cover
Contact Name
Suci tuty putri
Contact Email
Suci.putri@upi.edu
Phone
-
Journal Mail Official
Suci.putri@upi.edu
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA
ISSN : 25410024     EISSN : 24773743     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia(JPKI) merupakan sarana pengembangan dan publikasi karya ilmiah bagi para peneliti, dosen dan praktisi keperawatan dan kesehatan. JPKI adalah jurnal cetak dan elektronik dengan sistem open access journal. JPKI menerbitkan artikel-artikel dalam lingkup keperawatan dan kesehatan secara luas namun terbatas terutama bidang pendidikan keperawatan. Artikel harus merupakan hasil penelitian, studi kasus, hasil studi literatur, konsep keilmuan, pengetahuan dan teknologi yang inovatif dan terbaharu dalam lingkup ilmu keperawatan baik dalam skala nasional dan internasional. Artikel akan ditelaah secara peer review oleh mitra bestari dari berbagai institusi.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2016): Vol 2, No 1 (2016)" : 8 Documents clear
GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI Rahmi, Upik; Somantri, Budi; Alifah, Nisa Yusrina Nur
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 1 (2016): Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i1.2851

Abstract

ABSTRAKDi Indonesia proporsi penduduk berusia lanjut terus membesar. Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan usia harapan hidup lansia akan menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologi dan sosial ekonomi. Salah satu permasalahan pada lansia adalah penurunan aktivitas akibat proses penuaan ditandai dengan kurangnya motivasi lansia mengikuti senam lansia. Hal ini dikarena kurangnya pengetahuan lansia mengenai senam lansia.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan lansia mengenai senam lansia.Penelitian ini menggunakan metode deksriptif kuantitatif, dengan teknik pengambilan data sampel menggunakan total sampling. Jumlah responden yang di ambil sebanyak 29 lansia di panti sosial tresna werdha budi pertiwi.Intrument menggunakan kuisoner dan teknik analisa data menggunakan distribusi frekuensi.Hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan usia 60-74 tahun (48,3%) atau lebih dari sebagian besar lansia berpengetahuan baik 14 lansia (48,3%), dan lansia yang berpengetahuan cukup 14 lansia (48,3%) dan berpengetahuan kurang ada 1 lansia (3,4%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hampir setengahnya (48,3%) berpengetahuan baik dan cukup. Adapun saran bagi tenaga kesehatan adalah diadakannya penyuluhan tentang senam lansia. Kata Kunci : Pengetahuan, Senam Lansia, Lansia  ABSTRACTIn Indonesia, the proportion of the elderly population continues to grow. Indonesia is among the top five countries with the highest number of elderly people in the world, reaching 18.1 million in 2010. The increasing of population and life expectancy of the elderly will cause various problems among other health problems, psychological and socio-economic. One of the problems in the elderly is a decrease in activity due to aging is characterized by a lack of motivation to follow gymnastics elderly. This is caused by a lack of knowledge about gymnastics elderly. The purpose of this study was to identify the description of the elderly knowledge about gymnastics. This research is using quantitative descriptive method, with sample data retrieval technique using total sampling. The number of respondents who took as many as 29 elderly people in social institutions Tresna Werdhana Budi Pertiwi. Instrument using questionnaires and data analysis techniques using frequency distribution. The results of the research showed that the frequency distribution of respondents by age 60-74 years (48.3%) or more of the mostly elderly knowledgeable both 14 elderly (48.3%), and the elderly who are knowledgeable enough 14 elderly (48.3%) and No less knowledgeable one elderly (3.4%). From these results it can be concluded that nearly half (48.3%) and fairly good knowledge. As for advice for health workers is holding counseling about gymnastics elderly.Keywords: Knowledge, GymnasticsElderly, Elderly
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI IMAJINASI TERBIMBING PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI Sumartini, Sri; Bachtiar, Heru Hari
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 1 (2016): Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i1.2846

