cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
konversi@ulm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Konversi
ISSN : 23023686     EISSN : 25413481     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2013): April 2013" : 16 Documents clear
MODEL ADSORPSI TIMBAL (Pb) DAN SENG (Zn) DALAM SISTEM AIR-SEDIMEN DI WADUK RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN Nisa, Chatimatun; Irawati, Utami; Sunardi, Sunardi
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.118

Abstract

Logam berat merupakan unsur yang seringkali menjadi polutan utama dalam pencemaran air dan dapat membahayakan kehidupan organisme. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi pola perpindahan ion logam Pb dan Zn dari badan air ke sedimen berdasarkan fenomena adsorpsi isoterm di waduk Riam Kanan Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar. Selain itu , penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap rona awal waduk Riam Kanan, dinamika, dan keadaan ion logam Pb dan Zn di sepanjang waduk Riam Kanan dari hulu hingga hilir. Metode yang digunakan adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan menggunakan instrumen Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). Hasil analisis laboratorium diperoleh rata-rata kandungan Pb di air sebesar 0,0494 ppm – 0,2582 ppm, Zn sebesar 0,0002 ppm – 0,0370 ppm, sedangkan sedimen Pb sebesar 6,8311 mg/kg – 21,1756 mg/kg dan Zn 3,3778 mg/kg – 28,3522 mg/kg. Berdasarkan data percobaan ternyata perpindahan ion logam Pb dan Zn ke sedimen akan mengikuti model adsorpsi Langmuir dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,8167 dan 0,8801. Keywords: Model adsorpsi, logam berat (Pb dan Zn), air, sedimenHeavy metals are often considered as main contaminant in water pollution and its highly dangerous for  living organisms in the contaminated area. The aim of this research  is to predict the movement pattern of Pb and Zn metal ions from water onto sediment in the Riam Kanan Reservoir, Aranio Sub-district, Banjar District. In addition, this study is expected to give information on the initial condition of Riam Kanan reservoir; dynamics; and the fate of Pb and Zn ions from upstream to downstream. The samples were analysed using AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) based on the Indonesian National Standard (SNI). Result of laboratory analysis showed that in the water, contents of metal Pb were 0.0494 ppm – 0.2582 ppm, Zn 0.0002 ppm – 0.0370 ppm. In the sediment, contents of Pb were 0.8311 mg/kg – 21.1756 mg/kg and Zn 3.3778 mg/kg – 28.3522 mg/kg. Based on the experimental data, it was found that the displacement of Pb and Zn onto sediment complies with Langmuir adsorption model where the  determination coefficient (R2) were 0.8167 and 0.8801 respectively. Keywords: Adsorption model, heavy metal (Pb and Zn), water, sediment  
PENGURANGAN KADAR H2S DARI BIOGAS LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN METODE ADSORPSI Alwathan, Alwathan; Mustafa, Mustafa; Thahir, Ramli
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.112

