Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN HOSPITAL HOMECARE DI RSUD AL-IHSAN JAWA BARAT Rahmi, Upik; Ramadhanti, Dewi
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 3, No 1 (2017): Vol 3, No. 1 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v3i1.7488

Abstract

ABSTRAKHomecare merupakan layanan kesehatan yang dilakukan dirumah pasien. Konsep ini telah dikembangkan oleh William Rathon sejak tahun 1859 di liverpool yang dinamakan perawatan dirumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati pasien yang sakit dan tidak bersedia dibawa ke rumah sakit. Di Indonesia, konsep homecare ini merupakan solusi paling tepat untuk mengantisipasi jumlah pasien yang tidak tertampung di rumah sakit. Dengan konsep homecare maka pasien yang sakit dengan kriteria tertentu (terutama yang tidak memerlukan peralatan rumah sakit) tidak lagi harus ke rumah sakit, tetapi tenaga kesehatan yang mendatangi rumah pasien dengan fokus utama pada kemandirian pasiendan keluarganya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang manajemen pelayanan hospital homecare di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat pada tanggal 26-27 Mei 2016 dengan jumlah populasi 10 orang serta jumlah sampel 10 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran pengetahuan perawat tentang menejemen pelayanan hospital homecare di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat diperoleh kategori terbanyak yaitu lima orang responden (50%) memiliki pengetahuan cukup, kategori kurang tiga orang responden (30%) memiliki pengetahuan kurang dan untuk pengetahuan dengan kategori baik sebanyak dua orang responden (20%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan perawat tentang manajemen pelayanan hospital homecare di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat adalah kategori cukup yaitu lima orang responden (50%). Oleh karena itu maka peneliti merekomendasikan agar pihak kesehatan lebih mengembangkan pengetahuan tentang homecare agar tercipta kesehatan yang holistik.ABSTRACTHomecare is supportive care provide in the home. The modern concept of providing nursing care in the home was developed by William Rathbone of Liverpool, England, in 1859. In Indonesia, The concept of homecare is solution for anticipate amount of patient in the hospital. In manner of this concept for patient have a spesific character like unneed some hospital’s instrumentation, patient unneed to go to hospital but a nurse come to a patient’s home, but a nurse have to come to a patient home for a focus, that is a patient to be autonomous in activity daily living. This research for find out of nurse’s knowledge about hospital homecare service management (HHSM) in Al-Ihsan Provience’s Hospital Jawa Barat. It is conducted using descriptive quantitative study in 26-27 May 2016, and involved 10 population and 10 samples. Simple total sampling was used as the technique and closed questionnaire was used as the instrument. The findings of the study show that most nurse’s in Al-Ihsan Provience’s Hospital Jawa Barat ( five respondents) have adequate knowledge about HHSM (50%); next, three respondents (30%) have low knowledge about HHSM; and two respondents (20%) have good knowledge about HHSM. To conclude, the nurse in Al-Ihsan Provience’s Hospital Jawa Barat’s knowledge about HHSM is adequate. Therefore, the health professionals are suggested to actively conduct more counseling and re-evaluation about homecare, especially about HHSM, in hospital settings. 
Pengetahuan Siswa kelas XI Tentang Penyakit Menular Seksual Rahmi, Upik; Gustini, Kiki; Puspita, Asih Purwandari Wahyoe
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 1, No 2 (2015): Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v1i2.9748