Abstract

ABSTRAKPenyakit hipertensi pada Lansia memerlukan penanganan tanpa menimbulkan efek samping yang bertujuan untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas serta mempertahankan tekanan darah normal.Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah teknik relaksasi imajinasi terbimbing (guided imaginary). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian teknik relaksasi imajinasi terbimbing pada Lansia yang menderita hipertensi.Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan pre-experiment design. Sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik purposive sampling menggunakan sebanyak 30 orang Lansia yang mengalami hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka. Data ini diambil menggunakan lembar observasi tekanan darah. Setelah itu dilakukan uji statistik yang menggunakan uji beda yaitu Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat kemaknaan 0,05.Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah sebelum pemberian teknik relaksasi imajinasi terbimbing sebesar 154,9 dan sebagian besar responden mengalami hipertensi Stadium I (60,0%). Sementara rata-rata tekanan darah pada Lansia yang menderita hipertensi sesudah pemberian teknik relaksasi imajinasi terbimbing sebesar 143,3 dan sebagian besar responden mengalami prehipertensi (46,7%). Hasil uji hipotesis menunjukkan ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian teknik relaksasi imajinasi terbimbing pada Lansia yang menderita hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun 2014 (rvalue = 0,008).Oleh karena itu perawat di Puskesmas dapat mengaplikasikan teknik relaksasi imajinasi terbimbing dalam membantu menurunkan tekanan darah pada pasien yang mengalami hipertensi Kata kunci       : Tekanan Darah, Hipertensi, Imajinasi Terbimbing ABSTRACTHypertension of elderly needs handling without giving an effects for prevent morbidity and mortality and for maintain normal blood pressure. One of technique which can be used is a guided imaginary. The research is for determine differences of blood pressure before and after giving guided imaginary for elderly suffering hypertension. This research is used experimental with pre-experiment design. Sample in this research is purposive sampling technique method using as many as 30 people for the elderly that experienced hypertension in the work area of the UPTD Puskesmas Kertajati Majalengka. In this data is taken by using sheet of observation blood pressure. After that performed statistical test that using wilcoxon signed rank test with significance level 0,05.The result shows average is 154,9 and most of respondents have hypertension Stadium I (60,0%). While, averages of elderly  blood pressure is 143,3 after giving guided imaginary technique and most of respondents have prehypertension (46,7%). The result of hypothesis test shows there are differences blood pressure before and after giving guided imaginary technique for elderly suffering hypertension in work area UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka years 2014 (pvalue=0,008)Therefore, nurses in Puskesmas can apply guided imaginary technique for lowers blood pressure for patients who have hypertension. Key words        : Blood Pressure, Hypertension, Guided Imaginary
GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG Fitriana, Lisna Anisa; Nurbaeti, Siti
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 1 (2016): Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i1.2852

Abstract

ABSTRAKPostpartum blues merupakan fenomena yang terjadi pada hari-hari pertama postpartum. Puncak gejala postpartum blues terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5 postpartum dengan durasi mulai dari beberapa jam sampai beberapa hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Gambaran Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Nifas Berdasarkan Karakteristik di Rumah Sakit Umum TK IV  Sariningsih Kota Bandung. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive consecutive Sampling.Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 responden. Intrumen penelitian menggunakan instrument baku yaitu instrument EPDS (Edinburg Postnatal Depression Scale) dengan jumlah soal 10 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan hampir setengahnya mengalami postpartum blues ringan (42,5%) dan hampir setengahnya (35,0%) mengalami postpartum blues berat. Berdasarkan usia hampir setengahnya ringan dan berat (30,0%), berdasarkan pendidikan sebagian kecil ringan (20,0%), berdasarkan jumlah paritas sebagian kecil ringan (25,0%), berdasarkan jenis persalinan hampir setengahnya berat (27,5%), berdasarkan jumlah penghasilan perbulan hampir setengahnya ringan (37,5%), berdasarkan pekerjaan hampir setengahnya ringan (30,0%), berdasarkan status kehamilan sebagian kecil ringan (22,5%) dan berdasarkan dukungan sosial hampir setengahnya ringan (35,0%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hampir setengahnya ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung mengalami postpartum blues ringan dan berat. Adapun rekomendasi dari penelitian ini adalah diadakannya penyuluhan tentang cara mengatasi postpartum blues.Kata Kunci : Kejadian Postpartum Blues, Karakterististik Ibu Nifas ABSTRACTPostpartum blues occurs after giving birth and its symptoms usually happen in the third to fifth days of postpartum and it can last for hours or days. This study has the objective to identify the cases postpartum blues in postpartum mothers seen from their characteristics. This study was conducted at Sariningsih General Hospital (Level IV) Bandung and involved 40 respondents. It particularly uses descriptive quantitative method that applies purposive consecutive sampling. The instrument of this research is EPDS (Edinburg Postnatal Depression Scale) that consists of 10 questions. The findings of this study show that more than half of the respondents experience mild postpartum blues (42.5%) and almost half them (35%) experience severe postpartum blues. Following are the findings of this study: seen from the age of the respondents, almost half of them experienced mild and severe postpartum blues (30%); seen from their education background, few of them experience mild postpartum blues (20%); seen from the number of parity, few of them experienced mild postpartum blues (25%); seen from the kinds of labor, some of them experienced severe postpartum blues (27.5%); seen from their monthly income, almost half of them experienced mild postpartum blues (37.5%); seen from their occupation, almost half of them experienced mild postpartum blues (30%); seen from their pregnancy status, few of them experienced mild postpartum blues (22.5%); and seen from their social support, almost half of them experienced mild postpartum blues (35%). To conclude, almost half of postpartum mothers at Sariningsih General Hospital (Level IV) Bandung experienced mild and severe postpartum blues. Therefore, it is recommended to educate pregnant women in order to make them well-prepared in avoiding postpartum blues.Keywords: Postpartum blues cases, postpartum mother characteristics.
PENGARUH MUSIK ANGKLUNG TERHADAP KUALITAS HIDUP WANITA LANJUT USIA Komariyah, Lilis
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 1 (2016): Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i1.2847

