cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
konversi@ulm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Konversi
ISSN : 23023686     EISSN : 25413481     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2016): April 2016" : 10 Documents clear
PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT SENG (Zn) Victor M., Stevano; Andhika, Bayu; Syauqiah, Isna
Konversi Vol 5, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v5i1.4775

Abstract

Abstrak- Telah dilakukan pemanfaatan cangkang bekicot (Achatina fulica) sebagai adsorben logam berat seng (Zn). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kitosan yang didapat dari cangkang bekicot, dan mengetahui kemampuan adsorben kitosan dalam uji adsorpsi yang menggunakan sampel air yang tercemar seng (Zn). Pembuatan kitosan dari cangkang bekicot dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pembuatan kitosan dengan variasi ukuran kitosan 250 micron  dan 355 micron. Tahap pembuatan kitosan terdiri dari pembuatan serbuk cangkang bekicot, deproteinasi, demineralisasi, depigmentasi dan deasetilasi. Tahap  ke dua yaitu uji penyerapan kitosan terhadap logam berat seng (Zn) dengan variasi jumlah massa kitosan yang digunakan yaitu: 1 gram, 3 gram, 6 gram dan 9 gram. Sampel tersebut diuji dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometric  (AAS) untuk mengetahui konsentrasi logam berat seng (Zn) yang terkandung di dalamnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa kitosan yang didapat dari cangkang bekicot untuk ukuran 250 micron yang sebesar 95,27%, dan untuk ukuran 355 micron yaitu sebesar 96,18%. Daya serap optimum kitosan didapat pada kitosan berukuran 250 micron  dengan massa kitosan 9 gram. Kata kunci: Adsorbsi, mikron, cangkang bekicot dan logam berat seng (Zn) Abstract- The used of snail shell (Achatina fulica) as adsorbent of heavy metals zinc (Zn). This study aims to determine the amount of chitosan derived from snail shells, and knowing the ability of chitosan adsorbent in adsorption tests using water samples were contaminated zinc (Zn). Preparation of chitosan from the shells of snails be done in two phases: the manufacture of chitosan with chitosan size variation of 250 micron and 355 micron. Production stage consists of the manufacture of chitosan powder snail shells, deproteinization, demineralization, depigmentasi and deacetylation. The second phase of the test chitosan absorption of heavy metals zinc (Zn) with a variation of the mass amount of chitosan that is used as follows: 1 gram, 3 grams, 6 grams and 9 grams. The sample is tested by using Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS) to determine the concentration of heavy metals zinc (Zn) contained in it. The result showed that chitosan is obtained from the snail shell to the size of 250 microns, which equal to 95.27%, and for the size of 355 microns that is equal to 96.18%. Optimum absorption of chitosan obtained at chitosan measure 250 microns with a mass of 9 grams of chitosan.                                                                                                                                        Keywords: Adsorption, micron, snail shells and heavy metals zinc (Zn).
HIDROLISIS ENZIMATIS SAMPAH BUAH-BUAHAN MENJADI GLUKOSA SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL Hidayati, Rima Nurul; Qudsi, Parsiah; Wicakso, Doni Rahmat
Konversi Vol 5, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v5i1.4773

