cover
Contact Name
-
Contact Email
mediamesin@ums.ac.id
Phone
+62271-717417
Journal Mail Official
mediamesin@ums.ac.id
Editorial Address
Jl. A. Yani 1 Pabelan Kartasura Surakarta 57162 INDONESIA
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Media Mesin: Majalah Teknik Mesin
ISSN : 14114348     EISSN : 25414577     DOI : 10.23917/mesin
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue " Vol 7, No 2 (2006)" : 6 Documents clear
PERAJANG MEKANIK KRIPIK Putro, Sartono
Media Mesin: Majalah Teknik Mesin Vol 7, No 2 (2006)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses pembuatan kripik tempe dengan  perajangan manual mempunyai banyak kelemahan yaitu waktu proses lama, tebal sayatan  tidak bisa seragam, permukaan sayatan bergelombang. Perajangan dengan penyayatan manual dapat digantikan menggunakan perajang mekanik yang prinsip kerjanya berdasarkan mekanisme gerak engkol peluncur dengan pemotong sirkel (circle cutter). Penelitian ini bertujuan mencari cutting speed dan feeding speed yang optimum pada pemotongan tempe menjadi kripik tempe dengan ketebalan tertentu. Penelitian dilakukan dengan membuat  alat perajang mekanik yang menggunakan prinsip kerja mekanisme engkol peluncur, circle cutter diputar oleh sebuah motor listrik yang dapt diatur putarannya dengan mengganti pulley transmisi. Sedangkan putaran engkol yang merupakan gerak feeding diputar oleh sebuah motor listrik yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa grafik hubungan antara cutting speed dan kuantitas sayatan menunjukkan bahwa peningkatan cutting speed menghasilkan peningkatan kuntitas sayatan. Percobaan dengan lima variasi kecepatan cutting speed mendapatkan hasil kualiatas sayatan yang sama yaitu secara visual permukaan keping hasil sayatan halus, sedangkan kuantitas terbesar dicapai pada  cutting speed 19.927 mm/s. Diperkirakan kuntitas hasil keping sayatan akan terus meningkat dengan ditingkatkannya cutting speed. Percobaan dihentikan sampai cutting speed 19.927 mm/s karena muncul serpihan sayatan yang berbentuk slurry dan mengotori sekeliling alat. Hasil yang optimum pada penelitian ini dicapai pada cutting speed 18.394 mm/s dengan kuantitas sayatan 11 keping, pada kondisi ini serpihan sayatan belum mengganggu operasional. Ukuran bahan tempe yang disayat memiliki ketebalan 20 mm, bila hasil sayatan dibuat setebal 1,5 mm, maka satu buah bahan tempe kotak akan dihasilkan sayatan, 20/1,5 = 13 keping.
KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA, AMPAS TEBU DAN JERAMI Subroto, Subroto
Media Mesin: Majalah Teknik Mesin Vol 7, No 2 (2006)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Potensi biomass ampas tebu dan jerami sebagai sumber energi alternatif sedemikian melimpah, namun belum terolah sepenuhnya. Berawal dari hal tersebut maka peneliti mengajukan penelitian mengenai pengolahan biomass ampas tebu dan jerami dengan campuran batubara serta bahan perekat yang terbuat dari tepung pati guna diolah menjadi bahan bakar alternatif berupa biobriket . Dalam penelitian ini komposisi yang di uji adalah biobriket dengan perbandingan prosentase batubara : biomass (ampas tebu dan jerami); 10% : 90% ; 33,3% : 66,6% ; 50% : 50% . Penelitian awal dilakukan dengan pengumpulan, penghalusan, pengujian bahan baku (kadar air, nilai kalor, kadar abu, volatile matter, kadar karbon)  dan pencampuran bahan baku (batu bara, ampas tebu, jerami dan perekat pati), selanjutnya dilakukan pengepresan dengan tekanan 100 kg/cm2 . Pengujian pembakaran dilakukan  di laboratorium untuk mengetahui besarnya laju pengurangan massa dengan laju kecepatan udara konstan(0,3 m/), kemudian dilanjutkan dengan pengujian emisi polutan . Berdasarkan percobaan dan parameter yang telah di uji, penambahan biomass menyebabkan naiknya volatile matter sehingga lebih cepat terbakar dan laju pembakaran lebih cepat. Penambahan biomass juga dapat menurunkan emisi polutan yang dihasilkan pada saat pembakaran. Komposisi biobriket terbaik yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah komposisi batubara 10% : biomass 90% karena lebih cepat terbakar, suhu yang dicapai dapat optimal dan lebih ramah lingkungan.
