang mana hal tersebut merupakan “the will of people”. Ethnic nationalism misalnya ditunjukkan oleh Thailand, sedangkan civic nationalism misalnya ditunjukkan oleh Philipina dan Indonesia. Dalam tinjauan ini Malaysia dapat dikatakan mengalami kedua tipe identifikasi ini, ditengah upaya mengukuhkan identitas ke-Melayu-an, Malaysia juga harus mampu mengakoomodir keinginan warga negara lain non Melayu. Meskipun demikian, bila dilihat dari sisi identitas nasional nation state, maka Indonesia dapat dikatakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang secara tegas menggunakan terminologi multikultural dalam penamaan negara. Ditinjau dari sejarah kawasan sangat jelas bahwa nasionalisme Indonesia tidak dibangun atas dasar budaya majemuk, akan tetapi keinginan bersama yang disebut civic nationalism murni.Kata-kata kunci: kolonialisme, nasionalisme, identitas kebangsaan, Asia TenggaraAbstract. Nationalism could be categorized by civic nationalism and ethnic nationalism. Ethnic nationalism is defined in the ethnical and descendant context. This will also cover the idea of collective culture between a member of group and commonly consists of the same language. Civiv nationalism is a form of nationalism derived from the political legitimation of social participation, as called the will of people. Ethnic nationalism, for example, is showed by Thailand and civic nationalism is represented by Philipina and Indonesia. This study places Malaysia as both nationalism. They accommodate the non-Malay citizens in the term of nation-state. Indonesia could be one of Southeast Asian countries using a multicultral perspective in naming a state. Based on the area history, Indonesian nationalisms are not shaped by multiculture, but the will to live together or the pure civic nationalism.Keywords: colonialism, nationalism, national identity Southeast Asia
KOPERASI BATIK BAKTI & KONTRIBUSINYA PADA SEJARAH EKONOMI PONOROGO Tutiek Ernawati
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.617 KB) | DOI: 10.17977/sb.v10i2.7672

Abstract

ABSTRAK: Koperasi Batik BAKTI bukan hanya menjalankan usaha perkoperasian tetapi juga mendirikan fasilitas-fasilitas untuk kepentingan kesehatan dan pendidikan. Koperasi Batik BAKTI juga membantu pemerintah, khususnya pemerintah daerah Ponorogo secara moral dan material ketika terjadi Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948. Koperasi Batik BAKTI Ponorogo sebagai usaha ekonomi rakyat telah banyak memajukan ekonomi di Ponorogo, khususnya dari sektor batik. Peningkatan perekonomian tidak hanya dirasakan oleh para anggota koperasi saja, tetapi juga dirasakan oleh para buruh pabrik. Koperasi Batik BAKTI sekarang masih berdiri dan terus mengelola asetnya.Kata-kata kunci: Koperasi, Batik, PonorogoAbstract. Batik Corporation of BAKTI is not only running their corporation but also establishing various facilities for public health and education. Batik Corporation of BAKTI also help the local government of Ponorogo morally and materially when the 1948 PKI Madiun rebellion appears. This corporation as an economic enterprise has established the economic sector of Ponorogo, especially the selling of Batik. The improvement of economy is not only influenced the member of corporation but also the labours. Nowadays, this corporation has been existing and continually manage their assets.Keywords: corporation, Batik, Ponorogo
SEJARAH INDONESIA DALAM KONTEKS POLITIK GLOBAL DAN REGIONAL Linda Sunarti
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (758.903 KB) | DOI: 10.17977/sb.v10i2.7668