Abstract

Abstrak- Sampah buah-buahan merupakan bahan baku yang sangat berpotensi untuk produksi bioetanol karena mengandung gula dan pati. Ada tiga tahap dalam proses pembuatan bioetanol yaitu hidrolisis, fermentasi, dan pemurnian. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses hidrolisis enzimatis dari sampah buah dalam rangka produksi bioetanol, mempelajari pengaruh suhu pada kinerja enzim alpha amilase terhadap kadar gula yang dihasilkan dari hidrolisis enzimatis, dan mempelajari pengaruh penambahan enzim gluko amilase terhadap kadar gula yang dihasilkan dari hidrolisis enzimatis. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama, analisis bahan baku yaitu menghitung kadar airnya dengan memanaskan sampel menngunakan oven pada suhu 100°C selama 1 jam berulang-ulang sampai beratnya konstan kemudian menganalisis kadar pati yang terkandung dalam sampah buah-buahan dengan metode Luff Schoorl. Kedua, menghidrolisis 60 g sampah buah dan 1 mL enzim alpha amilase dalam 400 mL air selama 1 jam selanjutnya proses sacharifikasi pada suhu 55°C selama ½ jam. Ketiga, menganalisis kadar gula hasil hidrolisis dengan cara menitrasi terhadap fehling A dan B yang sudah distandarisasi sebelumnya sampai terbentuk endapan merah bata. Proses hidrolisis enzimatis pada sampah buah-buahan dilakukan dengan dua langkah yaitu proses gelatinasi dan proses sakarifikasi. Pada proses gelatinasi, enzim alpha amilase bekerja maksimal pada suhu 95°C. Hidrolisis enzimatis dari 60 g sampah buah-buahan, 400 mL aquadest, 1 mL alpha amilase pada suhu 95°C menghasilkan konsentrasi gula optimum dengan penambahan 6 mL gluko amilase pada suhu 55°C. Kata kunci: alpha amilase, gluko amilase, proses sakarifikasi. Abstract- Fruits garbage is very potential raw material to produce bioethanol because containing sugar and starch. There is three step in bioethanol making process,  first hydrolysis, then fermentation and the last purification. The research objective was to learn enzymatic hydrolysis process from fruits garbage in order to bioethanol production, learning the temperature influence to alpha amylase enzyme performance toward sugar rate yielded from enzymatic hydrolysis and learning influence gluco amylase enzyme addition toward sugar rate yielded from enzymatic hydrolysis. The research was run with some step. First, analysis the raw material that was calculating its water contents by heating the sample used oven at temperature 100oC during 1 hour, then repeating until weight constant, then analysing the strach rate which contain in fruits garbage by luff schoorl method. Second, hydrolysing 60 g of fruits garbage and 1 mL of alpha amylase enzyme in 400 mL aquadest during 1 hour, then sacharification process at temperatur 55oC during ½ hour. Third analysing sugar rate from hydrolysis yielded with titration method toward fehling A and B which has been standaritation, till formed a sorrel sediment. Enzymatic hydrolysis process from fruits garbage was run with two step, there is gelatination process and sacarification process.  In gelatination process, alpha amylase enzyme is work maximal at temperature 95oC. Enzymatic hydrolysis from 60 g of fruits garbage, 400 mL of aquadest, 1 mL of alpha amylase at temperature 95oC yielding optimum sugar rate by addition 6 mL of gluco amylase at temperature 55oC.  Keywords: alpha amylase, gluco amylase, sacharification process
EFEKTIVITAS ADSORPSI LOGAM Pb2+ DAN Cd2+ MENGGUNAKAN MEDIA ADSORBEN CANGKANG TELUR AYAM Ibnu Hajar, Erna Wati; Sitorus, Reny Suryani; Mulianingtias, Novi; Welan, Fransiska Jawa
Konversi Vol 5, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v5i1.4771