Abstract

ABSTRAK            Prevalensi PMS di negara berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di negara maju. Usia remaja (15 – 24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus PMS. Di Indonesia, berdasarkan Laporan Survei Terpadu dan Biologis Perilaku (STBP) oleh Kementrian Kesehatan RI (2011), prevalensi penyakit menular seksual (PMS) pada tahun 2011 dimana infeksi gonore dan klamidia sebesar 179 % dan sifilis sebesar 44 %. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui  pengetahuan siswa  kelas XI tentang penyakit menular seksual. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 24 Bandung pada tanggal 4, 5, 8, 9 dan 11 Juni 2015 dengan jumlah populasi 359 orang serta jumlah sampel 190 orang.  Pengambilan sampel menggunakan   random sampling. Instrumen yang digunakan  kuesioner . Hasil penelitian ini menunjukkan  pengetahuan siswa  kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual di SMA  diperoleh     119 orang   (62,63%)   pengetahuan cukup  59 orang  (31,05%)  pengetahuan kurang  12 orang   (6,32%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan siswa  kelas XI tentang penyakit menular seksual di SMA Negeri 24 Bandung adalah cukup 119 orang (62,63%). Oleh karena itu  peneliti merekomendasikan agar petugas kesehatan dapat lebih aktif lagi dalam memberikan penyuluhan tentang sistem reproduksi khususnya mengenai penyakit menular seksual di lingkungan sekolah. ABSTRACT The prevalence of Sexually Transmitted Disease (STD) in developing countries is higher than in advanced countries. The adolescence (15-24 years old) contributes for 25% to all sexually active population, but contributes 50% to all STD cases. According to Report of Integrated and Biologic Behavior Survey conducted by Health Ministry of Indonesian Republic (2011), the prevalence of STD in Indonesia in 2011 shows that gonorrhea and Chlamydia infection is 179% and syphilis is 44%. This study aims at discovering XI grade students of 24 Senior High School Bandung’s knowledge about STD. It is conducted using descriptive quantitative study in 4, 5, 8, 9 and 11 June 2015, and involved 359 population and 190 samples. Simple random sampling was used as the technique and closed questionnaire was used as the instrument. The findings of the study show that most XI grade students of 24 Senior High School Bandung (119 respondents) have adequate knowledge about STD (62.63%); next, 59 respondents (31.05%) have low knowledge about STD; and 12 respondents (6.23%) have good knowledge about STD. To conclude, the XI grade students of 24 Senior High School Bandung’s knowledge about STD is adequate. Therefore, the health professionals are suggested to actively conduct more counseling about reproduction system, especially about STD, in school settings.
GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI Rahmi, Upik; Somantri, Budi; Alifah, Nisa Yusrina Nur
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 1 (2016): Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i1.2851

Abstract

ABSTRAKDi Indonesia proporsi penduduk berusia lanjut terus membesar. Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan usia harapan hidup lansia akan menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologi dan sosial ekonomi. Salah satu permasalahan pada lansia adalah penurunan aktivitas akibat proses penuaan ditandai dengan kurangnya motivasi lansia mengikuti senam lansia. Hal ini dikarena kurangnya pengetahuan lansia mengenai senam lansia.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan lansia mengenai senam lansia.Penelitian ini menggunakan metode deksriptif kuantitatif, dengan teknik pengambilan data sampel menggunakan total sampling. Jumlah responden yang di ambil sebanyak 29 lansia di panti sosial tresna werdha budi pertiwi.Intrument menggunakan kuisoner dan teknik analisa data menggunakan distribusi frekuensi.Hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan usia 60-74 tahun (48,3%) atau lebih dari sebagian besar lansia berpengetahuan baik 14 lansia (48,3%), dan lansia yang berpengetahuan cukup 14 lansia (48,3%) dan berpengetahuan kurang ada 1 lansia (3,4%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hampir setengahnya (48,3%) berpengetahuan baik dan cukup. Adapun saran bagi tenaga kesehatan adalah diadakannya penyuluhan tentang senam lansia. Kata Kunci : Pengetahuan, Senam Lansia, Lansia  ABSTRACTIn Indonesia, the proportion of the elderly population continues to grow. Indonesia is among the top five countries with the highest number of elderly people in the world, reaching 18.1 million in 2010. The increasing of population and life expectancy of the elderly will cause various problems among other health problems, psychological and socio-economic. One of the problems in the elderly is a decrease in activity due to aging is characterized by a lack of motivation to follow gymnastics elderly. This is caused by a lack of knowledge about gymnastics elderly. The purpose of this study was to identify the description of the elderly knowledge about gymnastics. This research is using quantitative descriptive method, with sample data retrieval technique using total sampling. The number of respondents who took as many as 29 elderly people in social institutions Tresna Werdhana Budi Pertiwi. Instrument using questionnaires and data analysis techniques using frequency distribution. The results of the research showed that the frequency distribution of respondents by age 60-74 years (48.3%) or more of the mostly elderly knowledgeable both 14 elderly (48.3%), and the elderly who are knowledgeable enough 14 elderly (48.3%) and No less knowledgeable one elderly (3.4%). From these results it can be concluded that nearly half (48.3%) and fairly good knowledge. As for advice for health workers is holding counseling about gymnastics elderly.Keywords: Knowledge, GymnasticsElderly, Elderly
PENGETAHUAN SISWA KELAS X DAN XI TENTANG PENGGUNAAN EARPHONE DI SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG Rahmi, Upik; Achmad, Bayu Fandhi; Marliah, Napisatul
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4742