Abstract

Abstrak. Sejarah Indonesia akan terlihat sangat menarik untuk dipelajari ketika dianalisis secara regional dan global. Salah satu cara yang dapat dipakai adalah pendekatan komparatif. Terdapat beberapa aspek dalam melihat sejarah komparatif. Unsur waktu, ruang, dan topik harus seimbang. Oleh karena itu, para sejarawan harus melihat aspek sejarah, budaya, geografi, dan geo-politik dalam membandingkan perkembangan kebijakan luar negeri Indonesia dan Malaysia pasca kemerdekaan. Selain itu, pengalaman kolonialisme yang berbeda perlu diwaspadai. Hal ini berdampak pada pembentukan karakter dan persepsi yang berbeda terhadap masalah keamanan nasional masing-masing negara. Posisi geografis yang strategis menjadikan Asia Tenggara sebagai arena perebutan pengaruh ideologi antara blok Barat dan blok Timur pada masa perang dingin. Dalam menghadapi situasi perang dingin yang terjadi, Indonesia dan Malaysia, berlatar belakang kepentingan nasional yang berbeda, berada dalam dua kubu yang berseberangan. Tulisan ini berupaya untuk memberikan model bagaimana menuliskan sejarah dengan perspektif global.Kata-kata kunci: sejarah Indonesia, sejarah global, sejarah regionalAbstract. Indonesian history could be interesting to elaborate further when it is analyzed regionally and globally. An attempt to be used is a comparative study. There are various aspects in looking at comparative history. Time, place, and topic should be equal. Therefore, historians should look at the historical, cultural, geographical, and geo-political aspects in comparing the development of Indonesian and Malaysian foreign policies. In addition, the different colonial experience should be realized. This will be affected on the various character building and perception on the each national security. Southeast Asia becomes an arena to be competed between Western and Eastern ideologies. In the wave of the cold war, Indonesia and Malaysia have different interest and different position. This article tries to give a model how to write history based on global perspectiveKeywords: Indonesian history, global history, regional history 
PRASEJARAH INDONESIA DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN PRASEJARAH ASIA TENGGARA: KAJIAN ARKEOLOGI POS-PROSESUAL PERSPEKTIF STRUKTURALISME LÉVI-STRAUSS Blasius Suprapta
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (854.6 KB) | DOI: 10.17977/sb.v10i2.7673

Abstract

Abstrak. Arkeologi pos-prosesual dengan perspektif strukturalisme Levi-Strauss membantu para arkeolog prasejarah untuk menjelaskan kedudukan dan peran penting Prasejarah Indonesia dalam perkembangan Prasejarah Asia Tenggara. Sudah seharusnya para arkeolog serta sejarawan melihat prasejarah bukan dari teknologi manusianya tetapi dari manusianya itu sendiri. Dengan adanya transformasi kebudayaan akan terlihat bahwa fase-fase kebudayaan masa prasejarah sesuai dengan tingkat kognisi perkembangan zamannya. Hal ini dimaknai bahwa kedudukan masyarakat Prasejarah Indonesia dalam konteks kawasan regional selalu terbuka dengan fase perkembangan budaya baru dan mentransformasikannya ke dalam kehidupan setempat, sehingga masyarakat prasejarah Indonesia dapat disejajarkan dengan kognisi manusia masa sekarang. Di sinilah posisi humanitas masyarakat prasejarah Indonesia dalam konteks perkembangan budaya Prasejarah Asia Tenggara, sehingga dapat dijadikan pijakan tentang strategi pengembangan kebudayaan di masa datang. Kata-kata kunci: prasejarah, Asia Tenggara, arkeologi, strukturalisme, Levi-StraussAbstract. Post-processual archaeology and the structural perspective of Levi-Strauss could help prehistorian to explain the position and the role of Indonesian pre-history in the wave of Southeast Asian Prehistory. Pre-historians and historians should look prehistory at an anthropological level of analysis. The cultural transformation will show that the prehistoric-cultural phases appropriate with the cognitive level of the spirit of age. This will be interpreted that the position of Indonesian prehistoric society in the context of regional area is open-minded people. They will receive the foreign culture and transform it into the habitual life, therefore the prehistoric society could be equalized with the cognitive man at present. This humanistic position could be a base of cultural development strategy in the future.    Keywords: pre-history, Southeast Asia, Archaeology, structuralism, Levi-Strauss
Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis IT Nunuk Suryani
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1003.735 KB) | DOI: 10.17977/sb.v10i2.7669