Abstract

Abstrak-Cangkang telur merupakan bagian terluar dari telur yang berfungsi memberikan perlindungan bagi komponen-komponen isi telur dari kerusakan secara fisik, kimia maupun mikrobiologis. Setiap cangkang telur memiliki 10.000-20.000 pori-pori sehingga diperkirakan dapat menyerap suatu solute dan dapat digunakan sebagai adsorben untuk menjerap logam seperti Pb2+ dan Cd2+. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas cangkang telur ayam sebagai adsorben dengan variasi waktu kontak yaitu 15, 30, 45 menit dan perbedaan massa adsorben yaitu 3, 6, dan 9 gram, serta untuk mengetahui model kinetika adsorpsi yang tepat pada penjerapan logam Pb2+ dan Cd2+. Penelitian ini diawali dengan pengecilan ukuran cangkang telur ayam menjadi 200 mesh, kemudian dilakukan aktivasi kimia dengan merendam cangkang telur ayam dengan larutan HCl 0,1 M. Selanjutnya dilakukan proses adsorpsi dengan mengontakkan adsorben dengan larutan sampel berdasarkan perbedaan waktu dan massa adsorben, konsentrasi larutan hasil adsorpsi kemudian dianalisa dengan menggunakan AAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa % efektivitas penjerapan Pb2+ tertinggi yang dapat dihasilkan dari adsorben cangkang telur ayam yaitu 91,1242% pada berat adsorben 9 gram dengan waktu pengontakan 15 menit, sedangkan pada penjerapan Cd2+ yang dapat dihasilkan dari adsorben cangkang telur ayam yaitu 99,9515% pada berat adsorben 9 gram dengan waktu pengontakan 15 menit. Kinetika adsorpsi penjerapan Pb2+ pada 3, 6, dan 9 gram mengikuti model kinetika orde 2, sedangkan kinetika adsorpsi penjerapan Cd2+ pada 3 gram mengikuti model kinetika orde 0. Kata kunci: Cangkang Telur Ayam, Efektivitas, Kinetika Adsorpsi Abstract-An egg shells is the part of the egg which serves to provide protection for the components of the egg contents from damage because of physical, chemical and microbiological activity. Egg shells has 10,000-20,000 pores that are expected to absorb a solute and can be used as adsorbent to adsorb metals ion such as Pb2+ and Cd2+. The aims of this study were to examine the effectivity of chicken egg shells as adsorbent by variation of contacting time ie 15, 30, 45 mins and the difference in mass of adsorbent which are 3, 6  and 9 grams, as well as to determine the kinetics model of adsorption on metal ion of Pb2+ and Cd2+. This study begins with downsizing the size of chicken egg shells become to 200 mesh, then was performed a chemical activation by soaking the chicken egg shells with 0.1 M HCl. The adsorption was performed by contacting the adsorbent with a solution of the sample is based on the contacting time and mass of adsorbent, the concentration of the resulting solution adsorption then analyzed by AAS. The results showed that the % effectiveness adsorption of the Pb2+ highest that can be produced from chicken egg shells adsorbent that is 91.1242% by weight of 9 gram adsorbent by contacting time 15 mins, while on the adsorption Cd2+ can be produced from chicken egg shells adsorbent is 99.9515% on the weight of the adsorbent 9 grams with time contacting the 15 minutes. Pb2+ adsorption kinetics at 3, 6  and 9 grams following the second-order kinetic model, whereas the adsorption Cd2+ adsorption kinetics at 3 grams following the model zero-order kinetics. Keywords: Chicken Egg Shells, Effectiveness, Adsorption Kinetics
PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI CAMPURAN MINYAK KELAPA DAN MINYAK JELANTAH Elma, Muthia; Suhendra, Satria Anugerah; Wahyuddin, Wahyuddin
Konversi Vol 5, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v5i1.4772