Abstract

ABSTRAK Pemakaian earphone berlebihan dalam kurun waktu yang lama dapat menimbulkan ketulian permanen. Pada telinga yang terpapar bising dalam waktu yang lama dapat terjadi kerusakan sel-sel rambut di koklea saraf pendengaran yang memperburuk proses degenerasi saraf pendengaran. Remaja merupakan salah satu tingkat penggunaan earphone yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa kelas X dan XI tentang penggunaan earphone di SMA Pasundan 8 Kota Bandung. Penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif dan rancangan penelitian cross sectional dengan instrumen kuesioner. Sampel yang diteliti adalah siswa kelas X dan XI pada usia 15-18 tahun dengan melibatkan 72 orang siswa kelas X dan 111 orang siswa kelas XI yang diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling dan dianalisis secara deskriptif dengan perhitungan distribusi frekuensi. Temuan penelitian ini menunjukkan yang berpengetahuan cukup sebanyak 41,5%, berpengetahuan baik sebanyak 38,8%, dan berpengetahuan kurang sebanyak 19,7%. Dapat disimpulkan, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penggunaan earphone. Adapun rekomendasi dari penelitian ini adalah melakukan kegiatan penyuluhan oleh petugas kesehatan mengenai dampak dari alatalat elektronik atau audiovisual khusunya earphone yang di dalamnya mempelajari kesehatan pendengaran. Kata Kunci: Earphone, Gangguan pendengaran, Pengetahuan dan Remaja  ABSTRACT Excessively using earphone in a long period can cause permanent deafness. When ears are exposed to noise in a long time, it can damage hair cells in the cochlea of auditory nerves that worsen its degeneration process. The adolescence is considered using earphone in a long period. This study is intended to investigate X and XI grade students’ knowledge about the use of earphone, and was conducted in Pasundan 8 Senior High School Bandung. It is a descriptive quantitative study, employs cross sectional design and used questionnaire as the instrument. Specifically, this study involved 72 students of X grade and 111 students of XI grade, aged 15-18 years old, which were chosen using stratified random sampling technique. The obtained data were analyzed descriptively by using frequency distribution formula. The findings show that there were 41.5% students who have adequate knowledge, 38.8% students who have good knowledge, and 19.7% students who have lack knowledge about the use of earphone. To conclude most of the respondents have adequate knowledge about the use of earphone. Hence, the health professional is recommended to conduct more counseling on the impacts of electronic or audiovisual gadgets, especially earphone, in its relation to the health of hearing system.  Keywords: Adolescence, Earphone, Hearing Problem and Knowledge
Pengetahuan Penderita Tentang Pencegahan Penularan Tuberculosis di Bandung Rahmi, Upik
Jurnal Keperawatan BSI Vol 6, No 2 (2018): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM Universitas BSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.072 KB) | DOI: 10.31311/jk.v6i2.4137

