Sawwa: Jurnal Studi Gender
Sawwa: Jurnal Studi Gender focuses on topics related to gender and child issues. We aim to disseminate research and current developments on these issues. We invite manuscripts on gender and child topics in any perspectives, such as religion, economics, culture, history, education, law, art, communication, politics, and theology, etc. We look forward to having contributions from scholars and researchers of various disciplines
Articles
27 Documents
Search results for
, issue
"Vol 12, No 1 (2016): Oktober 2016"
:
27 Documents
clear
PENGGUNAAN JILBAB BAGI POLWAN PERSPEKTIF PEMBERITAAN HARIAN REPUBLIKA EDISI JUNI-DESEMBER 2013
Munawaroh, Riyadhotul;
Wulandari, Rustini;
Hasanah, Hasyim
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (304.528 KB)
|
DOI: 10.21580/sa.v12i1.1468
Fokus penelitian pada pemberitaan penggunaan jilbab bagi polisi wanita dalam Surat Kabar Harian Republika, dengan jenis berita straight news. Penelitian bertujuan untuk mengeÂtahui, mendeskripsikan, dan menganilisis konstruksi wacana Surat Kabar Harian Republika mengenai pemÂberitaan pengÂÂÂÂgunaan jilbab bagi polisi wanita. Penelitian ini mengÂgunaÂÂkan jenis penelitian kualitatif dengan metode analisis wacana Teun A van Dijk. Teknik pengumpulan data peÂnelitian mengÂgunakÂan dokumentasi teks berita dalam Surat Kabar Harian Republika edisi Juni-Desember 2013. Penelitian menghasilkan simpulan mengenai konstruksi wacana dalam pemberitaan pengÂgunaan jilbab polwan yaitu, pertama, ReÂpublika tidak seÂtuju saat Kapolri belum mengizinkan penggunaan jilbab polwan, alasannya bertolak belakang dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan perintah agama untuk menutup aurat. Kedua, Republika mendukung sikap Kapolri saat memberi izin secara lisan kepada polwan untuk berjilbab dan menghendaki segera ada peraturan yang memperkuat kebijakan. Ketiga, Republika tidak setuju adanya peraturan penundaan penggunaan jilbab polwan, menganggap ganjil keÂbijakan tersebut, dan meÂmandang terdapat kelompok antiÂjilbab di tubuh kepolisian. Republika terlihat mengharapÂkan polwan dapat bebas berÂjilbab saat bertugas tanpa perlu mengkhawatirkan adanya teguran. Hal tersebut terlihat dari pemilihan narasumber berita yang kebanyakan memiliki harapÂan sama dengan Republika. Kutipan wawancara narasumber yang menginginkan polwan berjilbab diberi porsi lebih banyak dan ada yang diletakkan pada awal serta akhir berita. Penulis memberikan saran bagi wartawan untuk lebih berimbang dalam meyajikan berita, baik dari pemilihan narasumber, peletakan kutipan wawanÂcara, maupun pengambilan sudut pandang, agar tidak terlihat berpihak dan menjadi berita provokasi. Penulis memberi rekomendasi kepada Polri untuk memasukkan jilbab dalam standard operating procedure seragam dinas kepolisian. Hal tersebut dimaksudkan agar polisi wanita tidak terlalu lama meÂÂnunggu Parlemen meÂnyeÂtujui anggaran penyediaan jilbab, karena menutup aurat menjadi hak yang dilindungi konstitusi. Bagi DPR, seharusnya membuat kebijakan atau undang- undang yang menjamin penggunaan jilbab dan berlaku di tingÂkat nasional
MERANGSANG PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK DENGAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
Hidayati, Ani
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (235.227 KB)
|
DOI: 10.21580/sa.v12i1.1473
Pertumbuhan dan perkembangan memiliki pengertian yang sama yakni keduanya mengalami perubahan, tetapi secara khusus istilah perÂtumbuhan berbeda dengan perkembangan. Pertumbuhan (growth) adalah perubahan-perubahan biologis, anatomis dan fisiologis manusia, sedangkan perkembangan(development)adalah perubahan-perubahan psikis dan motorik manusia. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa materi pembelajaran yang dipadukan dalam satu tema dimana tema tersebut sebagai wadah yang meÂngandung konsep sehingga pembelajaran tersebut menjadi bersifat holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena materi yang dipelajari meÂrupakan materi yang nyata (kontekstual) dan berÂmakna bagi anak. Pada anak usia sekolah perkembangannya berada pada tahap operasi konkret, mulai menunjukkan perilaku yang mulai memandang dunia secara objektif, reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, mulai berpikir secara operasionaluntuk mengklasifikasikan benda-benda, membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungÂÂÂan sebab akibat. Oleh karena itu pembelajaran yang tepat adalah dengan mengaitkan konsep materi dalam satu kesatuan yang berpusat pada tema. Kegiatan pembelajaran akan bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman, memberikan rasa aman, bersifat kontekstual, anak mengalami langsung sesuatu yang diÂpelajarinya, hal ini akan diperoleh melalui pembelajaran tematik terpadu.Pembelajaran ini relevan dengan tingkat perkembangan anak sehingga dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak.
LAKI-LAKI SEBAGAI SEKUTU GERAKAN PEREMPUAN
Hasyim, Nur
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (248.233 KB)
|
DOI: 10.21580/sa.v12i1.1469
Paper ini mengkaji tentang laki-laki yang menjadi sekutu bagi gerakan perempuan. Melalui proses sensitisasi atau penyadaran, laki-laki seÂbagai kelompok dominan dalam penindasan atas dasar jenis kelamin dapat memiliki kesadaran feminis atau menjadi bagian dari perÂjuangan perempuan dalam menghapus ketidakadilan berbasis gender. Namun demikian, posisi laki-laki dalam gerakan perempuan problematis karena privilese dan kekuasaan yang melekat kepada laki-laki sementara keterlibatan mereka dalam gerakan perempuan adalah untuk mendorong laki-laki berhenti menikmati privilese dan kekuasaan sendiri dan selanjutnya mendorong laki-laki untuk mau berbagi privilese dan kekuasaan dengan perempuan. Paper ini mengÂupas arah gerakan laki-laki sebagai sekutu gerakan perempuan untuk memastikan bahwa gerakan laki-laki pro-feminis ini benar-benar untuk pencapaian keadilan yang hakiki yakni untuk pencapaian keÂadilan bagi laki-laki dan perempuan dan bukan untuk menciptakan dominasi baru laki-laki dalam ruang-ruang politik perempuan.Â
PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU TERHADAP PEMILIHAN PONPES SEBAGAI TEMPAT PENDIDIKAN BAGI ANAK
Nurkhasanah, Yuli
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (289.243 KB)
|
DOI: 10.21580/sa.v12i1.1465
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena menarik yang terjadi di Pondok Ngruki Surakarta. Maraknya pemberitaan berbagai media massa tentang Pondok Ngruki yang dikaitkan oleh berbagai aksi teror di Indonesia dan berujung pada terbentuknya asumsi negatif publik bahwa Pondok Ngruki merupakan sarang teroris, tidak menyurutkan para orang tua untuk tetap menyekolahkan anaknya di pondok ini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persepsi dan motivasi para orang tua terhadap pemilihan Pondok Ngruki sebagai tempat penÂdidikan anak di tengah asumsi publik tentang Pondok Ngruki dan Issu terorisme. Penelitian kualiÂtatif ini menggunakan teknik analisis desÂkriptif, dan teknik pemerolehan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil analisis menyebutkan bahwa persepsi para orang tua terhadap asumsi dan pemberitaan berbagai media umum tentang Pondok Ngruki dan Issu terorisme yang terjadi di Indonesia adalah negatif, hal itu disebabkan oleh hasil persepsional mereka yang dibentuk media berbanding terbalik dengan hasil persepsional atau penginderaan mereka secara langsung. Proses Belajar Mengajar (KBM) dan kegiatan-kegiatan di asrama berjalan normal dan wajar, sebagaimana yang terjadi di pesantren-pesantren lain. Motivasi terkuat para orang tua untuk menyekolahkan anak mereka di Pondok Ngruki adalah motivasi internal yang bersifat mental, yaitu dorongan untuk mendapatkan kebaikan dan kebenaran pada anak. Kebaikan supaya anak mereka menjadi anak salih yang mempunyai bekal ilmu agama dan umum, serta kebenaran- supaya anak mereka memahami kebenaran ajaran agama Islam dan mampu mengamalkan dalam kehidupan. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa persepsi para orang tua terhadap asumsi dan pemberitaan media tentang Pondok Ngruki dan Issu terorisme; negatif dan persepsi mereka tentang KBM; positif, sehingga mereka mempunyai motivasi internal yang kuat untuk menyekolahkan anak di Pondok Ngruki.
PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM KEBIJAKAN PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA
Rusmadi, Rusmadi
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (320.211 KB)
|
DOI: 10.21580/sa.v12i1.1470
Perubahan iklim menjadi persoalan serius yang dihadapi oleh masyaÂrakat global saat ini. Persoalan yang muncul tidak hanya menyangkut keberlanjutan lingkungan, tetapi juga sosial, seperti ketidakadilan gender. Penyebanya, karena perubahan iklim dirasakan berbeda damÂpakÂnya antara laki-laki dan perempuan. Perempuan dan anak-anak adalah kelompok yang paling rentan pada saat terpapar dampak perubahan iklim. Pada saat yang sama, perempuan tidak memiliki kapasitas adaptasi yang cukup perempuan dalam mengÂhadapi benÂcana iklim akibat minimnya akses, control, dan partisipasi dalam kebijakan perubahan iklim. Tulisan ini menyajikan pentingnya pengarusutamaan gender (PUG) dalam kebijakan perubahan iklim. Melalui PUG, dimaksudkan agar perempuan tidak mengalami keÂrentanan lebih akibat kebijakan perubahan iklim yang kurang resÂponsif gender. Pada saat yang sama, juga akan meningkatkan kualitas kebijakan perubahan iklim, baik di tingkat nasional maupun di tingkat lokal. Semakin tinggi level kesadaran gender yang dimiliki, maka semakin tinggi pula kualitas kebijakan perubahan iklim yang diÂhasilkan.
PERSELINGKUHAN SUAMI TERHADAP ISTRI DAN UPAYA PENANGANANNYA
Muhajarah, Kurnia
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (288.018 KB)
|
DOI: 10.21580/sa.v12i1.1466
Perselingkuhan pada umumnya banyak terjadi pada anggota keluarga yang kurang memiliki kualitas keagamaan yang mantap, lemahnya dasar cinta, komunikasi yang kurang lancar dan harmonis, sikap egois dari masing-masing, emosi yang kurang stabil, dan kurang mampu memÂÂbuat penyesuaian diri. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa proÂblematika perÂselingkuhan suami terhadap istri adalah bahwa perselingkuhan dapat menjadi sumber stres yang luar biasa. KeÂgagalan pasangan untuk saling menyesuaikan diri dan memecahkan masalah-masalah secara efektif dapat memicu konflik yang berÂkepanjangan. Dari keseluruhan probleÂmatika perselingkuhan, proÂblematika yang paling utama dari perselingkuhan adalah perÂceraian, karena perselingkuhan merupakan salah satu masalah putusÂnya perkawinan. Upaya penanganan perÂselingkuhan antara lain adalah mengawasi pergaulan suami atau istri, berupaya sekuat tenaga menciptakan