Abstract

Abstrak. Media pembelajaran berbasis ICT yaitu media pembelajaran yang mana semua komponen elektronika yang terdiri dari perangkat keras dan lunak serta segala kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan data baik manipulasi, pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi/data dengan menggunakan komputer dan telekomunikasi. media pembelajaran berbasis ICT dapat dikategorikan sebagai teknologi komputer, multimedia, telekomunikasi dan teknologi jaringan komputer. Adapun fungsi ICT dalam media pembelajaran adalah sebagai alat bantu dalam media pembelajaran, sarana/tempat belajar, sebagai sumber belajar, dan sebagai sarana peningkatan profesionalisme.Terdapat banyak model Pengembangan media berbasis ICT yang dapat dipilih. Diperlukan niat dan kesungguhan agar dapat mengembangkan media pembelajaran ini dengan maksimal.Kata-kata kunci: pengembangan media, media pembelajaran, informasi dan teknologiAbstract. Learning media based on ICT is a media which all electronic components consisting software and hardware and which all activities related to data analysis comprising data manipulation, data collection, data analysis, data saving, sata spread, and information presentation using computer and telecommunication. This learning media could categorized as a technology of computer, multimedia, telecommunication, and computer networked technology. The use of ICT in learning media is a tool to help, learning facility, learning source, and a base of professional improvement.Keywords: media development, learning media, information and technology
PENELUSURAN CERITA TOKOH SEJARAH DENGAN METODE CRITICAL PEDADOGY PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN KUDUS Imaniar Purbasari
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (789.069 KB) | DOI: 10.17977/sb.v10i2.7675

Abstract

Pembelajaran IPS di SD memiliki tujuan agar siswa memiliki kepekaan terhadap masyarakat dan lingkungannya, mampu beradaptasi dan memecahkan masalah, serta mampu membangun potensi diri dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, hasil akhir dari pembelajaran IPS hendaknya menguji siswa menerapkan teori dan konsep yang terdapat di kelas untuk dipraktekkan dalam kehidupan sosial. Berpikir secara logis dan rasional harus dibiasakan ketika anak berhadapan dengan sebuah cerita sejarah yang tidak pernah dialami anak. Hal ini semakin rumit karena cerita yang disampaikan dengan lisan oleh generasi tua yang syarat akan nilai dan mitos. Untuk meminimalisir mitos dalam pembelajaran IPS SD harus dilatar belakangi keterbukaan pemikiran anak melalui dialog yang demokratis untuk memaknai proses pembelajaran dan mencari makna informasi dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntutan jaman. Dengan demikinian, anak-anak akan terbiasa untuk mengembangkan budaya bangsa sekaligus mampu mengikuti tuntutan masyarakat global.
BUDAYA KERATON PADA BABAD TANAH JAWI DALAM PERSPEKTIF PEDAGOGI KRITIS Muhammad Iqbal Bisyarda
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1090.036 KB) | DOI: 10.17977/sb.v10i2.7674

