Articles
180 Documents
EPISTEMOLOGI PEMIKIRAN MU’TAZILAH PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA
Zulhelmi Zulhelmi
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 14 No 2 (2013): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Mu’tazilah adalah salah satu aliran dalam teologi Islam, yang menggunakan pemikiran rasional untuk menjelaskan masalah ketuhanan. Secara epistemologi pemikiran rasional Mu’tazilah terpengaruh oleh pemikiran filsafat. Mu’tazilah menggunakan metoda berfikir filsafat untuk memnjelaskan dan menetapkan persolan Ketuhanan. Mu’tazilah berpandangan bahwa Tuhan telah memberikan kemerdekaan dan kebebasan bagi manusia dalam menentukan kehendak dan perbuatannya, karena Tuhan tidak absolute dalam kehendak-Nya, dan Tuhan mempunyai kewajiban berlaku adil, berkewajiban menempati janji, berkewajiban memberi rizki. Dalam hubungannya dengan perbuatan manusia , kehendak mutlak Tuhan jadi terbatas karena kebebasan itu telah diberikan kepada manusia dalam menentukan kemauan dan kehendaknya. Menurut mu’tazilah posisi manusia dalam tatanan alam semesta memiliki pandangan tersendiri. Manusia harus berhubngan dengan alam, dan tidak dapat menghindarkan diri dari ketentuan-ketentuan yang berlaku berdasarkan hukum alamiah. Jika dikaitkan dengan paham free will dan free act, sudah menjadi perdebatan panjang dikalangan teologi Islam. Penelitan ini ingin menemukan pemikiran rasional mu’tazilah yang tentunya berkaitan erat dengan beberapa permasalahan, yakni hakikat pemikiran rasionalis mu’tazilah dan cara mengemukakan pendapatnya, serta pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran Islam yang tercermin pada pemikiran tokoh-tokoh Islam di Indonesia.
TAFSIR KEBENCIAN Studi Bias Gender dalam Tafsir Al-Qurān Karya Zaitunah Subhan
Halimatussa’diyah Halimatussa’diyah
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 16 No 1 (2015): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
The paper objectives are to describe and to anlyze the Zainatunah Subhan view on the exegesis of gender verses in Al Quran. According to her, indeed there is gender bias if the verses are textually interpreted. Otherwise, Al Quran supports the equality of both verses, if the verses are interpreted contextually along with scientific explanation.
ALIRAN KALAM SALAFIYAH
Muhammaddin Muhammaddin
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 16 No 1 (2015): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Mu’tazila had reached the power in Abbasiya Dinasty. Mu’tazilah main controversial thought was the notion that Al Quran is a creature. All peoples and scholars were forced to follow the thought. Meanwhile there was a scholar who strongly opposed the notion. He was Imam Ahmad Ibn Hambal. He was often threated, tortured and busted by the ruler. Imam Ahmad Ibn Hambal thought was inspired by the new theological school, Salaf School. Salaf was the theological school following the Imam Ahamad Ibn Hambal thought which was formulated by Imam Ahmad Ibn Taimiyah. As the Asyariyah school, Salaf was the reaction against the Mu’tazilah thought. The paper will discuss the two main scholar of Salafi School namely Imam ibn Hambal and Ibn Taimiyah. It includes their biographies, toughts, and their interpretation on Mutasyabihat, the verses which have no clear on meaning and the Allah’s attributes.
KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDNESS PERSONALITY) DALAM PSIKOLOGI ISLAM
Listya Istiningtyas
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 14 No 1 (2013): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Tidak ada individu yang bebas dari masalah dan tekanan hidup.Adaorang yang mudah mengeluh dan mudah menyerah dalam menghadapi tekanan hidup.Adapula yang begitu tegar, optimis, dan memandang tekanan hidup sebagai tantangan yang dapat dihadapi. Individu yang dapat bertahan itu dalam bahasa psikologi disebut memiliki kepribadian tahan banting (hardiness personality). Secara literatur hal ini dapat diartikan sebagai ketahanan, ketabahan hati atau daya tahan. Kepribadian tahan banting ternyata memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan fisik dan mental. Topik ini masih jarang dibicarakan dalam psikologi. Tulisan ini berisi tentang wacana kepribadian tahan banting dari sudut pandang psikologi kontemporer dan dari sudut pandang Islam guna memperkaya pembahasan topik ini.
GERAKAN DAKWAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA
Muhammadin Muhammadin
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 17 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Hizb ut-Tahrir try to enforce Islamic Shariah throughda‟wastrategy by multiple stages namely; Tatsqif Phase (coaching the cadre), Tafa'ul (interaction) and Istilamul Hukmi (takeover of power). First Phase: Forming a political party that will conduct training the cadre (Marhalah at-Tatsqif). Political party formed will prepare cadres who are acquainted with Islam and want to fight for Islam, these cadres are formed by routine education weekly and monthly, which will convey the ideas and methods of da‟wa of the Hizb in order to establish the framework of the party. The second stage is interaction with the people and encouraged the people to carry the Islamic da'wah. It forms awareness and public opinion on the basis of the ideas and Islamic laws that has been selected and set the Hizb, to serve as thinking people who will encourage him to realize the life reality. The third stage: Stages of Acquisition of Power (Marhalah Istilam Al-Hukm), which is implemented to develop the message of Islam to the world.