Abstract

Abstrak-Indonesia memiliki hasil produksi buah kelapa yang hanya dimanfaatkan untuk memasak. Minyak jelantah merupakan hasil dari sisa penggorengan rumah tangga yang setelah penggunaanya menjadi limbah dan dapat mencemari lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi biodiesel dengan memanfaatkan campuran antara minyak kelapa dan minyak jelantah terhadap efek penambahan metanol dan waktu reaksi optimum dari pembuatan biodiesel. Proses produksi biodiesel dari campuran kedua bahan baku menggunakan proses dimana minyak kelapa dan minyak jelantah dicampurkan berdasarkan %-v/v dari 200 mL dengan perbandingan minyak jelantah (MJ) dan minyak kelapa (MK) yaitu 100MJ:0MK; 75MJ:25MK; 50MJ:50MK; 25MJ:75MK; dan 0MJ:100MK dengan komposisi metanol serta esterifikasi 38%; 30%; 28%; 19% serta untuk trasesterifikasi 19%; 20%; 21%; 25%. Pada reaksi esterifikasi menggunakan komposisi katalis H2SO4 0,5%, dan transesterifikasi menggunakan katalis KOH 0,9%. Yield yang dihasilkan dari penelitian ini adalah: 100MJ:0MK 92,15%; 93,65%, 75MJ:25MK (96,65%), 50MJ:50MK (95,11%), 25MJ:25MK (96,65%) dan 100MK:0MJ (82,65%). Analisa gliserol total yang didapat pada penelitian ini adalah 100MJ:0M (0,19%), 75MJ:25MK (0,21%), 50MJ:50MK (0,23%) 25MJ:25MK (0,22%) dan 100MK:0MJ (0,26%). Dari hasil analisa gliserol total tersebut didapat sampel yang terbaik yakni 50MJ:50MK dengan nilai glirserol total 0,23% dengan waktu 60 menit untuk esterifikasi dan 70 menit untuk transesterifikasi, dengan analisa angka asam yang didapatkan sebesar 0,2117, angka penyabunan 198,41; ester content  yang didapat sebesar 98,163% water content untuk sebesar 0,56 ppm. Keseluruhan dari hasil analisa biodiesel tersebut memenuhi standar EN 14214.  Kata kunci: minyak kelapa, minyak jelantah, biodiesel, FFA, trigliserida, gliserol total.  Abstract-Coconut oil is normally produced as cooking oil in some areas in Indonesia. However, palm oil mostly produced by industries as vegetable/cooking oil.Waste cooking oil from palm oil becomes a big problem in the environment, and creates pollution. This research aims to use waste cooking oil to produce biodiesel by mixing waste cooking oil and coconut oil. Those mixed oils become raw materials for this proces. The composition of the mixtures are  100MJ: 0MK; 75MJ: 25MK; 50MJ: 50MK; 25MJ: 75MK; and 0MJ: 100MK (% v / v of waste cooking oil (MJ) and coconut oil (MK)).The total of 200 mL oil mixtures was used for the esterification process with methanol composition were 38%; 30%; 28%; and trans-esterification were 19%; 20%; 21%; 23%. Esterification reaction was using the 0,5% H2SO4 as a catalyst, while transesterification was using 0.9% KOH as catalyst. The yield of biodiesel this reaserch were: 100MJ: 0MK (92.15%), 75MJ: 25MK (96.65%), 50MJ: 50MK (95.11%), 25MJ: 25MK (96.65%) and 100MK: 0MJ (82.65%). Furthermore, the total glycerol values were 100MJ:0MK (0.19%), 75MJ: 25MK (0.21%), 50MJ:50MK (0.23%) 25MJ: 25MK (0.22%) and 100MK: 0MJ (0.26%). EN14214 standard shows that the best composition of mixtured oils was 50MJ:50MK. Then, the total glycerol was 0.23% (60-70 minutes for the esterification and transesterification reaction). Acid number value was 0.2117, saponification number was 198.41; ester content was 98.163% and water content was 0.56 ppm.  Keywords: coconut oil, waste cooking oil, biodiesel, FFA, triglyceride, total glycerol.
PENGARUH PENGGUNAAN NANAS DAN UMBI POHON GADUNG SEBAGAI KOAGULAN TERHADAP KUALITAS BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT Praharnata, Praharnata; Sulistyo, Joko; Wijayanti, Hesti
Konversi Vol 5, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v5i1.4776