suasana rumah tangga yang harÂmonis, berupaya memÂberi contoh yang baik, membangun lingÂkungÂÂan yang kondusif, meÂningkatkan kualitas nilai-nilai keagamaÂan, landasan cinta yang kokoh, mewujudkan komunikasi secara transparan dan harÂmonis, meningkatÂkan kekuatan dan ketahanan diri yang dilandasi deÂngan konsep diri dan rasa percaya diri secara mantap, mengembangkan kontak sosial secara baik dan sehat, bergaul dengan orang baik.Â
ANALISIS SEMIOTIKA PENDIDIKAN MORAL ANAK USIA DINI DALAM KITAB TARBIYAT AL-AULAD FI AL-ISLAM
Filasofa, Lilif Muallifatul Khorida
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (408.169 KB)
|
DOI: 10.21580/sa.v12i1.1471
Pendidikan moral harus dilakukan sejak dini. Sehingga saat dewasa, seorang anak akan menjadi pribadi yang berakhlaqul karimah. Banyak masalah yang muncul di wilayah anak. Yaitu tidak memanfaatkan waktu senggang untuk membentuk psikis ataupun psikis, dan peÂngaruh menonton film sadis-porno baik dilakukan secara langsung maupun tidak. Salah satu pemikir pendidikan Islam yang pernah membahas tersebut adalah Abdullah Nasih Ulwan. Ia selain membahas masalah tersebut juga membuat solusi untuk menangani bahkan mencegah. Tulisan ini menganalis kitab Tarbiyat al-Aulad fi al-Islam dalam kacamata semiotik. Adapun teori yang dipakai adalah tingkatan dua tahap; denotasi dan konotasi oleh Roland Barthes. Dua teks permasalahan yang dianalisis adalah kurangnya pemanfaatan waktu dan penanggulanganya, dan dampak negatif menonton film sadis dan porno.Hasil analisis teks kurangnya pemanfaatan waktu dan penanggulanganya dalam tingkat denotasi adalah waktu senggang anak harus dimanfaat orangtua untuk membentuk moral anak. Dalam tingat konotasi, pendidikan moral anak tidak hanya dibangun dalam ranah psikis atau jasmani. Maka dalam ranah operasionalnya yang harus dilakukan adalah melatih anak berlari-lari, melompat-lompat, menulis, dan sholat. Dimana semua aktifitas tersebut dapat meÂmeÂngaruhi kondisi psikis maupun jasmani anak. Selanjutnya, dalam anaÂlisis teks pengaruh menonton film sadis-porno dan penanggulÂanganÂnya dalam tingkat denotasi adalah Ulwan hendak menegaskan bahwa pengaruh dari tontonan sangat mempengaruhi karakter dan moral anak. Pengaruh ini karena indra pengelihatan disuguhi gambar-gambar yang dapat merangsang pikiranya. Sehingga mendorong anak mencontoh apa yang ditonton oleh anak. Dalam tingkat konotasi, film yang baik akan mempengaruhi karakter penonton.