PERKEMBANGAN CACAT RONGGA PADA PROSES EKSTRUSI Riyadi, Tri Widodo Besar
Media Mesin: Majalah Teknik Mesin Vol 7, No 2 (2006)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cavity defect occurs in an extruded product when the remaining billet reaches a certain thickness. This defect can create serious problem in the quality of products because it produces waste material and requires an extra operation for finishing. The requirement of wasting a certain portion of the product becomes undesirable especially for a relatively short, headed product. Since the occurrence of this defect is troublesome in industrial practice, it is important to study the conditions leading to the cavity formation. By using this prediction, it may be possible to stop the process before the cavity starts to develop. In this work, a new measuring technique to monitor the development of cavity defect in forward extrusion was studied. This technique uses electrical contact principle, which detects the contact between metal pins and the leading face of the billet. When the cavity develops, a void or gap between the punch and the billet interface develops, and breaks the electrical current of the circuit. The experiment of extrusion process was undertaken in parallel with a finite element analysis (FEA) using ABAQUS software. It was shown that at a certain distance the cavity defect was revealed. In this work, the cavity formation was investigated by a variation of die reduction. The influence of coefficient of friction, punch speed, and billet thickness was also observed. This study concentrated on improving the understanding of the behavior of metal flow and the development mechanism of cavity formation with the aim of providing general guidance for the extrusion industry in minimizing the cavity defect formation of the extruded product.
KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA Sulistyanto, Amin
Media Mesin: Majalah Teknik Mesin Vol 7, No 2 (2006)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Potensi biomass sabut kelapa sebagai sumber energi alternatif sedemikian melimpah, namun belum terolah sepenuhnya. Tujuan penelitian ini adalah menguji karakteristik pembakaran biobriket campuran batubara dengan sabut kelapa  perbandingan batubara : biomass : 10% : 90%, 20% : 80%, 30% : 70%.Penelitian awal dilakukan dengan pengujian proximate bahan baku meliputi kadar air, nilai kalor, kadar abu, volatile matter dan  kadar karbon   Selanjutnya  dilakukan pembuatan biobriket dengan pencampuran bahan baku batu bara, sabut kelapa, lime stone dengan perekat pati kanji dengan pengepresan tekanan 100 kg/cm2.Pengujian karakteristik pembakaran dilakukan dengan alat uji pembakaran di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk mengetahui besarnya laju pengurangan massa dengan kecepatan udara konstan. Pengujian emisi polutan hasil pembakaran  dilakukan di Laboratorium  Dinas Perhubungan Rembang Berdasarkan percobaan dan parameter yang telah di uji, penambahan biomass menyebabkan naiknya volatile matter sehingga lebih cepat terbakar dan laju pembakaran lebih cepat. Penambahan biomass juga dapat menurunkan emisi polutan yang dihasilkan pada saat pembakaran. Komposisi biobriket terbaik yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah komposisi batubara : biomass = 10% : 90% karena lebih cepat terbakar dan lebih ramah lingkungan, sedangkan untuk kebutuhan industri, komposisi terbaik dengan pencapaian temperatur tertinggi  adalah komposisi batubara : biomass = 30% : 70%.
PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN IMPAK KOMPOSIT ENCENG GONDOK DENGAN MATRIKS POLIESTER Purboputro, Pramuko Ilmu
Media Mesin: Majalah Teknik Mesin Vol 7, No 2 (2006)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanfaatan material komposit pada saat ini semakin berkembang, seiring dengan meningkatnya penggunaan bahan tersebut yang semakin meluas mulai dari yang sederhana seperti alat-alat rumah tangga sampai sektor industri. Penelitian komposit diperkuat serat enceng gondok ini bertujuan mengetahui kekuatan tarik, kekuatan impak, kekuatan bending komposit serat enceng gondok dengan panjang 25 mm, 50 mm dan 100 mm dengan fraksi volume 80% matrik polyesterdan 20% serat enceng gondok. Dari hasil pengujian didapat harga kekuatan tarik tertinggi dimiliki oleh komposit dengan panjang serat 100 mm yaitu 11,02 MPa, dengan modulus elastisitas 11023,33 MPa, Harga impak tertinggi dimiliki oleh komposit dengan panjang serat 50 mm yaitu 0,002344 j/mm2 .
STUDI HEAT LOSSES PADA ISOBARIC ZONE REAKTOR HYL III DIRECT REDUCTION PLANT PT. KRAKATAU STEEL Aklis, Nur
Media Mesin: Majalah Teknik Mesin Vol 7, No 2 (2006)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Isobaric zone merupakan zona untuk mereduksi bijih besi (iron ore) menjadi besi spons (sponge iron) dengan menggunakan gas reduktor H2 di dalam sebuah reactor. Panas dari heater diperlukan untuk membantu proses mereduksi bijih besi pada reactor. Reactor diberi bahan insulasi yaitu refraktori untuk menahan panas yang keluar dan menahan benturan secara langsung dari bijih besi saat proses. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerugian panas yang terjadi yang diakibatkan penurunan dari performansi refraktori. Akibat dari panas yang keluar secara berlebihan dapat berakibat merusak dinding reactor hingga menyebabkan kebocoran pada reactor (hot spot). Hasil penelitian dilapangan  bahwa pada zona Isobaric temperatur dinding luar reactor mencapai 150 OC, tetapi menurut desain awal temperatur dinding luar reactor pada zona Isobaric adalah 36 OC. Hal ini berarti telah terjadi kerugian panas yang disebabkan oleh adanya perpindahan panas pada reactor yang sudah tidak sesuai dengan desain awal reactor.

Page 1 of 1 | Total Record : 6