Abstract

ABSTRAKPeningkatan derajat kesehatan menyebabkan bertambahnya usia harapan hidup yang memberikan dampak terhadap meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia. Dengan meningkatnya usia harapan hidup maka sangat penting untuk memperbaiki kualitas hidup lansia. Musik angklung merupakan kearifan budaya lokal yang sedang berkembang saat  ini. Adapun tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh musik angklung terhadap peningkatan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti jompo. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan pre dan post test design without control. Subjek penelitian menggunakan purposive sampling sebanyak 15 orang wanita lansia berusia 60-90 tahun yang berasal dari Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi. Penelitian ini menggunakan instrumen WHOQOL-BREFF. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk, uji Kolmogorov Smirnov, dan uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita lansia yang mengikuti musik angklung memiliki peningkatan kualitas hidup secara bermakna pada domain fisik (55,27 ± 7,86 vs 52,80 ± 6,91) (p0,05), domain psikologis (65,53 ± 9,50 vs 54,33 ± 5,53) (p0,05), domain hubungan sosial (71,07 ± 8,76 vs 57,67 ±5,17) (p0,05), dan domain lingkungan (61,40 ± 5,15 vs 56,33 ± 4,67) (p0,05). Simpulan dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa musik angklung dapat meningkatkan kualitas hidup wanita lansia pada domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Adapun saran dari penelitian ini diharapkan bahwa musik angklung dapat diterapkan di seluruh unit lansia maupun panti jompo yang ada di Indonesia. Kata kunci: wanita lansia, kualitas hidup, musik angklung  ABSTRACTThe enhancement of current health level and life expectancy provide implications to the number of elderly people in Indonesia. Health professionals, especially geriatric nurses, play an important role in increasing elderly life quality. One of the efforts is by practicing Brain Movement Exercise and Angklung music therapy. The aim of this study was to analysis the effect of brain movement exercise and angklung music on quality of life of elderly. The study design was an experimental pre and post design without control. The subjects  were 15 healthy elderly woman age 60-90 years old whom came from a nursing home. The instrument research used was WHOQOL-BREF. Shapiro-Wilk test, Kolmogorov Smirnov, and ANOVA were used to analyze the data. The results showed that women elderly people who participated angklung music experienced a significant life quality improvement in physical domain (55,27 ± 7,86 vs 52,80 ± 6,91) (p0,05), psychological domain (65,53 ± 9,50 vs 54,33 ± 5,53) (p0,05) , social relationship domain (71,07 ± 8,76 vs 57,67 ±5,17) (p0,05), and environment domain (61,40 ± 5,15 vs 56,33 ± 4,67) (p0,05). In conclusion, angklung music can improve elderly womens life quality in physical, psychological, social relationship and environmental domains. Therefore, it is suggested that angklung music are implemented in all nursing house units in Indonesia. Key words: elderly women, quality of life, angklung music
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ADVERSITY QUOTIENT WARGA BINAAN REMAJA DI LPKA KELAS II SUKAMISKIN BANDUNG Putra, M. Randi Gentamandika; Hidayati, Nur Oktavia; Nurhidayah, Ikeu
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 1 (2016): Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i1.2853