Abstract

Abstrak- Prakoagulasi lateks merupakan penggumpalan spontan lateks yang biasanya disebabkan oleh pengaruh asam, enzim dan bakteri. Bahan yang digunakan untuk mempercepat prakoagulasi sering dikenal sebagai koagulan. Beberapa penduduk di Kalimantan Selatan menggunakan beberapa koagulan alami yang tidak banyak dikenal seperti umbi akar pohon gadung dan tongkol nanas, sehingga dalam penelitian ini kami ingin mengkaji lebih dalam mengenai penggunaan koagulan alami ini, mengamati dan membandingkan kualitas karet yang dihasilkan. Percobaan dilakukan dengan melakukan pengamatan pada sampel lateks yang telah dicampurkan dengan koagulan yang telah divariasi, penelitian ini mencoba meniru cara pengolahan karet remah kering, sehigga sampel karet yang dibuat memiliki sifat teknis yang dapat diuji. Adapun uji yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain; uji prakoagulasi dengan koagulan yang bervariasi, uji prakoagulasi dengan dosis koagulan yang divariasikan, uji prakoagulasi lateks dengan air sisa prakoagulasi awal dan uji sifat teknis karet. Dari hasil analisa sampel gadung diperoleh kadar nitrogen karet sebesar 0,22 %, Po 31, dan PRI 76, pada sampel nanas diperoleh kadar nitrogen sebesar 0,24%, Po 21,5 dan PRI 56. Kata kunci: Prakoagulasi, lateks, koagulan, enzim, bakteri Abstract- Latex precoagulation is a spontaneous clot of latex that is usually caused by the effects of acids, enzymes and bacteria. Materials used to make precoagulation faster known as a coagulant. Some people in South Kalimantan using some natural coagulant that is not widely known as a gadung tree root and pineapple cob, so in this study we wanted to examine more deeply about the use of this natural coagulant, observe and compare the quality of rubber produced. The experiments were performed by making observations on a sample of latex was mixed with a coagulant which has been varied, this study tried to imitate the dry crumb rubber processing, so the rubber samples that created has technical properties that can be tested. The tests performed in this study were precoagulation test with varying coagulant, precoagulation test with coagulant dose varied, latex precoagulation test with waste water of early precoagulation and test of the technical properties of the rubber. From the analysis of gadung sample  obtained rubber nitrogen content of 0.22 %, Po 31, and the PRI 76, the pineapple samples obtained rubber nitrogen content of 0.24 %, 21.5 Po and the PRI 56. Keywords: Precoagulation, latex , coagulants , enzymes , bacteria  
HIDROLISIS ENZIMATIS SAMPAH BUAH-BUAHAN MENJADI GLUKOSA SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL Rima Nurul Hidayati; Parsiah Qudsi; Doni Rahmat Wicakso
Konversi Vol 5, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v5i1.4773

Abstract

Abstrak- Sampah buah-buahan merupakan bahan baku yang sangat berpotensi untuk produksi bioetanol karena mengandung gula dan pati. Ada tiga tahap dalam proses pembuatan bioetanol yaitu hidrolisis, fermentasi, dan pemurnian. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses hidrolisis enzimatis dari sampah buah dalam rangka produksi bioetanol, mempelajari pengaruh suhu pada kinerja enzim alpha amilase terhadap kadar gula yang dihasilkan dari hidrolisis enzimatis, dan mempelajari pengaruh penambahan enzim gluko amilase terhadap kadar gula yang dihasilkan dari hidrolisis enzimatis. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama, analisis bahan baku yaitu menghitung kadar airnya dengan memanaskan sampel menngunakan oven pada suhu 100°C selama 1 jam berulang-ulang sampai beratnya konstan kemudian menganalisis kadar pati yang terkandung dalam sampah buah-buahan dengan metode Luff Schoorl. Kedua, menghidrolisis 60 g sampah buah dan 1 mL enzim alpha amilase dalam 400 mL air selama 1 jam selanjutnya proses sacharifikasi pada suhu 55°C selama ½ jam. Ketiga, menganalisis kadar gula hasil hidrolisis dengan cara menitrasi terhadap fehling A dan B yang sudah distandarisasi sebelumnya sampai terbentuk endapan merah bata. Proses hidrolisis enzimatis pada sampah buah-buahan dilakukan dengan dua langkah yaitu proses gelatinasi dan proses sakarifikasi. Pada proses gelatinasi, enzim alpha amilase bekerja maksimal pada suhu 95°C. Hidrolisis enzimatis dari 60 g sampah buah-buahan, 400 mL aquadest, 1 mL alpha amilase pada suhu 95°C menghasilkan konsentrasi gula optimum dengan penambahan 6 mL gluko amilase pada suhu 55°C. Kata kunci: alpha amilase, gluko amilase, proses sakarifikasi. Abstract- Fruits garbage is very potential raw material to produce bioethanol because containing sugar and starch. There is three step in bioethanol making process,  first hydrolysis, then fermentation and the last purification. The research objective was to learn enzymatic hydrolysis process from fruits garbage in order to bioethanol production, learning the temperature influence to alpha amylase enzyme performance toward sugar rate yielded from enzymatic hydrolysis and learning influence gluco amylase enzyme addition toward sugar rate yielded from enzymatic hydrolysis. The research was run with some step. First, analysis the raw material that was calculating its water contents by heating the sample used oven at temperature 100oC during 1 hour, then repeating until weight constant, then analysing the strach rate which contain in fruits garbage by luff schoorl method. Second, hydrolysing 60 g of fruits garbage and 1 mL of alpha amylase enzyme in 400 mL aquadest during 1 hour, then sacharification process at temperatur 55oC during ½ hour. Third analysing sugar rate from hydrolysis yielded with titration method toward fehling A and B which has been standaritation, till formed a sorrel sediment. Enzymatic hydrolysis process from fruits garbage was run with two step, there is gelatination process and sacarification process.  In gelatination process, alpha amylase enzyme is work maximal at temperature 95oC. Enzymatic hydrolysis from 60 g of fruits garbage, 400 mL of aquadest, 1 mL of alpha amylase at temperature 95oC yielding optimum sugar rate by addition 6 mL of gluco amylase at temperature 55oC.  Keywords: alpha amylase, gluco amylase, sacharification process
PENGARUH PENGGUNAAN NANAS DAN UMBI POHON GADUNG SEBAGAI KOAGULAN TERHADAP KUALITAS BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT Praharnata Praharnata; Joko Sulistyo; Hesti Wijayanti
Konversi Vol 5, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v5i1.4776