Abstract

Biogas sebelum digunakan harus dimurnikan terlebih dahulu dari kandungan asam sulfida (H2S) yang meskipun jumlahnya kecil namun menimbulkan kerugian karena menimbulkan korosi pada logam  atau apabila dibakar akan membentuk SO2 atau SO3 yang dikenal dengan SOx yang menyebabkan terjadinya hujan asam. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari waktu jenuh adsorben dalam menjerap H2S, mengetahui kemampuan adsorben karbon aktif dalam menyerap dan mencari konstanta persamaan adsorpsi isotherm Freundlich pada variasi ukuran karbon aktif  yang digunakan dalam menghitung waktu tinggal adsorpsi. Bahan yang digunakan adalah sludge dari hasil pengolahan limbah cair rumah sakit. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengukur kandungan H2S  dalam biogas sebelum melalui adsorber disusun secara seri ukuran tinggi kolom 70 cm, diameter ½ inch, tinggi isian 64 cm bahan isian karbon aktif dengan ukuran 4, 7, 10, 12, 14 mesh kecepatan biogas 0.5 liter/menit diperoleh  hasil karbon aktif paling cepat mengalami kejenuhan ukuran 4 mesh yaitu 60 menit, H2S yang terjerap 202.42  unit  dari effisiensi kejenuhan 9.76% sedangkan waktu jenuh paling lama 90 menit ukuran karbon aktif  14 mesh H2S yang terjerap 368.65 unit effisiensi kejenuhan 9.79%. Karbon aktif yang optimal digunakan yaitu 12 mesh waktu jenuh 80 menit, effisiensi kejenuhan 9.82% dengan waktu tinggal 127.927 detik sedangkan waktu tinggal paling singkat terjadi pada ukuran adsorben 4 mesh, yaitu waktu tinggal  73.855 detik. Keywords: limbah, biogas, adsorpsi, asam sulfida, karbon aktif Biogas is purified before being used in from the acid content of sulfide (H2S), although the numbers are small, but the resulting loss due to corrode metal or when burned to form SO2 or SO3, known as SOx that cause acid rain. The purpose of this study to find time in the saturated adsorbent adsorb H2S,  the ability of the activated carbon adsorbent adsorb adsorption equation and find the constants in the Freundlich isotherm variations in the size of activated carbon for in calculating the residence time of adsorption. The materials used are the sludge from the hospital wastewater treatment. The method was performed in this study for  measure the content of H2S in the biogas before passed  through to the third adsorber column 70 cm height, ½ inch diameter, 64 cm high filling packing material of activated carbon with a size of 4, 7, 10, 12, 14 mesh velocity biogas 0 , 5 litre. / min obtained results most rapidly activated carbon burnout mesh size of 4 is 60 minutes, H2S is adsorption 202.42 mg of 9.76% while the efficiency of saturation saturation time exceeding 90 minutes 14 mesh size activated carbon is adsorption H2S 368.65 mg 9.79% saturation efficiency. Optimal use of activated carbon which is 12 mesh saturated 80-minute time, efficiency saturated 9.82% with a residence time of 127.927 seconds while the shortest residence time occurs on the mesh size of adsorbent 4, the residence time of 73.855 seconds. Keywords: waste , biogas, adsorption, acid sulfide, activated carbon
PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG KELAPA SAWIT DENGAN AKTIVASI SECARA FISIKA, KIMIA DAN FISIKA-KIMIA Meisrilestari, Yessy; Khomaini, Rahmat; Wijayanti, Hesti
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.136

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk hasil pembuatan arang aktif dari cangkang kelapa sawit secara aktivasi fisika, kimia dan fisika-kimia dan mengetahui kemampuan adsorpsi arang aktif dari cangkang kelapa sawit dalam uji adsorpsi dengan asam asetat 0,5 N. Proses aktivasi dilakukan secara kimia, fisika, dan fisika-kimia. Pada aktivasi secara fisika dilakukan dengan pemanasan pada suhu tinggi menggunakan furnace yaitu pada suhu 750oC selama 3 jam. Pada aktivasi secara kimia menggunakan ZnCl2 sebagai aktifator dan direndam selama 24 jam. Aktivasi secara fisika-kimia merupakan penggabungan dari aktivasi fisika dan aktivasi kimia. Kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui karakteristik arang aktif dan uji kemampuan daya adsorben arang aktif terhadap asam asetat. Berdasarkan hasil penelitian arang aktif yang dibuat dari cangkang kelapa sawit dengan proses aktivasi secara fisika-kimia mempunyai daya jerap yang paling baik di antara arang aktif lain yang diaktivasi dengan proses fisika dan kimia. Pada waktu penjerapan 4 jam, arang aktif berdiameter 355 µm dengan aktivasi fisika-kimia mampu menjerap sebanyak 34,4% bagian dari larutan asam asetat 0,5 N.Keywords: Arang aktif, asam asetat, aktivasi, adsorpsiThis study was carried out to investigate the characteristics of activated carbon from coconut palm shell and also the performance of activated carbon for adsorption 0.5 N acetic acid solution. Activated carbon obtained from coconut palm shell was activated by chemical, physical and combination of physical and chemical methods. Physical activation was performed by heating the carbon at 750oC for 3 hours while chemical activation process was exhibited by immersing the carbon in ZnCl2 solution for 24 hours. Furthermore, the combination of physical-chemical activation was gained by heating carbon at 750oC for 3 hours and then immersing in ZnCl2 solution for 24 hours.The adsorption performance of activated carbon was investigated by immersing activated carbon in 0.5 N acetic acid solution for specific time. The result showed that activated carbon which was obtained by combination of physical and chemical process was the best among the other methods that mentioned earlier. The highest adsorption capacity for 0.5 N acetic acid solution was achieved 34,4% for 4 hours by using355 µm of particle size..Keywords: activated carbon, acetic acid, activation,adsorption
PENGARUH ABU PELEPAH PISANG SEBAGAI KATALISATOR BASA PADAT TERHADAP ANGKA ASAM PRODUK BIODIESEL Mardina, Primata; Prayudi, Aldipo; Chumaidi, Mirza
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.120