Abstract

ABSTRAKWarga binaan remaja memiliki hambatan dan tentangan yang lebih besar dibandingkan dengan remaja normal lainnya. Mereka lebih beresiko mengalami gangguan psikologis selama di LPKA, oleh karena itu Adversity Quotient menjadi salah satu aspek yang penting dimiliki warga binaan remaja dalam menghadapi hambatan tersebut. AQ dipengaruhi oleh daya saing, produktivitas, kreativitas, motivasi, dan belajar. Motivasi merupakan aspek yang masih jarang diberikan kepada warga binaan remaja, sehingga penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan motivasi berprestasi dengan adversity quotient pada warga binaan remaja di LPKA kelas II Sukamiskin Bandung.Rancangan peneliti an ini menggunakan metode deskriptif korelatif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 84 orang. Instrumen yang digunakan adalah Adversity response profile (ARP) quick take untuk mengukur adversity quotient dan instrumen motivasi berprestasi dengan rentang nilai validitas 0,316-0,751 dan nilai reabilitas 0,926 untuk mengukur motivasi berprestasi. Data dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk analisis univariat dan uji spearmen-rank  untuk analisis bivariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa 47 responden mempunyai motivasi berprestasi yang rendah ( 56% ) serta 52 (61,9%) responden  mempunyai adversity quotient yang sedang. Analisis korelasi Spearmen – rank  menunjukan bahwa adanya hubungan antara motivasi berprestasi dengan adversity quotient dengan nilai r = 0,724 dan p value = 0,00.Simpulan dari penelitian ini terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan adversity quotient yang bersifat positif dengan tingkat keterikatan yang kuat dan signifikan.Pendekatan keperawatan melalui model ARCS serta dikolaborasikan dengan terapi kognitif merupakan intervensi keperawatan yang bisa digunakan dalam membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan adversity quotient pada warga binaan remaja. Kata kunci       : adversity quotient, motivasi berprestasi, warga binaan remaja ABSTRACTJuvenile inmates have obstacles and challenges are greater than normal teenager, they are more at risk of psychological disorders during in LPKA. Adversity quotient is important aspect for juvenile inmates in period of custody. AQ affected by competitiveness, productivity, creativity, motivation, and learning process. Motivation is one of the aspects that still not adequately given to the adolescent in period of custody yet, so that the aim of this study is to see the relationship between achievement motivation and adversity quotient among juvenile inmates at  LPKA class II Sukamiskin Bandung. The method that used in this study is descriptive correlative with total sampling technique and total respondent are 84 adolescent. This study used Adversity Response Profile (ARP) quick take to measure adversity quotient and achievement motivation instrument as the instrument with the range of validity between 0,316 – 0,751 and reliability value 0,926 to measure achievement motivation. Data were analyzed by frequency distribution to analyze univariate and spearman-rank test to analyze bivariate. Result of this study showed that 47 (56%)  respondents have low achievement motivation and 42 (61,9%) respondents have moderate adversity quotien Spearmen-rank analysis showed that the relationship between achievement motivation and adversity quotient with r value = 0.724 and p value = 0.00.This study conclude that there is relation between achievement motivation and adversity quotient positively with strong and significant bond. Nursing approach by using ARCS model collaborated with cognitive therapy can be used as nursing intervention to increase achievement motivation and adversity quotient in adolescent in period of custody. Keyword : adversity quotient, achievement motivation, juvenile inmates
TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DALAM ACTIVITIES DAILY LIVINGDI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA SENJA RAWI Rohaedi, Slamet; Putri, Suci Tuty; Kharimah, Aniq Dini
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 1 (2016): Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i1.2848