Abstract

Abstrak- Prakoagulasi lateks merupakan penggumpalan spontan lateks yang biasanya disebabkan oleh pengaruh asam, enzim dan bakteri. Bahan yang digunakan untuk mempercepat prakoagulasi sering dikenal sebagai koagulan. Beberapa penduduk di Kalimantan Selatan menggunakan beberapa koagulan alami yang tidak banyak dikenal seperti umbi akar pohon gadung dan tongkol nanas, sehingga dalam penelitian ini kami ingin mengkaji lebih dalam mengenai penggunaan koagulan alami ini, mengamati dan membandingkan kualitas karet yang dihasilkan. Percobaan dilakukan dengan melakukan pengamatan pada sampel lateks yang telah dicampurkan dengan koagulan yang telah divariasi, penelitian ini mencoba meniru cara pengolahan karet remah kering, sehigga sampel karet yang dibuat memiliki sifat teknis yang dapat diuji. Adapun uji yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain; uji prakoagulasi dengan koagulan yang bervariasi, uji prakoagulasi dengan dosis koagulan yang divariasikan, uji prakoagulasi lateks dengan air sisa prakoagulasi awal dan uji sifat teknis karet. Dari hasil analisa sampel gadung diperoleh kadar nitrogen karet sebesar 0,22 %, Po 31, dan PRI 76, pada sampel nanas diperoleh kadar nitrogen sebesar 0,24%, Po 21,5 dan PRI 56. Kata kunci: Prakoagulasi, lateks, koagulan, enzim, bakteri Abstract- Latex precoagulation is a spontaneous clot of latex that is usually caused by the effects of acids, enzymes and bacteria. Materials used to make precoagulation faster known as a coagulant. Some people in South Kalimantan using some natural coagulant that is not widely known as a gadung tree root and pineapple cob, so in this study we wanted to examine more deeply about the use of this natural coagulant, observe and compare the quality of rubber produced. The experiments were performed by making observations on a sample of latex was mixed with a coagulant which has been varied, this study tried to imitate the dry crumb rubber processing, so the rubber samples that created has technical properties that can be tested. The tests performed in this study were precoagulation test with varying coagulant, precoagulation test with coagulant dose varied, latex precoagulation test with waste water of early precoagulation and test of the technical properties of the rubber. From the analysis of gadung sample  obtained rubber nitrogen content of 0.22 %, Po 31, and the PRI 76, the pineapple samples obtained rubber nitrogen content of 0.24 %, 21.5 Po and the PRI 56. Keywords: Precoagulation, latex , coagulants , enzymes , bacteria  
EFEKTIVITAS ADSORPSI LOGAM Pb2+ DAN Cd2+ MENGGUNAKAN MEDIA ADSORBEN CANGKANG TELUR AYAM Erna Wati Ibnu Hajar; Reny Suryani Sitorus; Novi Mulianingtias; Fransiska Jawa Welan
Konversi Vol 5, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v5i1.4771