Abstract

ABSTRAKTuberculosis  (TB) paru adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis Sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Pencegahan penyebaran TB paru didukung oleh berbagai faktor diantaranya lingkungan rumah, perilaku batuk, ketuntasan pengobatan dan tingkat pengetahuan. penderita yang akan mendorong kepada suatu perilaku yang mendukung terhadap upaya pencegahan penularan penyakit TBC paru atas dasar kesadaran sendiri.  Tujuan Penelitian: Mengetahui pengetahuan penderita tentang pencegahan penularan penyakit TB Paru di   Kabupaten Bandung. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, Populasi sebanyak 30 orang dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden, menggunakan Teknik Total Sampling.  Hasil Penelitian: Hasil analisis statistik usia responden terbagi kedalam usia lansia sebanyak 15 responden (50%), usia dewasa sebanyak 11 responden (36,7%) dan usia dewasa muda sebanyak 4 responden (13,3%). Pendidikan responden pendidikan dasar 16 (53,3%), pendidikan menengah  14 (46,7%).  Status pekerjaan 24 (80%) tidak bekerja, 6 (20%) yang bekerja. Keterpaparan informasi sebagian besar responden terpapar 25 (83,3%), 5 responden (16,7%) mengaku tidak terpapar informasi tentang Tuberculosis paru. Lingkungan sebanyak 15 responden (50%) memiliki lingkungan yang tidak mendukung dan sebanyak 15 responden (50%) memiliki lingkungan yang mendukung. Pengetahuan responden  16 responden (55,3%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, 9 responden (30%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 5 responden (16,7%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Pembahasan: Karakteristik (usia, pendidikan, pekerjaan, keterpaparan informasi dan lingkungan) yang dimiliki oleh responden akan berdampak  pada pengetahuan, pola pikir dan perilaku dalam menyikapi informasi tentang pencegahan penularan TB paru. Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang sangat diperlukan dalam mengembangkan diri, karena semakin tinggi pengetahuan maka semakin mudah dalam mengembangkan dan menerima informasi yang datang dari luar. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat mendukung kebutuhan pelayanan kesehatan. Simpulan:  Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang sangat diperlukan dalam mengembangkan diri, karena semakin tinggi pengetahuan maka semakin mudah dalam mengembangkan dan menerima informasi yang datang dari luar.Kata Kunci: Tuberculosis, Pencegahan penularan, Pengetahuan  ABSTRACTTuberculosis (TB) of the lung is a disease caused by infection with the bacteria Mycobacterium Tuberculosis Systemik so that it can affect almost all organs of the body with the most locations in the lung which is usually the location of primary infection. Prevention of pulmonary TB spread is supported by various factors including home environment, cough behavior, treatment completeness and level of knowledge. sufferers who will encourage to a behavior that supports the efforts to prevent transmission of pulmonary TB disease on the basis of self awareness. Objectives: Knowing the knowledge of patients about prevention of transmission of pulmonary TB disease in Bandung regency. Methodologi: The type of research used is quantitative research, population of 30 people with a total sample of 30 respondents, using Total Sampling Technique. Result : The result of statistical analysis of age of respondents is divided into elderly age as many as 15 respondents (50%), adult age 11 respondents (36.7%) and young adult age 4 respondents (13.3%). Primary education respondents 16 (53.3%), secondary education 14 (46.7%). Job status 24 (80%) not working, 6 (20%) working. Exposure information most of the respondents exposed 25 (83.3%), 5 respondents (16.7%) admitted not exposed information about pulmonary tuberculosis. Environment as many as 15 respondents (50%) have a non-supportive environment and as many as 15 respondents (50%) have a supportive environment. Knowledge of respondents 16 respondents (55.3%) have enough knowledge level, 9 respondents (30%) have good knowledge level and 5 respondents (16,7%) who have less knowledge level. Discussion: The characteristics (age, education, occupation, exposure of information and environment) owned by respondents will have an impact on knowledge, mindset and behavior in addressing information about prevention of pulmonary tuberculosis transmission. Knowledge is one important factor that is necessary in developing yourself, because the higher the knowledge the easier it will be in developing and receiving information coming from outside. Knowledge is a factor that strongly supports the needs of health services. Conclusion: Knowledge is one important factor that is necessary in developing yourself, because the higher the knowledge the easier it will be in developing and receiving information coming from outside.Keywords: Tuberculosis, Prevention, Knowledge
PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN TUBERCULOSIS DI BANDUNG rahmi, upik
Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah Vol. 5 No. 1 (2018): Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.867 KB)

