cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM
ISSN : -     EISSN : 24600059     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah Kedokteran Gigi Klinik or abbreviated to MKGK is a scientific periodical written in Indonesian language published by Dentistry Faculty of Gadjah Mada University twice a year on every June and December. The process of manuscript submission is open throughout the year
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 3 (2018)" : 5 Documents clear
Rehabilitasi pasien pasca hemimaksilektomi dengan obturator resin akrilik Mohammad Faid Fahlevy; Haryo Mustiko Dipoyono; Esti Tjahjanti; Endang Wahyuningtyas
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.46252

Abstract

Hemimaksilektomi merupakan operasi pengangkatan sebagian dari palatal dan maksila yang mengakibatkan defek pada integritas rongga mulut. Defek menyebabkan terjadinya hubungan antara rongga hidung dan mulut serta malformasi palatum dan agenese gigi. Penutupan defek dilakukan dengan menggantikan jaringan keras, lunak, dan gigi yang hilang menggunakan protesa maksilofasial intraoral yaitu obturator. Laporan kasus ini bertujuan mengkaji rehabilitasi obturator resin akrilik. pada pasien pasca hemimaksilektomi. Pasien pria, 55 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan defek pada palatal yang mengakibatkan suara sengau. Pemeriksaan menunjukkan terdapat defek pada bagian kanan palatum durum, defek gingiva labial dexter, serta kehilangan gigi 12, 13, 14, 15, 16, dan 17. Tatalaksana perawatan: Pasien dibuatkan obturator resin akrilik untuk menutup defek pada palatum pasca hemimaksilektomi dan menggantikan gigi yang hilang. Pencetakan menggunakan hidrokoloid irreversible yang diberi kain kassa pada defek untuk menahan bahan cetak agar tidak masuk ke hidung. Insersi obturator menunjukkan penutupan defek palatum oleh obturator resin akrilik menutup dengan baik. Retensi, stabilisasi dan oklusi pada pemakaian obturator baik, suara sengau berkurang, sayap labial menutup defek gingiva labial. Pada kontrol 1 minggu tidak ada keluhan, pasien merasa puas, suara sengau berkurang, estetis, pengunyahan dan penelanan baik. Kesimpulan: Obturator resin akrilik dapat merehabilitasi defek palatal pasca hemimaksilektomi dan mengembalikan fungsi bicara, penelanan, pengunyahan, dan estetik.
Perawatan gigi tiruan sebagian lepasan immediate pada pasien dengan periodontitis kronis Adi Kristanto Tandadjaja; Haryo Mustiko Dipoyono; Suparyono Saleh; Endang Wahyuningtyas
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.55744

Abstract

Periodontitis kronis merupakan masalah masyarakat di banyak negara berkembang. Periodontitis kronis termasuk penyakit peradangan pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh bakteri spesifik pada subgingiva yang dapat menimbulkan respon inflamasi gingiva, dan berlanjut ke struktur jaringan penyangga gigi, sehingga menyebabkan kegoyangan gigi. Gigi tiruan yang proses pemasangannya dilakukan langsung setelah pencabutan gigi dalam mulut pasien disebut gigi tiruan sebagian immediate. Tujuan studi pustaka adalah untuk mengkaji perawatan gigi tiruan sebagian lepasan immediate pada pasien dengan periodontitis kronis untuk mengembalikan efektifitas pengunyahan pasien segera setelah pencabutan gigi. Seorang laki-laki, 40 tahun datang dengan keluhan gigi molar kedua atas kanan dan molar pertama bawah kiri mengalami periodontitis kronis disertai kegoyangan derajat 3. Pasien merasa kesulitan mengunyah dan kurang percaya diri karena banyak gigi geliginya hilang. Pada pemeriksaan intra oral didapatkan gigi 14, 15, 16, 18, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 35, 36, 45, 46, 47, 48 telah hilang. Anamnesa, pemeriksaan klinis, dan rehabilitasi protesa gigi tiruan sebagian lepasan dengan immediate pencabutan gigi 17 dan 36 dengan hasil insersi: gigi tiruan retentif dan stabil, tidak ada traumatik oklusi, dan baik secara estetik. Pada kontrol pertama, 24 jam pasca insersi, tidak ada keluhan, tidak ada pendarahan, gigi tiruan tidak menekan luka. Pada kontrol kedua, luka telah menutup dengan sempurna dan pasien merasa puas karena fungsi pengunyahannya telah kembali. Perawatan gigi tiruan sebagian lepasan immediate pada pasien dengan periodontitis kronis dapat mengembalikan efektifitas pengunyahan, estetik dan fonetik pasien segera setelah pencabutan gigi serta meningkatkan kenyamanan pasien.
Veneer direk dengan pasak fiber pada insisivus maksila pasca perawatan saluran akar Alberta Vianney Rahardjo; Yulita Kristanti
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.65717