Abstract

Abstrak-Cangkang telur merupakan bagian terluar dari telur yang berfungsi memberikan perlindungan bagi komponen-komponen isi telur dari kerusakan secara fisik, kimia maupun mikrobiologis. Setiap cangkang telur memiliki 10.000-20.000 pori-pori sehingga diperkirakan dapat menyerap suatu solute dan dapat digunakan sebagai adsorben untuk menjerap logam seperti Pb2+ dan Cd2+. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas cangkang telur ayam sebagai adsorben dengan variasi waktu kontak yaitu 15, 30, 45 menit dan perbedaan massa adsorben yaitu 3, 6, dan 9 gram, serta untuk mengetahui model kinetika adsorpsi yang tepat pada penjerapan logam Pb2+ dan Cd2+. Penelitian ini diawali dengan pengecilan ukuran cangkang telur ayam menjadi 200 mesh, kemudian dilakukan aktivasi kimia dengan merendam cangkang telur ayam dengan larutan HCl 0,1 M. Selanjutnya dilakukan proses adsorpsi dengan mengontakkan adsorben dengan larutan sampel berdasarkan perbedaan waktu dan massa adsorben, konsentrasi larutan hasil adsorpsi kemudian dianalisa dengan menggunakan AAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa % efektivitas penjerapan Pb2+ tertinggi yang dapat dihasilkan dari adsorben cangkang telur ayam yaitu 91,1242% pada berat adsorben 9 gram dengan waktu pengontakan 15 menit, sedangkan pada penjerapan Cd2+ yang dapat dihasilkan dari adsorben cangkang telur ayam yaitu 99,9515% pada berat adsorben 9 gram dengan waktu pengontakan 15 menit. Kinetika adsorpsi penjerapan Pb2+ pada 3, 6, dan 9 gram mengikuti model kinetika orde 2, sedangkan kinetika adsorpsi penjerapan Cd2+ pada 3 gram mengikuti model kinetika orde 0. Kata kunci: Cangkang Telur Ayam, Efektivitas, Kinetika Adsorpsi Abstract-An egg shells is the part of the egg which serves to provide protection for the components of the egg contents from damage because of physical, chemical and microbiological activity. Egg shells has 10,000-20,000 pores that are expected to absorb a solute and can be used as adsorbent to adsorb metals ion such as Pb2+ and Cd2+. The aims of this study were to examine the effectivity of chicken egg shells as adsorbent by variation of contacting time ie 15, 30, 45 mins and the difference in mass of adsorbent which are 3, 6  and 9 grams, as well as to determine the kinetics model of adsorption on metal ion of Pb2+ and Cd2+. This study begins with downsizing the size of chicken egg shells become to 200 mesh, then was performed a chemical activation by soaking the chicken egg shells with 0.1 M HCl. The adsorption was performed by contacting the adsorbent with a solution of the sample is based on the contacting time and mass of adsorbent, the concentration of the resulting solution adsorption then analyzed by AAS. The results showed that the % effectiveness adsorption of the Pb2+ highest that can be produced from chicken egg shells adsorbent that is 91.1242% by weight of 9 gram adsorbent by contacting time 15 mins, while on the adsorption Cd2+ can be produced from chicken egg shells adsorbent is 99.9515% on the weight of the adsorbent 9 grams with time contacting the 15 minutes. Pb2+ adsorption kinetics at 3, 6  and 9 grams following the second-order kinetic model, whereas the adsorption Cd2+ adsorption kinetics at 3 grams following the model zero-order kinetics. Keywords: Chicken Egg Shells, Effectiveness, Adsorption Kinetics
PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI CAMPURAN MINYAK KELAPA DAN MINYAK JELANTAH Muthia Elma; Satria Anugerah Suhendra; Wahyuddin Wahyuddin
Konversi Vol 5, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v5i1.4772