INFALIBILITAS PAUS DALAM PERSPEKTIF GEREJA ROMA KATHOLIK
Nur Fitriyana
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 15 No 2 (2014): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Konsili Vatikan I yang didominasi oleh definisi infalibilitas paus yang pasti merupakan konsili kontoversial di dalam gereja Katolik dan dalam hubungannya dengan gereja-gereja lain serta dunia luas. Konsili menyatakan hal-hal yang tidak dapat diterima oleh banyak orang dan peristiwa ini tampaknya memperlihatkan Gereja Katolok ada pada puncak keagresifannya dan keotoriterannya. Konsili Vatikan I muncul secara mengagetkan menurut Norman P. Tanner ( 2003: 108) Konsili Trento tampaknya masih memberikan penjabaran teologi Katolik Roma secara memadai dan tidak terasa kebutuhan untuk melangkah lebih jauh dari rumusannya, teristimewa dalam perdebatan dengan gereja-gereja Protestan yang masih sangat banyak mengambil sikap mempertahankan diri, Konsili lain tampaknya tidak diperlukan. Namun pada ranah lain telah terjadi banyak peristiwa. Revolusi Perancis 1789 maupun revolusi industri yang berawal pada akhir abad 18, menimbulkan perubahan-perubahan besar pada suasana politik, sosial dan ekonomi di dunia Barat. Pencerahan abad 18 memicu timbulnya banyak tantangan intelektual pada agama Kristiani dan ini diperumit pada abad berikutnya oleh kemajuan dalam bidang IPA yang memunculkan masalah lebih lanjut, seperti penyelidikan Darwin.
“DEKONSTRUKSI KEBENARAN” KRITIK TERHADAP PANDANGAN TOKOH DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI AGAMA
Iredho Fani Reza
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 15 No 1 (2014): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Berdasarkan kajian empiris terdahulu, ada pengaruh agama terhadap aspek fisik dan psikis individu. Semakin tinggi tingkat pemahaman dan penghayatan agama maka individu dapat menyingkapi berbagai permasalahan kehidupan di dunia. Psikologi dan agama merupakan ranah kajian yang berbeda ditinjau dari sumber dan pemahamannya. Kajian kritis ini, menolak pendapat sebagian tokoh seperti Sigmund Freud dan Feuerbach, yang memandang negatif peranan agama dalam kehidupan manusia. Orang yang beragama dianggap sebagai individu yang menderita gangguan neurosis, mengalami ilusi, dan hanya berupa angan-angan saja. Kajian kritis ini mendukung pendapat dan hasil penelitian dari William James, Kenneth I. Pargament, dan Dadang Hawari, memandang pentingnya peranan agama dalam setiap aspek kehidupan manusia baik fisik maupun psikis.
PEMIKIRAN POLITIK IBNU KHALDUN DAN PEMBENTUKAN TEORI SOSIOLOGI POLITIK
Kamaruddin Kamaruddin
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 16 No 2 (2015): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
This paper will try to illustrate the concepts offered by Ibn Khaldun on State and government, with the main explanations regarding the concept of ashabiyah (group solidarity) and its role on state formation, rise and collapse. According to the Ibnu Khaldun, ashabiyyah is the driving force of the country and the foundation for the establishment of a state or dynasty . Ashabiyyah have a major role in the expansion of the country after the establishment of the country's foundation. When ashabiyyah is strong , the states can be expanded otherwise if asabiyyah weak , then the area of the states appears relatively limited
GENDER DALAM SYARIAH : RELASI ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Tri Handayani;
Deddy Ilyas
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 16 No 1 (2015): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Conversation about women is not endless. Every conversation about women will occupy her position to be equal in the gender relation, but on the other hand women will occupy the lowest position, including in the the social, cultural, economic, political, and even religious fields.
KAEDAH-KAEDAH TAFSIR FI ZHILAALI AL-QURAN
Sri Aliyah
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 14 No 2 (2013): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Meski tidak dipungkiri bahwa al-Quran telah diturunkan sejak berabad-abad lamanya di zaman Rasulullah Saw dan menggambarkan tentang kejadian masa itu dan sebelumnya sebagaimana yang terkandung dalam Qashash al-Quran, namun ajaran-ajaran yang dikandung dalam al-Quran adalah ajaran yang relevan yang dapat diterapkan di segala tempat dan zaman. Maka, tak salah jika kejadian-kejadian masa turunnya al-Quran adalah dianggap sebagai perjalanan sejarah umat manusia pada fase berikutnya. Dan tidak heran jika penafsiran-penafsiran yang telah diusahakan oleh ulama klasik perlu disesuaikan kembali dalam masa sekarang. Berangkat dari itu, Sayyid Qutb mencoba membuat terobosan terbaru dalam menafsirkan al-Quran yang berangkat dari realita masyarakat dan kemudian meluruskan apa yang dianggap tidak benar yang terjadi dalam realita tersebut.