PENGUATAN HAK ASASI PEREMPUAN DAN KESETARAAN GENDER MELALUI DIALOG WARGA
Umriana, Anila;
Fauzi, Moh.;
Hasanah, Hasyim
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (271.506 KB)
|
DOI: 10.21580/sa.v12i1.1467
Tulisan ini menjelaskan penguatan hak asasi perempuan dan keÂsetaraan gender melalui dialog warga di kelurahan Gisikdrono Kec. Semarang Barat Kota Semarang. Tulisan ini merupakan hasil program pengÂabdian yang diarahkan pada munculnya kesadaran warga mengenai hak asasi perempuan dan kesetaraan gender. Hasil kegiatan pendampingan menunjukkan bahwa masih terdapat problem peÂmahaman dan kesadaran hak asasi perempuan dan kesetaraan gender di masyarakat. Ini dibuktikan dengan masih banyaknya ketidakÂadilan gender berupa diskriminasi, subordinasi, beban ganda yang dibebaÂnÂkan kepada perempuan. Upaya yang digunakan untuk mningkatkan kapasistas kesadaran hak asasi perempuan dan kesetaraan gender melalui dialog warga. Metode pengabdian menggunakan prinsip dialog warga. Model dialog warga bertujuan untuk mengembangkan kompetensi komunitas dalam menangani isu hak asasi perempuan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan yang mereka anggap paling penting. Salah satu pinsip dasar dialog warga selalu berbasis kepada hak asasi, kesetaraan, apresiatif, berbasis asset masyarakat, memÂberdayakan, berkelanjutan, berorientasi perubahan, menggunaÂkan bahasa istilah lokal, dan bukan merupakan proyek. Peningkatan kapasitas hak asasi perempuan dan kesetaraan gender dilakukan mendasarkan pada siklus dialog warga. Hasil akhir program menunjukÂkan bahwa telah terbentuk kesadaran dan pemahaman mengenai hak asasi perempuan, dan kesetaraan gender di masyarakat.Â
PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK: Studi Ayat 13-19 Surat Luqman
Lutfiyah, Lutfiyah
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (353.685 KB)
|
DOI: 10.21580/sa.v12i1.1472
Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang berpotensi membentuk masyarakat Islami. Dengan pendidikan yang benar anak akan terbebas dari dekadensi moral. Dalam Surah Luqman ayat 13-19 seorang ayah yang bijak memberikan wasiat kepada anaknya untuk mengamalkan ketauhidan tanpa menyekutukan Allah, berbakti kepada orang tua terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkan, beriman deÂngan memercayai keberadaan Allah dan tetap memujinya, berakhlaq yang baik terhadap sesama. Empat hal tersebut bila dirangkum menjadi 3 pilar wasiat yaitu pelajaran aqidah, syariah dan akhlaq. Wasiat Luqman bukan wasiat tanpa teladan, tetapi terlebih dahulu ada teladan dari orang tua. Teladan merupakan benang merah yang tidak boleh diputus karena tanpa meneladani wasiat tersebut menurunkan kepercayaan anak terhadap orang tua.
PENGUATAN HAK ASASI PEREMPUAN DAN KESETARAAN GENDER MELALUI DIALOG WARGA
Umriana, Anila;
Fauzi, Moh.;
Hasanah, Hasyim
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (271.506 KB)
|
DOI: 10.21580/sa.v12i1.1467
Tulisan ini menjelaskan penguatan hak asasi perempuan dan keÂsetaraan gender melalui dialog warga di kelurahan Gisikdrono Kec. Semarang Barat Kota Semarang. Tulisan ini merupakan hasil program pengÂabdian yang diarahkan pada munculnya kesadaran warga mengenai hak asasi perempuan dan kesetaraan gender. Hasil kegiatan pendampingan menunjukkan bahwa masih terdapat problem peÂmahaman dan kesadaran hak asasi perempuan dan kesetaraan gender di masyarakat. Ini dibuktikan dengan masih banyaknya ketidakÂadilan gender berupa diskriminasi, subordinasi, beban ganda yang dibebaÂnÂkan kepada perempuan. Upaya yang digunakan untuk mningkatkan kapasistas kesadaran hak asasi perempuan dan kesetaraan gender melalui dialog warga. Metode pengabdian menggunakan prinsip dialog warga. Model dialog warga bertujuan untuk mengembangkan kompetensi komunitas dalam menangani isu hak asasi perempuan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan yang mereka anggap paling penting. Salah satu pinsip dasar dialog warga selalu berbasis kepada hak asasi, kesetaraan, apresiatif, berbasis asset masyarakat, memÂberdayakan, berkelanjutan, berorientasi perubahan, menggunaÂkan bahasa istilah lokal, dan bukan merupakan proyek. Peningkatan kapasitas hak asasi perempuan dan kesetaraan gender dilakukan mendasarkan pada siklus dialog warga. Hasil akhir program menunjukÂkan bahwa telah terbentuk kesadaran dan pemahaman mengenai hak asasi perempuan, dan kesetaraan gender di masyarakat.Â