Abstract

Latar Belakang: Tuberculosis  (TB) paru adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis Sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Pencegahan penyebaran TB paru didukung oleh berbagai faktor diantaranya lingkungan rumah, perilaku batuk, ketuntasan pengobatan dan tingkat pengetahuan. penderita yang akan mendorong kepada suatu perilaku yang mendukung terhadap upaya pencegahan penularan penyakit TBC paru atas dasar kesadaran sendiri.  Tujuan Penelitian: Mengetahui pengetahuan penderita tentang pencegahan penularan penyakit TB Paru di   Kabupaten Bandung. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, Populasi sebanyak 30 orang dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden, menggunakan Teknik Total Sampling.   Hasil Penelitian: Hasil analisis statistik usia responden terbagi kedalam usia lansia sebanyak 15 responden (50%), usia dewasa sebanyak 11 responden (36,7%) dan usia dewasa muda sebanyak 4 responden (13,3%). Pendidikan responden pendidikan dasar 16 (53,3%), pendidikan menengah  14 (46,7%).  Status pekerjaan 24 (80%) tidak bekerja, 6 (20%) yang bekerja. Keterpaparan informasi sebagian besar responden terpapar 25 (83,3%), 5 responden (16,7%) mengaku tidak terpapar informasi tentang Tuberculosis paru. Lingkungan sebanyak 15 responden (50%) memiliki lingkungan yang tidak mendukung dan sebanyak 15 responden (50%) memiliki lingkungan yang mendukung. Pengetahuan responden  16 responden (55,3%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, 9 responden (30%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 5 responden (16,7%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Pembahasan: Karakteristik (usia, pendidikan, pekerjaan, keterpaparan informasi dan lingkungan) yang dimiliki oleh responden akan berdampak  pada pengetahuan, pola pikir dan perilaku dalam menyikapi informasi tentang pencegahan penularan TB paru. Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang sangat diperlukan dalam mengembangkan diri, karena semakin tinggi pengetahuan maka semakin mudah dalam mengembangkan dan menerima informasi yang datang dari luar. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat mendukung kebutuhan pelayanan kesehatan. (Notoatmodjo, 2003) Simpulan:  Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang sangat diperlukan dalam mengembangkan diri, karena semakin tinggi pengetahuan maka semakin mudah dalam mengembangkan dan menerima informasi yang datang dari luar.
Tingkat Kepuasaan Mahasiswa DIII Keperawatan Dalam Pembelajaran Klinik Rahmi, Upik; Putri, Suci Tuty; Maiszha, Dian
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 5, No 2 (2019): Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v5i2.18076

Abstract

ABSTRAK Dalam dekade terakhir berbagai kajian dilakukan untuk menemukan metode pembelajaran terbaik antara preseptor, mentor dan siswa dalam pembelajaran klinik.  Hal ini dikarenakan yang metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan pencapaian kompetensi mahasiswa dan akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan mahasiswa. Salah satu metode pembelajaran klinik yang sering diterapkan dalam pembelajaran klinik adalah metode Preceptorsip, namun belum diketahui bagaimana kepuasaan mahasiswa terhdap metode tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasaan mahasiswa DIII Keperawatan dalam pembelajaran klinik. Desain penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Instrumen menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan teori Service Quality. Jumlah sampel  adalah 93 mahasiswa, dengan teknik Purposive random sampling. Hasil penelitian menunjukan tingkat kepuasan mahasiswa adalah 49 responden (52,7%) puas dan 44 responden (47,3%) menyatakan tidak puas. Pada dimensi tangible 54,8% menyatakan puas, dimensi reliability 62,4% menyatakan puas, dimensi responsiveness 66,7% menyatakan puas, dimensi assurance 74,2% puas, dan dimensi emphaty 80,6% menyatakan puas. Kepuasan mahasiswa behubungan dengan sikap, kesungguhan mereka saat menjalankan profesi mereka. Di harapkan pihak institusi pendidikan dan rumah sakit dapat mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang lebih memperhatikan berbagai dimensi dalam kepuasaan pembelajaran klinik. ABSTRACT In the last decade, various studies have been carried out to find the best learning methods between preceptors, mentors, and students in clinical learning. This is because the right learning method can increase the achievement of student competencies and will affect the level of student satisfaction. One of the clinical learning methods that are often applied in clinical learning is the Preceptorsip method, but it is not yet known how student satisfaction with that method. The purpose of this study was to determine the level of satisfaction of Nursing DIII students in clinical learning. The research design is quantitative descriptive. The instrument uses a questionnaire prepared based on Service Quality theory. The number of samples was 93 students, using a purposive random sampling technique. The results showed the level of student satisfaction was 49 respondents (52.7%) satisfied and 44 respondents (47.3%) expressed dissatisfaction. On tangible dimension 54.8% expressed satisfaction, reliability dimension 62.4% expressed satisfaction, responsiveness dimension 66.7% expressed satisfaction, assurance dimension 74.2% satisfied, and empathy dimension 80.6% expressed satisfaction. Student satisfaction is related to their attitude, sincerity when carrying out their profession. It is hoped that educational institutions and hospitals can develop various learning methods that pay more attention to various dimensions in clinical learning satisfaction.
Effectiveness of the brain vitality exercise on physical fitness in elderly with dementia Fitri, Mustika; Rahmi, Upik; Pitriani, Pipit; Sulastri, Afianti
Jurnal SPORTIF : Jurnal Penelitian Pembelajaran Vol 6 No 2 (2020): Jurnal SPORTIF: Jurnal Penelitian Pembelajaran
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.804 KB) | DOI: 10.29407/js_unpgri.v6i2.14360