Abstract

ABSTRAKMeningkatnya usia harapan hidup penduduk dapat menyebabkan peningkatan jumlah lansia dari tahun ketahun. Peningkatan jumlah lansia akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti meningkatnya penyakit degeneratif dan kanker yang menyebabkan penurunan produktifitas lansia. Penurunan produktifitas pada lansia terjadi karena penurunan fungsi, sehingga dapat menyebabkan lansia mengalami penurunan kemandirian dalam melaksanakan kegiatan harian.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran tingkat kemandirian dalam memenuhi activities daily living.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 21 lansia yang berusia 60 – 69 tahun di Panti Sosial Tresna Wredha Senjarawi. Instrumen menggunakan barthel index.Teknik analisa data menggunakan distribusi frekuensi.Hasil penelitian gambaran tingkat kemandirian lansia (60 – 69 tahun) dalam memenuhi activities daily living menunjukan bahwa sebagian besar lansia sebanyak 15 orang (72%) termasuk dalam ketergantungan sebagian, 3 orang (14 %) termasuk mandiri dan3 orang (14%) termasuk dalam ketergantungan total. Bahwa sebagian besar lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Senjarawi memiliki ketergantungan sebagian dalam menjalani aktifitas kehidupannya.Diharapkan dapat dikembangkan program – program kesehatan bagi lansia yang dapat meningkatkan kemandirian lansia. Kata Kunci : kemandirian, lansia activities daily living  ABSTRACTThe increase in people’s life expectancy may result to the rise in elderly people population from year to year. The rise number in elderly people will lead to various health problems such as the increase of degenerative diseases and cancer that affect the decline in elderly people’s productivity. The decrease in elderly people’s productivity is caused by the reduction in function so that it will lead to the decrease in elderly people’s independence level in following daily activities. The purpose of this research is to identify elderly people’s independence level in fulfilling activities of daily living. The current research employed descriptive quantitative, which also applied total sampling as the technique to collect data. The samples were 21 elderly people (aged 60 – 69 years old) in Senjarawi Social Residential. Barthel index was utilized as the research instrument, while frequency distribution was also employed to analyze the research data. The research result on elderly people’s independence level (aged 60–69 years old) in fulfilling activities daily living revealed that most of elderly people, 15 persons (72%), were considered to be partially dependent, 3 persons (14 %) were categorized as independent, while the other 3 persons (14%) were considered as fully dependent. Based on the findings. That most of elderly people in Senjarawi Social Residential are considered as partially dependent. Suggests that healthcare programs for elderly people should be developed in order to improve elderly people’s independence. Keywords: independence, elderly people activities daily living
PENERAPAN EDUKASI TERSTRUKTUR MENINGKATKAN SELF EFFICACY DAN MENURUNKAN IDWG PASIEN HEMODIALISA DI RSUD INDRAMAYU Wayunah, Wayunah; Saefulloh, Muhammad; Nuraeni, Wiwin
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 1 (2016): Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i1.2941

Abstract

ABSTRAK Jumlah kasus chronic kidney disease yang harus menjalani terapi hemodialisa sejumlah 400 pasien dari 1.000.000 penduduk di Indonesia (Situmorang, 2013). Pemantauan keberhasilan hemodialisa diukur dari Inter Dialilytic Weight Gain (IDWG) yang tidak lebih dari 4 % berat kering. Nilai IDWG yang melebihi dari normal menimbulkan gejala edema, sesak nafas, dan rasa tidak nyaman. Salah satu kepatuhan pasien dalam mempertahankan IDWG adalah self efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh edukasi terstruktur terhadap self efficacy dan IDWG pada pasien hemodialisa. Desain penelitian quasi experimen, dengan pendekatan pretest-posttest with control group. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel 38 pasien hemodialisa dibagi dua kelompok 22 kelompok intervensi dan 16 kelompok kontrol. Edukasi diberikan dengan gambar dan video dalam media LCD proyektor dan leaflet. IDWG diukur dengan observasi berat badan sedangkan self efficacy menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan uji t-dependen dan t-independen. Hasil penelitian menunjukkan pemberian edukasi terstruktur pada kelompok intervensi meningkatkan self efficaccy untuk mengontrol intake cairan antar waktu dialysis (p=0,000, α=0,05), dan menurunkan IDWG (p=0,04, α=0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol penerapan edukasi meningkatkan self efficacy (p=0,03, α=0,05), namun tidak menurnkan IDWG (p=0,053, α=0,05). Hasil analisis lanjut menggunakan uji t-independen pada kedua kelompok ditemukan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam self efficacy dan IDWG (p 0,05). Edukasi terstruktur berpengaruh dalam meningkatkan self efficacy dan menurunkan IDWG. Kata kunci : self efficacy, IDWG, edukasi terstruktur ABSTRACT The number of chronic kidney disease with hemodialysis therapy was 400 patients of 1,000,000 population in Indonesia (Situmorang, 2013). The success hemodialysis was monitored by Inter Dialilytic Weight Gain (IDWG) and the criteria was not more than 4 % of dry weight. An excess of IDWG value would cause the symptoms of edema, shortness of breath, and discomfort. Self efficacy was one of patient compliance in maintaining IDWG. The aim of this study was to analyze the effect of a structured education on self-efficacy and IDWG in hemodialysis patients. The study used quasi experimental design, with pretest-posttest control group approach. The sample was selected by purposive sampling technique. The sample was 38 patients, divided into intervention group (22 patients) and control group (16 patients). The intervention of structured education was use pictures and videos by LCD projector and leaflets. IDWG was measured by weight observation, while self-efficacy by questionnaire. The statistical test used t-dependent and t-independent. The result showed that structured education increased self efficaccy to control fluid intake on inter dialysis time (p = 0.000, α = 0.05) and decreased IDWG value (p = 0.04, α = 0.05) in the intervention group. While the intervention increased self efficaccy to control fluid intake on inter dialysis  time (p = 0.03, α = 0.05) and decreased IDWG value (p=0,053, α=0,05) in the control group. The results of further analysis used an independent t-test, showed that there were not a significant differences in self-efficacy and IDWG (p 0.05) between intervention and control group. The structured education caused an increasing of self-efficacy and a decreasing of IDWG value. Keyword : self efficacy, IDWG, structured education
GAMBARAN STIGMA MASYARAKAT TERHADAP KLIEN GANGGUAN JIWA DI RW 09 DESA CILELES SUMEDANG Purnama, Gilang; Yani, Desy Indra; Sutini, Titin
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 1 (2016): Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i1.2850