Abstract

Penggunaan minyak dedak padi mentah dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan menghasilkan biodiesel dengan kandungan impurities yang tinggi jika dibuat dengan reaksi transesterifikasi berkatalisator basa homogen. Untuk meminimalisasi kandungan impurities dalam produk biodiesel, maka digunakan katalisator basa padat yang berasal dari bahan alam yaitu abu pelepah pisang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi abu pelepah pisang sebagai katalisator basa padat terhadap banyaknya kandungan asam lemak bebas sebagai impurities dalam produk biodiesel. Biodiesel dibuat dengan cara mencampurkan minyak dedak padi mentah, metanol dan abu pelepah pisang dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan piringan pemanas, pengaduk magnet dan pendingin balik. Sistem dijaga suhunya pada 60oC dan molar rasio antara metanol dan minyak dedak mentah sebesar 6:1. Proses pembuatan biodiesel ini menggunakan konsentrasi katalisator sebesar 1%, 2% dan 3%w/w minyak dengan pengambilan waktu sampel 30, 60 dan 90 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi abu pelepah pisang menghasilkan kecenderungan yang positif terhadap kandungan asam lemak bebas dalam produk biodiesel, yang dinyatakan dengan semakin menurunnya nilai angka asam. Angka asam terkecil adalah 76,1885 mg KOH/gram sampel terjadi pada konsentrasi katalisator 3%w/w untuk waktu reaksi 90 menit.  Keywords: biodiesel, katalisator basa padat, angka asam The effect of ash from pseudo stem of banana as base solid catalyst on free fatty acid content in biodiesel product from crude rice bran oil was investigated. The base solid-catalyzed transesterification for synthesis of biodiesel from crude rice bran oil was carried out in a laboratory scale reactor. The reaction temperature and stirring speed were maintained constant at 60oC and 400 rpm for 30, 60 and 90 minutes.  Molar ratio of metanol to crude rice bran oil was 6:1 and the concentration of catalyst was 1% , 2% and 3% based weight of oil. The results showed that the addition of concentration of  solid base catalyst brought positive trend on free fatty acid content in biodiesel, which expressed by the declining of the acid value. The smallest acid value was 76.1885 mg KOH/gram at 3% w/w catalyst for 90 minutes of reaction time.Keywords: biodiesel, solid base catalyst, acid value.
EKSTRAKSI SILIKA DARI ABU SEKAM PADI DENGAN PELARUT KOH Agung M, Galang Fajar; Hanafie Sy, Muhammad Rizal; Mardina, Primata
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.125

Abstract

Sekam padi sebagai limbah yang berlimpah khususnya di negara agraris, adalah salah satu sumber penghasil silika terbesar. Sekam padi mengandung sekitar 90%-98% silika setelah mengalami pembakaran sempurna. Pengambilan silika dari abu sekam padi dilakukan dengan proses ekstraksi padat cair menggunakan larutan alkali sebagai pelarut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan alkali dan waktu operasi terhadap yield dari silika. Proses ekstraksi dilakukan dalam skala laboratorium. Sepuluh gram abu sekam padi dimasukkan ke dalam 60 mL larutan alkali dengan konsentrasi tertentu (5%w/w, 10% w/w dan 15% w/w) untuk diekstrak kandungan silika dengan waktu operasi tertentu (30, 60 dan 90 menit). Setelah proses ekstraksi selesai, larutan tersebut ditambahkan larutan HCl 1 N untuk mengendapkan silika. Silika yang terbentuk kemudian dipisahkan dari sisa larutan dengan penyaringan. Untuk menghilangkan kelembaban pada silika yang dihasilkan, maka dilanjutkan dengan proses pengeringan. Hasil penelitian menunjukkan yield silika terbesar adalah 50,49% terjadi pada KOH 10% dan waktu ekstraksi 90 menit.  Keywords: abu sekam padi, silika, KOH  Rice husks, the most abundant waste material in agricultural country, is the one of the silica rich raw materials. Rice husks contain about 90%-98% of silica after completed combustion. Recovery silica from ash of  rice husks was done by solid-liquid extraction using alkali solution. Different concentration of alkali solution (5% w/w, 10% w/w and 10% w/w) and different operation time (30, 60 and 90 minutes) were used to investigate their influence on yields of silica. The extraction process was carried out in laboratory scale. After extraction, process was continued by acidic solidification, filtration and drying. The result showed the biggest yield of  silica was 50, 49% at 10% KOH for 90 minutes . Keywords: ash of rice husks, silica, KOH
KEBERLAKUAN MODEL HB-GFT SISTEM n-HEKSANA – MEK – AIR PADA EKSTRAKSI CAIR-CAIR KOLOM ISIAN Mirwan, Agus
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.126