Abstract

Gigi nekrosis dengan tumpatan yang mengalami perubahan warna memerlukan perawatan saluran akar dan restorasi yang dapat mengembalikan estetik dan kekuatan gigi tersebut. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menginformasikan hasil perawatan saluran akar yang diikuti restorasi veneer direk resin komposit dengan pasak fiber pada gigi insisivus sentralis kiri maksila. Pasien wanita berusia 21 tahun ingin memperbaiki tambalan pada gigi depan atasnya yang berubah warna. Sekitar satu tahun yang lalu gigi tersebut pernah nyeri spontan dan pasien hanya minum obat untuk meredakan nyeri. Berdasarkan pemeriksaan subjektif, objektif, dan radiografis diperoleh diagnosis gigi insisivus sentralis kiri maksila nekrosis pulpa dengan lesi periapikal. Perawatan saluran akar dilakukan dengan teknik preparasi step back. Satu minggu setelah obturasi, dilakukan kontrol dan pemasangan pasak fiber yang dilanjutkan dengan restorasi veneer direk resin komposit. Hasil evaluasi klinis pada waktu kontrol menunjukkan restorasi masih utuh, tidak ada perubahan warna, tidak ada rasa nyeri pada perkusi dan palpasi. Kesimpulan perawatan saluran akar dan veneer direk dengan pasak fiber efektif untuk merawat gigi insisivus maksila nekrosis pulpa dengan lesi periapikal.
Toxic epidermal necrolysis dipicu oleh parasetamol dan kloramfenikol Hamdatun Rakhmania; Riani Setiadhi
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.65718

Abstract

Toxic epidermal necrolysis (TEN) adalah peradangan sistemik akut yang melibatkan kulit, membran mukosa, epitel pernafasan dan pencernaan. Dalam banyak kasus, obat-obatan merupakan penyebab utama TEN akan tetapi dapat juga disebabkan oleh infeksi dan faktor resiko lain. Membran mukosa (rongga mulut, konjungtiva dan anogenital) adalah bagian tubuh yang paling awal terlibat pada TEN. Tujuan dari studi kasus membahas mengenai Toxic epidermal necrolysis yang dipicu oleh parasetamol dan kloramfenikol serta manajemen terapinya. Seorang wanita berumur 34 tahun mengeluh, empat hari sebelum rawat inap merasa pusing dan nyeri menelan, ia minum obat parasetamol dan kloramfenikol untuk mengobatinya. Tiga hari kemudian timbul luka pada kelopak mata dan bibir sehingga terasa nyeri saat membuka mata dan mulut. Pada bibir ditemukan krusta serosanguis yang mudah berdarah dan epidermolysis 32% pada kulit serta di mukosa oral terdapat lesi erosif, pseudomembran, eritem dan edema. Berdasarkan gambaran klinis, ditegakkan diagnosis TEN yang dipicu oleh parasetamol dan kloramfenikol. Terapi yang diberikan pada kunjungan pertama adalah kompres bibir dengan NaCl 0,9 %, 3 hari kemudian ditambahkan obat kumur chlorhexidine gluconate 0,1%. Mulai hari ke-7 ditambahkan terapi deksametason racikan dalam bentuk salep dan obat kumur. Setelah 10 hari menjalani perawatan, perih serta luka pada bibir dan rongga mulut sudah mengalami perbaikan, nyeri menelan pun berkurang. Kesimpulan: Tanda awal TEN adalah ruam dan lepuh pada mulut sehingga dokter gigi memiliki peranan penting dalam deteksi dini kelainan ini. Dokter gigi harus tanggap dan segera merujuk ke dokter spesialis kulit jika ditemukan tanda awal TEN, sehingga dapat segera diterapi sejak dini.
Retraksi kaninus segmental pada kasus gigi anterior maksila yang berjejal berat Katlya Anggraini; Soekarsono Hardjono; Sri Suparwitri
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.65719

Abstract

Retraksi kaninus merupakan salah satu tahapan dari perawatan ortodonti pada kasus pencabutan, yang umumnya dilakukan setelah tahap levelling selesai dilakukan. Namun pada kasus gigi anterior yang berjejal berat, retraksi kaninus segmental seringkali diperlukan untuk menyediakan ruang demi tercapainya kesejajaran gigi-gigi anterior. Laporan kasus ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas retraksi kaninus segmental pada penanganan kasus gigi anterior maksila yang berjejal berat. Seorang pasien perempuan usia 13 tahun datang dengan keluhan gigi-geligi rahang atas dan bawah yang berjejal dan terdapat gigi depan kiri atas yang tumbuh lebih ke depan. Pemeriksaan objektif menunjukkan bidental protrusi, crowding rahang atas dan rahang bawah, open bite, cross bite, dan scissor bite. Pasien memiliki Maloklusi Angle Kelas II divisi 1 dengan relasi skeletal kelas II, bidental protrusi, open bite pada gigi 13 terhadap 43, dan 24 terhadap 34, cross bite pada gigi 15 terhadap 45, scissor bite pada gigi 25 terhadap 35, dan malposisi gigi individual. Pasien dirawat menggunakan alat ortodontik cekat teknik Edgewise dengan retraksi kaninus yang dilakukan secara segmental. Setelah 17 bulan perawatan, crowding rahang atas dan rahang bawah terkoreksi, malposisi gigi individual terkoreksi, cross bite terkoreksi, scissor bite terkoreksi namun open bite belum terkoreksi dan perawatan pada pasien masih berlangsung hingga saat ini. Retraksi kaninus segmental efektif untuk penanganan kasus gigi anterior maksila yang berjejal berat.

Page 1 of 1 | Total Record : 5