Abstract

ABSTRAKStigma merupakan label negatif yang melekat pada tubuh seseorang yang diberikan oleh masyarakat dan dipengaruhi oleh lingkungan. Stigma salah satu faktor penghambat dalam penyembuhan klien gangguan jiwa.Cileles adalah suatu Desa dengan jumlah klien gangguan jiwa yang meningkat setiap tahunnya.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran stigma masyarakat terhadap klien gangguan jiwa di RW 09 Desa Cileles.Desain penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian 253 Kepala Keluarga dan Sampel 155 responden dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuisoner Community Attitudes toward the Mentally Ill dan instrumentnya valid dan reliabel.Analisis data yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan skor median.Stigma terdiri dari 4 domain, masing-masing domain skornya 10 – 50. Hasil penelitian menunjukan domain otoriterisme mediannya 34 dengan IQR2, selanjutnya adalah komponen berdasarkan domain kebajikan dengan nilai skor 33 dengan IQR 2, kemudian domain ideologi komunitas kesehatan mental dengan skor 33 dengan IQR 4 dan yang paling rendah domain pembatasan sosial dengan nilai 27 dengan IQR 7. Hal tersebut dapat berarti bahwa lebih banyak responden yang menganggap bahwa klien gangguan jiwa harus diperlakukan dengan kasar.Penelitian ini bisa disimpulkan bahwa domain otoriterisme adalah domain stigma yang paling tinggi dan pembatasan sosial adalah domain yang paling rendah. Hasil penelitian ini perlu di tindak lanjuti dengan memberikan intervensi yang tepat sesuai dengan domain-domain yang ada Kata kunci : Gangguan Jiwa, Masyarakat, Stigma.  ABSTRACTStigma is a negative label attached to the body of someone who is paid by the public and influenced by the environment. Stigma one of the inhibiting factor in the healing of clients with mental disorders. Cileles is a village with a number of clients with mental disorders is increasing every year.  This research aims to describe the stigma against mental illness clients in RW 09 Cileles.This research used descriptive quantitative design. Population consisted of 253 heads of household and involved 155 respondents were taken with stratified random sampling. This research used Community Attitudes toward the Mentally Ill Questionnaire and the instrument was valid and reliable. Data Analyzed with descriptive analysis and used median score.Stigma is composed of four domains, each domain likelihood score is 10-50. Research results from obtained that the median score on the domain of authoritarianism is 34 with IQR 2, next is a component based on the domain of virtue with a score of 33 with IQR 2, then based on the ideological aspect mental health community with a score of 33 with IQR 4 and the lowest is based on aspects of social restrictions with value 27 with IQR 7. This result indicated that majority of respondent considered that patient with mental ill should be treated rudely.To concluded, authoritarianism domain is the highest domain stigma and social restrictions are the domain of the lowest. The results of this study need to be followed up with appropriate interventions in accordance with existing domains. Keyword : Mental Illness, Society, Stigma 

Page 1 of 1 | Total Record : 8