Abstract

Abstrak. Realitas sejarah menunjukkan bahwa dari beberapa versi penulisan Babad Tanah Jawi sangat dipengaruhi oleh kondisi ekspresi psikis para pujangga. Bagi keluarga kraton, para pujangga istana memiliki kewajiban untuk ngawulo pada gusti atau rajanya. Menurut ideologi Jawa, berbakti pada raja sama artinya berbakti pada Tuhan. Masyarakat Jawa berpandangan bahwa raja adalah jelmaan Tuhan (pusat mikrokosmos) di muka bumi ini. Oleh karena itu dalam perspektif critical pedagogy sastra Babad Tanah Jawi yang dibuat oleh pujangga istana tidak lain adalah sebagai wujud legitimasi serta dominasi kekuasaan raja pada kawulanya. Tujuan penelitian ini adalah memahami Babad Tanah Jawi dalam tinjauan critical pedagogy. Metode penelitian yang dipakai adalah metode sejarah dengan pendekatan multidimensional. Penelitian ini menemukan bahwa Babad Tanah Jawi menunjukkan sisi dominasi budaya kraton dengan memaparkan genealogi keluarga kraton yang penuh dengan cerita mitologi, magis dan penuh kesakralan. Oleh sebab itu, pengetahuan yang terdapat dalam Babad Tanah Jawi tidak lain hanyalah representasi dari legitimasi kekuasaan dan budaya keraton. Selain itu, Babad Tanah Jawi juga menunjukkan upaya imperiumisasi budaya kerajaan dan mengembalikan sistem kelas atau kasta pra-Islam.Kata-kata kunci: cultural empire, Babad Tanah Jawi, Critical PedagogyAbstract. Historical reality shows that some versions of the writing of Babad Tanah Jawi is strongly influenced by the expression of the psychic condition of the literary writer-poet. For the royal family, the poet has an obligation to work under the king. According to the Javanese ideology, devotion to the king is tantamount devoted to the God. The Javanese believe that the King is an incarnation of the Lord (center microcosm) in the face of this earth. Therefore, in the perspective of critical pedagogy literature Babad Tanah Jawi made by none other than the poet's palace as a form affirming the legitimacy and dominance of royal power in its kawula. The purpose of this study was to understand the Babad Tanah Jawi in reviews critical pedagogy. The research method used is the historical method with a multidimensional approach. This study found that Babad Tanah Jawi represents the cultural dominance by tracing the genealogy of the royal family filled with mythology, magical and full of sanctity. Therefore, the knowledge contained in Babad Tanah Jawi are nothing but representations of the legitimacy of a genealogy tool breeds royal family. Moreover, Babad Tanah Jawi also demonstrates the efforts of imperializing the empire culture and of forming back the class or caste system of pre-Islamic society.Keywords: cultural empire, Babad Tanah Jawi, ritical pedagogy
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA KELAS XI IIS 1 MELALUI PENERAPAN OUTDOOR LEARNING BERBASIS INKUIRI DI SMAN KUNIR TAHUN AJARAN 2015-2016 Zainul Hasan
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (885.326 KB) | DOI: 10.17977/sb.v10i2.7670

Abstract

Abstrak: Penelitian ini berfokus pada penyelesaian masalah kualitas pembelajaran sejarah Indonesia di kelas XI IIS 1 SMAN Kunir. Permasalahan kualitas pembelajaran di kelas ini mencakup rendahnya proses pembelajaran dalam hal keaktifan dan hasil belajar siswa. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dilakukan dengan menerapkan outdoor learning berbasis inkuiri. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran setelah dua kali siklus pemberian tindakan.Kata-kata kunci: keaktifan, hasil belajar, outdoor learning, inkuiriAbstract: this study focuses on the problem solving of the quality of teaching and learning of Indonesian history in the class of XI IIS 1 SMAN Kunir. The problem is the passiveness and the grade of students during and after the teaching process. An effort was done by improving the quality of teaching through the outdoor learning based on inquiry. This study found a significant increase after two cycles of giving action. Keywords: activeness, learning grade, outdoor learning, inquiry
MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SMA Pi’i Pi'i
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.263 KB) | DOI: 10.17977/sb.v10i2.7676

Abstract

Salah satu permasalahan pembelajaran sejarah adalah ketiadaan keberanian dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian berpikir tingkat tinggi. Hal ini berdampak dari pembelajaran sejarah yang dilaksanakan secara konvensional. Guru menjadi titik sentral (teacher centered) dalam pembelajaran dengan gaya bertutur, bercerita atau ceramah, dan penilaian hasil belajar yang hanya menuntut perilaku “ingatan” yang cenderung teroritis dan tidak bersifat kontekstual. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, guru sejarah merupakan salah satu komponen penting yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Maka, sebagai guru sejarah dalam melaksanakan pembelajaran sebaiknya mengacu pada paradigma baru dalam pembelajaran kontruktivisme yang berorientasi dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) beralih ke peserta didik (student centered) sehingga mampu memberikan ruang gerak kepada peserta untuk meningkatkan kemampuan menalar, berpikir kritis, logis, dan menumbuhkan kreativitas berpikir peserta didik. Guru sejarah juga sebaiknya mampu melaksanakan penilaian berpikir tingkat tinggi sesuai dengan tuntutan Kompetensi Dasar (KD) yang level kognitifnya berpikir tingkat tinggi.
Soekarno dan Diplomasi Indonesia Arifin Suryo Nugroho
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.646 KB) | DOI: 10.17977/sb.v10i2.7666