Abstract

Aktivitas fisik akan meningkatkan kebugaran jasmani sehingga dapat memperlambat perkembangan kognitif dan penurunan fisik lansia dengan demensia. Demensia merupakan sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan bersifat kronis dan progesif disertai dengan gangguan fungsi luhur multipel seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebugaran jasmani lansia dengan demensia pasca aktivitas fisik dengan senam vitalisasi otak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode Experimental. 10 subjek yang berusia 60 – 85 tahun dengan demensia ringan diberi perlakuan senam vitalisasi otak selama 12 kali dengan durasi waktu 25 menit. Setelah melakukan aktivitas fisik dilakukan pemeriksaan tes kebugaran jasmani (testing the elderly) yang terdiri dari: 6 minutes walk test (6 MWT), flexibility: Chair seat and reach test (CSRT), Muscle strength and endurance: Chair stand test (CST), dan Arm curl test (ACT), koordinasi dan kelincahan, 8 Foot up and go test (8 FUGT). Hasil penelitian dengan menggunakan uji T menunjukkan bahwa tes kebugaran memberikan hasil yang signifikan pada tes CST, CSRT (p value 0,0296) dan 8 FUGT 6MWT (pvalue 0,0229) pada tingkat kepercayaan 95%. Kesimpulannya, aktivitas fisik vitalisasi otak berpengaruh terhadap kebugaran jasmani dengan perbaikan tonus otot dan kognitif pada lansia dengan demensia.
Analisis Faktor Kepatuhan Berobat Penderita Tuberculosis Paru di Bandung Upik Rahmi
Wiraraja Medika : Jurnal Kesehatan Vol 10 No 1 (2020): Wiraraja Medika : Jurnal Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24929/fik.v10i1.930

Abstract

ABSTRACT Tuberculosis (TB) is one of the public health problems that cannot be overcome. The problem is caused by several factors, one of which is the non-compliance of patients with treatment. In Indonesia, the incidence of TB cases is 842,000 per year and notification of TB cases is 569,899 cases, so there are still around 32% of the cases that have not been verified either unreached, undetected or not reported. From this incident rate the TB burden is calculated in each province and district / city, (Indonesia, 2019). Purpose: Identify factors related to adherence to the treatment of pulmonary TB patients in the working area of ​​Garuda Bandung Puskesmas. Method: This is an analytic case study with a case control design. The sample of this study was 43 pulmonary TB patients taken in total who failed and were removed from treatment in 2017. The research instrument used a questionnaire. Data analysis using chi square. Results: The most dominant factors affecting adherence to treatment among pulmonary TB patients were Gender P value (0.014) and occupational Pvalue (0.025) where p <0.05 while factors not related to medication adherence were age, knowledge, education, and family income, p> 0.05. Conclusion: Gender and occupation have a significant relationship to tuberculosis treatment adherence, while age, knowledge and family income have no significant relationship to tuberculosis patient adherence. Keywords: Pulmonary tuberculosis, compliance, Medicine
Dukungan Keluarga terhadap Penderita Demensia di Bandung Upik Rahmi; Yoanita Suryani
Wiraraja Medika : Jurnal Kesehatan Vol 10 No 2 (2020): Wiraraja Medika : Jurnal Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24929/fik.v10i2.1000

Abstract

Abstract Family members are primarily responsible for the care of loved ones with dementia. Family support and living with people with dementia are cultural norms that are expected in Indonesia, where family members with dementia are considered family responsibilities that must be fulfilled. The purpose of this study: to find out Family Support for Dementia sufferers. Quantitative descriptive with cross sectional design. The study was conducted in the city of Bandung with a population of 41 respondents and a sample of (n = 41) primary caregivers / families who care for dementia patients, sampling with total sampling. Family support based on education in the good category (68.3%) and not good 13 respondents (31.7%), emotional factors in the good category 26 respondents (63.4%) and not good 15 respondents (36, 6%), based on spiritual in the good category of 24 respondents (58.5%) and not good 17 respondents (43.9%), social and psychological factors are in the good category 26 respondents (63.4%) and not good 15 respondents (36.6%), and the last indicator of economic factors was in the good category of 25 respondents (61.0%) and not good 16 respondents (39.0%). Family support is very important to improve the quality of life of people with dementia, namely support based on educational, psychological / emotional, spiritual, social and environmental and economic factors. Some have provided good support, but there is still support that is not good Keywords: Dementia, Family Support, Education, Psychology