Abstract

Ekstraksi cair-cair dalam kolom isian merupakan proses pemisahan fasa cair yang memanfaatkan perbedaan kelarutan suatu zat. Tipe ekstraksi ini termasuk kedalam  tipe ekstraksi kolom vertikal tanpa berpengaduk (unagitated) selain kolom semprot (spray) dan kolom pelat. Operasi ekstraksi cair-cair yang baik sangat dipengaruhi oleh karakteristik perpindahan zat terlarut (solute). Karakteristik ini dapat dikuantifikasikan dengan suatu nilai yang disebut dengan koefisien perpindahan massa. Koefisien perpindahan massa ini sangat penting untuk diketahui dalam perancangan kolom ekstraksi cair-cair dan nilainya dapat dicari dengan menggunakan model-model estimasi koefisien perpindahan massa baik di fasa dispersi maupun fasa kontinyu. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keberlakuan model Handloss-Baros – Garner-Foord-Tayeban (HB-GFT) pada proses ekstraksi cair-cair menggunakan prototipe kolom transparan dan jenis isian berupa bola-bola kecil dengan variasi laju alir fasa kontinyu dan fasa dispersi pada rentang tetesan bersirkulasi (Re = 10 – 200). Dari penelitian ini didapatkan bahwa jenis isian, ukuran tetesan, dan laju alir fasa kedua (dispersi dan  kontinyu) memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap proses perpindahan massa yang dinyatakan dengan koefisien perpindahan massa keseluruhan (KOD). Data laju alir dan komposisi masing-masing fasa di aliran masuk dan keluar kolom dianalisis dengan menggunakan alat kromatografi gas (GC) yang ditunjukan dengan makin besar laju alir fasa dispersi (Qd), koefisien perpindahan massa keseluruhan (KOD) makin kecil. Hal ini disebabkan bahwa ukuran diameter tetesan disepanjang kolom isian dianggap sama. Dan keberlakuan model HB-GFT untuk dinamika tetesan sirkulasi internal (170<Re<200) merupakan kombinasi terbaik dalam penentuan KOD dengan standar deviasi sebesar 3,2%. Keywords: ekstraksi, kolom isian, perpindahan massa. Liquid-liquid extraction in packed column is a process of liquid phase separation in which a liquid solution (the feed) is contacted with an immiscible or nearly immiscible liquid (solvent). This type of extraction is a kind of vertical column extraction type without agitator (unagitated column) besides spray column and plate column. Good operation of liquid-liquid extraction hardly influenced by solute transfer characteristic. This characteristic can be quantification with a value so-called with mass transfer coefficient. Mass transfer coefficient is importance in order to be known in scheme of liquid-liquid extraction column and the values can be searched by using estimation models of mass transfer coefficient either in dispersion phase and also continue phase.The aim of this research is to prove model applying Handloss-Baros - Garner-Foord-Tayeban (HB-GFT) at liquid-liquid extraction process using transparent column prototype and packing type of small sphere with various of flow rate continue phase and dispersion phase at circulation drop spread (Re = 10 - 200). From this research got that packing type, droplet size, and flow rate phase (dispersion and continue) gives influence that is enough significant to mass transfer process that expressed with overall mass transfer coefficient (KOD). Flow rate and composition each phase in inlet and outlet column data are analyzed by using gas chromatography equipment (GC) that showed more and more big dispersion phase (Qd) flow rate, mass transfer coefficient (KOD) more and more small. This caused that drop diameter measure along the length of packing column assumed to be same. And model applying HB-GFT for internal circulation drop dynamics (170<Re<200) is best combination in determination of KOD with deviation standard equal to 3,2%. Keywords: extraction, packing column, mass transfer
KARAKTERISASI PEKTIN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KULIT PISANG MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI Tuhuloula, Abubakar; Budiyarti, Lestari; Fitriana, Etha Nur
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.123