Abstract

Abstrak. Politik luar negeri Soekarno yang lebih condong ke kiri memunculkan kecemburuan dari pihak barat. Inggris mencoba menggabungkan wilayah koloninya di Semenanjung Malaka, Singapura dan Kalimantan Utara menjadi satu dalam Federasi Malaysia. Rencana ini kemudian ditentang oleh Pemerintah Indonesia. Presiden Soekarno berpendapat bahwa Federasi Malaysia merupakan Negara bentukan Inggris, dan hal ini memungkinkan bagi Inggris untuk melakukan kontrol atas Asia Tenggara khususnya Indonesia sebagai tetangga terdekat. Presiden Soekarno mengumumkan Indonesia keluar dari keanggotaan PBB. Presiden Soekarno kemudian membentuk kekuatan baru, yaitu The New Emerging Force (NEFO) sebagai representasi negara-negara dunia ketiga sebagai kekuatan baru untuk melawan kedigdayaan The Old Establsihed Force (OLDEFO) yang berisikan negara-negara maju. Memasuki penghujung tahun 1965 hubungan antara Indonesia semakin erat dengan Cina. Apa yang dilakukan Soekarno ini sebenarnya sebagai salah satu upaya untuk mengimbangi kekuatan militer di dalam politik Indonesia yang semakin menguat.Kata-kata kunci: Soekarno, diplomasi Indonesia, NEFO, GANEFOAbstract. The foreign policy of Soekarno looking at the left makes the jealousy of the Western countries. England tries to unite all Malay colonies, Malay Peninsula, Singapore, and North Borneo becoming a Malay federation. This plan then is refuted by Indonesian. Soekarno argues that the federation formed by England and this will lead a control upon Southeast Asia including Indonesia as nearest neighbourhood country.  Soekarno announces that Indonesia will leave from the United Nations. He forms the new power of The New Emerging Force (NEFO) as the representation of the third world resisting The Old Established Force (OLDEFO) consisting of the developed countries. Soekarno approaches the communist block as an effort to equalize the military power in the Indonesian politic.Keywords: Soekarno, Indonesian diplomatic, NEFO, GANEFOAbstrak. Politik luar negeri Soekarno yang lebih condong ke kiri memunculkan kecemburuan dari pihak barat. Inggris mencoba menggabungkan wilayah koloninya di Semenanjung Malaka, Singapura dan Kalimantan Utara menjadi satu dalam Federasi Malaysia. Rencana ini kemudian ditentang oleh Pemerintah Indonesia. Presiden Soekarno berpendapat bahwa Federasi Malaysia merupakan Negara bentukan Inggris, dan hal ini memungkinkan bagi Inggris untuk melakukan kontrol atas Asia Tenggara khususnya Indonesia sebagai tetangga terdekat. Presiden Soekarno mengumumkan Indonesia keluar dari keanggotaan PBB. Presiden Soekarno kemudian membentuk kekuatan baru, yaitu The New Emerging Force (NEFO) sebagai representasi negara-negara dunia ketiga sebagai kekuatan baru untuk melawan kedigdayaan The Old Establsihed Force (OLDEFO) yang berisikan negara-negara maju. Memasuki penghujung tahun 1965 hubungan antara Indonesia semakin erat dengan Cina. Apa yang dilakukan Soekarno ini sebenarnya sebagai salah satu upaya untuk mengimbangi kekuatan militer di dalam politik Indonesia yang semakin menguat.Kata-kata kunci: Soekarno, diplomasi Indonesia, NEFO, GANEFOAbstract. The foreign policy of Soekarno looking at the left makes the jealousy of the Western countries. England tries to unite all Malay colonies, Malay Peninsula, Singapore, and North Borneo becoming a Malay federation. This plan then is refuted by Indonesian. Soekarno argues that the federation formed by England and this will lead a control upon Southeast Asia including Indonesia as nearest neighbourhood country.  Soekarno announces that Indonesia will leave from the United Nations. He forms the new power of The New Emerging Force (NEFO) as the representation of the third world resisting The Old Established Force (OLDEFO) consisting of the developed countries. Soekarno approaches the communist block as an effort to equalize the military power in the Indonesian politic.Keywords: Soekarno, Indonesian diplomatic, NEFO, GANEFO

Page 1 of 2 | Total Record : 11