Abstract

Pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh manusia, baik secara langsung setelah buahnya matang ataupun diolah menjadi makanan lain.  Di pulau Kalimantan, tanaman pisang banyak ditemukan di daerah Kalimantan Selatan. Kulit pisang biasanya hanya dibuang menjadi limbah, padahal di dalam pisang terdapat kandungan pektin sebanyak 22,4%. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi pektin dengan bahan dasar kulit pisang yang bertujuan untuk mengetahui jenis pisang yang banyak mengandung pektin,  pengaruh variasi waktu ekstraksi terhadap jumlah pektin yang dihasilkan serta jenis pelarut yang  menghasilkan pektin maksimum. Percobaan dilakukan memakai dua jenis pisang, yaitu pisang kepok dan pisang ambon yang dikeringkan dan diekstraksi menggunakan pelarut dengan suhu ekstraksi 80°C. Variasi waktu ekstraksi 1; 1,5 dan 2 jam, dengan pelarut HCl dan H2SO4 0,05 N. Hasil ekstraksi ditambahkan dengan etanol hingga terbentuk endapan, kemudian disaring dan di oven pada suhu 40oC selama 8 jam. Pada penelitian ini dilakukan analisa berat ekivalen, kadar metoksil, kadar galakturonat dan derajat esterifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi waktu dan jenis pelarut terbaik untuk menghasilkan kadar pektin yang banyak, baik untuk pisang ambon maupun pisang kepok adalah ekstraksi selama 2 jam menggunakan pelarut HCl dengan kadar sebesar 14,90% untuk pisang ambon dan 10,96% untuk pisang kepok. Pektin yang dihasilkan memiliki berat ekivalen 666,67–793,65;bermetoksil rendah, yaitu 3,53%-4,34% dengan kadar galakturonat 45,06%-48,05%,termasuk pektin ester rendah dengan derajat esterifikasi 43,61%-49,23% dan termasuk pektin ester tinggi dengan derajat esterifikasi sebesar 51,28%-52,09%. Keywords: kulit pisang, pektin, ekstraksi Banana is a fruit that is often consumed by humans, either directly after the fruit riped or processed into other foods. On the island of Borneo, banana plants are mostly found in South Kalimantan. Discarded banana peels usually only become a waste, but there is pectin content as much as 22.4% in the banana. In this research, the extraction of pectin with a banana peels ingredients that aims to determine the types of bananas that contain lots of pectin, the influence of variations time extraction in the amount of pectin produced and the type of solvent that produces maximum pectin. The experiments were conducted using two types of bananas, the banana peel of Ambons and Kepok dried and extracted using solvent extraction with a temperature of 80 ° C. Variation extraction time are 1; 1.5 and 2 hours, the solvent  are HCl and H2SO4 0.05 N. Extracted product added with ethanol to precipitate formed, then its filtered and dried in the oven at a temperature of 40 ° C for 8 hours. In this research, the product being analysis of equivalent weight, grade metocsil, galacturonate levels and the degree of esterification. The results showed that the combination of time and the type of solvent to generate a lot of pectin levels, both for banana Ambon and banana Kepok, was extracted for 2 hours using HCl solvent which is content of 14.90% for bananas Ambon and 10.96%  for bananas Kepok .The pectin that produced has an equivalent weight of 666.67 to 793.65; low metoksil grade of 3.53% -4.34%; with galacturonate levels about 45.06% -48.05%, including low ester pectin with a degree of esterification 43.61 % -49.23% and included a high ester pectin with a degree of esterification of 51.28% -52.09% Keywords: banana peel, pectin, ekstraction
PERBANDINGAN LIMBAH DAN LUMPUR AKTIF TERHADAP PENGARUH SISTEM AERASI PADA PENGOLAHAN LIMBAH CPO Sari, Febrina Rantifa; Annissa, Raudhah; Tuhuloula, Abubakar
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.128

Abstract

Limbah cair kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan, proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, limbah cair kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi seperti 34,20% ekstrak tanpa N (komposisi kimia) dan 13,19 % Glutamit Asam (komposisi asam amino)sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem aerasi pada limbah CPO dan lumpur aktif dalam bak aerasi sehingga didapat penurunan konsentrasi BOD5, COD dan pH effluen serta mengetahui variasi perbandingan volume antara limbah CPO dengan lumpur aktif (activated sludge) terhadap optimalisasi penurunan nilai konsentrasiBOD5, COD dan pH effluen.Pada penelitian ini, limbah cair CPO dan lumpur aktif dimasukkan kedalam bioreaktor dengan variasi perbandingan volume. Kemudian masing-masing bioreaktor diaerasi dengan menggunakan aerator dan dilakukan pengamatan sistem aerasi terhadap penurunan nilai BOD5, COD, dan pH nya dengan menggunakan lumpur aktif. Hasil analisa didapatkan nilai optimum terjadi pada bioreaktor C (8:2)v/v dimana perbandingan antara limbah CPO dengan penambahan lumpur aktif lebih sedikit, nilai BOD5 22,4 mg/L dari nilai awal 25,6 mg/L, nilai COD 42,5953 mg/L dari nilai sampel awal 65,77 mg/L begitu pula nilai MLSS dan MLVSS meningkat pada Bioreaktor C dari 52690 mg/L menjadi 71060 mg/L. Keywords: Waktu retensi, tangki Aerasi, Lumpur Aktif, Limbah cair,  BOD5, COD. Liquid waste crude palm oil derived from strilizer unit, clarification unit and exiles from hydrocyclone. Liquid waste from crude palm oil industry such as34.20% extractwithoutN(chemical composition) and13.19% Glutamitacid(amino acidcomposition)might potentially contaminate ground water and water bodies. This studyaimed todetermine the effect of aeration systemonCPOandwasteactivated sludge in theaerationbasinin order to get the concentrationdecreasedBOD5, CODandpH of theeffluentanddetermine variations inthe ratio betweentheCPOwasteactivated sludgetooptimize theconcentrationimpairmentBOD5, CODandeffluentpH.In this study, liquid wasteandsludgeCPOinserted into thebioreactorwith avolumeratiovariation.Then eachaeratedbioreactorsusingaeratorsandaerationsystemswas observedtodecrease invalue ofBOD5, COD, andpHby usingactivated sludge. Analysisresultsobtainedoptimumvalueoccurs inbioreactorC(8:2) v/vCPOwhere thecomparisonbetweenthe wasteactivated sludgewiththe addition ofa little more,BOD5value of22.4mg/Lfrom baseline25.6mg/L, COD42,5953mg/Lofinitialsamplevalue65.77mg/Las well asthe value ofMLSSandMLVSSincreased inBioreactorCof52 690mg/Lto71060mg/L. Keywords: retention time, aeration tank, Activated sludge,liquid waste,BOD5, COD
KARAKTERISASI PEKTIN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KULIT PISANG MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI Abubakar Tuhuloula; Lestari Budiyarti; Etha Nur Fitriana
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.123

Abstract

Pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh manusia, baik secara langsung setelah buahnya matang ataupun diolah menjadi makanan lain.  Di pulau Kalimantan, tanaman pisang banyak ditemukan di daerah Kalimantan Selatan. Kulit pisang biasanya hanya dibuang menjadi limbah, padahal di dalam pisang terdapat kandungan pektin sebanyak 22,4%. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi pektin dengan bahan dasar kulit pisang yang bertujuan untuk mengetahui jenis pisang yang banyak mengandung pektin,  pengaruh variasi waktu ekstraksi terhadap jumlah pektin yang dihasilkan serta jenis pelarut yang  menghasilkan pektin maksimum. Percobaan dilakukan memakai dua jenis pisang, yaitu pisang kepok dan pisang ambon yang dikeringkan dan diekstraksi menggunakan pelarut dengan suhu ekstraksi 80°C. Variasi waktu ekstraksi 1; 1,5 dan 2 jam, dengan pelarut HCl dan H2SO4 0,05 N. Hasil ekstraksi ditambahkan dengan etanol hingga terbentuk endapan, kemudian disaring dan di oven pada suhu 40oC selama 8 jam. Pada penelitian ini dilakukan analisa berat ekivalen, kadar metoksil, kadar galakturonat dan derajat esterifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi waktu dan jenis pelarut terbaik untuk menghasilkan kadar pektin yang banyak, baik untuk pisang ambon maupun pisang kepok adalah ekstraksi selama 2 jam menggunakan pelarut HCl dengan kadar sebesar 14,90% untuk pisang ambon dan 10,96% untuk pisang kepok. Pektin yang dihasilkan memiliki berat ekivalen 666,67–793,65;bermetoksil rendah, yaitu 3,53%-4,34% dengan kadar galakturonat 45,06%-48,05%,termasuk pektin ester rendah dengan derajat esterifikasi 43,61%-49,23% dan termasuk pektin ester tinggi dengan derajat esterifikasi sebesar 51,28%-52,09%. Keywords: kulit pisang, pektin, ekstraksi Banana is a fruit that is often consumed by humans, either directly after the fruit riped or processed into other foods. On the island of Borneo, banana plants are mostly found in South Kalimantan. Discarded banana peels usually only become a waste, but there is pectin content as much as 22.4% in the banana. In this research, the extraction of pectin with a banana peels ingredients that aims to determine the types of bananas that contain lots of pectin, the influence of variations time extraction in the amount of pectin produced and the type of solvent that produces maximum pectin. The experiments were conducted using two types of bananas, the banana peel of Ambons and Kepok dried and extracted using solvent extraction with a temperature of 80 ° C. Variation extraction time are 1; 1.5 and 2 hours, the solvent  are HCl and H2SO4 0.05 N. Extracted product added with ethanol to precipitate formed, then its filtered and dried in the oven at a temperature of 40 ° C for 8 hours. In this research, the product being analysis of equivalent weight, grade metocsil, galacturonate levels and the degree of esterification. The results showed that the combination of time and the type of solvent to generate a lot of pectin levels, both for banana Ambon and banana Kepok, was extracted for 2 hours using HCl solvent which is content of 14.90% for bananas Ambon and 10.96%  for bananas Kepok .The pectin that produced has an equivalent weight of 666.67 to 793.65; low metoksil grade of 3.53% -4.34%; with galacturonate levels about 45.06% -48.05%, including low ester pectin with a degree of esterification 43.61 % -49.23% and included a high ester pectin with a degree of esterification of 51.28% -52.09% Keywords: banana peel, pectin, ekstraction
PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG KELAPA SAWIT DENGAN AKTIVASI SECARA FISIKA, KIMIA DAN FISIKA-KIMIA Yessy Meisrilestari; Rahmat Khomaini; Hesti Wijayanti
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.136

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk hasil pembuatan arang aktif dari cangkang kelapa sawit secara aktivasi fisika, kimia dan fisika-kimia dan mengetahui kemampuan adsorpsi arang aktif dari cangkang kelapa sawit dalam uji adsorpsi dengan asam asetat 0,5 N. Proses aktivasi dilakukan secara kimia, fisika, dan fisika-kimia. Pada aktivasi secara fisika dilakukan dengan pemanasan pada suhu tinggi menggunakan furnace yaitu pada suhu 750oC selama 3 jam. Pada aktivasi secara kimia menggunakan ZnCl2 sebagai aktifator dan direndam selama 24 jam. Aktivasi secara fisika-kimia merupakan penggabungan dari aktivasi fisika dan aktivasi kimia. Kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui karakteristik arang aktif dan uji kemampuan daya adsorben arang aktif terhadap asam asetat. Berdasarkan hasil penelitian arang aktif yang dibuat dari cangkang kelapa sawit dengan proses aktivasi secara fisika-kimia mempunyai daya jerap yang paling baik di antara arang aktif lain yang diaktivasi dengan proses fisika dan kimia. Pada waktu penjerapan 4 jam, arang aktif berdiameter 355 µm dengan aktivasi fisika-kimia mampu menjerap sebanyak 34,4% bagian dari larutan asam asetat 0,5 N.Keywords: Arang aktif, asam asetat, aktivasi, adsorpsiThis study was carried out to investigate the characteristics of activated carbon from coconut palm shell and also the performance of activated carbon for adsorption 0.5 N acetic acid solution. Activated carbon obtained from coconut palm shell was activated by chemical, physical and combination of physical and chemical methods. Physical activation was performed by heating the carbon at 750oC for 3 hours while chemical activation process was exhibited by immersing the carbon in ZnCl2 solution for 24 hours. Furthermore, the combination of physical-chemical activation was gained by heating carbon at 750oC for 3 hours and then immersing in ZnCl2 solution for 24 hours.The adsorption performance of activated carbon was investigated by immersing activated carbon in 0.5 N acetic acid solution for specific time. The result showed that activated carbon which was obtained by combination of physical and chemical process was the best among the other methods that mentioned earlier. The highest adsorption capacity for 0.5 N acetic acid solution was achieved 34,4% for 4 hours by using355 µm of particle size..Keywords: activated carbon, acetic acid, activation,adsorption

Page 1 of 2 | Total Record : 16