Abstract

Abstrak-Indonesia memiliki hasil produksi buah kelapa yang hanya dimanfaatkan untuk memasak. Minyak jelantah merupakan hasil dari sisa penggorengan rumah tangga yang setelah penggunaanya menjadi limbah dan dapat mencemari lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi biodiesel dengan memanfaatkan campuran antara minyak kelapa dan minyak jelantah terhadap efek penambahan metanol dan waktu reaksi optimum dari pembuatan biodiesel. Proses produksi biodiesel dari campuran kedua bahan baku menggunakan proses dimana minyak kelapa dan minyak jelantah dicampurkan berdasarkan %-v/v dari 200 mL dengan perbandingan minyak jelantah (MJ) dan minyak kelapa (MK) yaitu 100MJ:0MK; 75MJ:25MK; 50MJ:50MK; 25MJ:75MK; dan 0MJ:100MK dengan komposisi metanol serta esterifikasi 38%; 30%; 28%; 19% serta untuk trasesterifikasi 19%; 20%; 21%; 25%. Pada reaksi esterifikasi menggunakan komposisi katalis H2SO4 0,5%, dan transesterifikasi menggunakan katalis KOH 0,9%. Yield yang dihasilkan dari penelitian ini adalah: 100MJ:0MK 92,15%; 93,65%, 75MJ:25MK (96,65%), 50MJ:50MK (95,11%), 25MJ:25MK (96,65%) dan 100MK:0MJ (82,65%). Analisa gliserol total yang didapat pada penelitian ini adalah 100MJ:0M (0,19%), 75MJ:25MK (0,21%), 50MJ:50MK (0,23%) 25MJ:25MK (0,22%) dan 100MK:0MJ (0,26%). Dari hasil analisa gliserol total tersebut didapat sampel yang terbaik yakni 50MJ:50MK dengan nilai glirserol total 0,23% dengan waktu 60 menit untuk esterifikasi dan 70 menit untuk transesterifikasi, dengan analisa angka asam yang didapatkan sebesar 0,2117, angka penyabunan 198,41; ester content  yang didapat sebesar 98,163% water content untuk sebesar 0,56 ppm. Keseluruhan dari hasil analisa biodiesel tersebut memenuhi standar EN 14214.  Kata kunci: minyak kelapa, minyak jelantah, biodiesel, FFA, trigliserida, gliserol total.  Abstract-Coconut oil is normally produced as cooking oil in some areas in Indonesia. However, palm oil mostly produced by industries as vegetable/cooking oil.Waste cooking oil from palm oil becomes a big problem in the environment, and creates pollution. This research aims to use waste cooking oil to produce biodiesel by mixing waste cooking oil and coconut oil. Those mixed oils become raw materials for this proces. The composition of the mixtures are  100MJ: 0MK; 75MJ: 25MK; 50MJ: 50MK; 25MJ: 75MK; and 0MJ: 100MK (% v / v of waste cooking oil (MJ) and coconut oil (MK)).The total of 200 mL oil mixtures was used for the esterification process with methanol composition were 38%; 30%; 28%; and trans-esterification were 19%; 20%; 21%; 23%. Esterification reaction was using the 0,5% H2SO4 as a catalyst, while transesterification was using 0.9% KOH as catalyst. The yield of biodiesel this reaserch were: 100MJ: 0MK (92.15%), 75MJ: 25MK (96.65%), 50MJ: 50MK (95.11%), 25MJ: 25MK (96.65%) and 100MK: 0MJ (82.65%). Furthermore, the total glycerol values were 100MJ:0MK (0.19%), 75MJ: 25MK (0.21%), 50MJ:50MK (0.23%) 25MJ: 25MK (0.22%) and 100MK: 0MJ (0.26%). EN14214 standard shows that the best composition of mixtured oils was 50MJ:50MK. Then, the total glycerol was 0.23% (60-70 minutes for the esterification and transesterification reaction). Acid number value was 0.2117, saponification number was 198.41; ester content was 98.163% and water content was 0.56 ppm.  Keywords: coconut oil, waste cooking oil, biodiesel, FFA, triglyceride, total glycerol.
PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT SENG (Zn) Stevano Victor M.; Bayu Andhika; Isna Syauqiah
Konversi Vol 5, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v5i1.4775

Abstract

Abstrak- Telah dilakukan pemanfaatan cangkang bekicot (Achatina fulica) sebagai adsorben logam berat seng (Zn). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kitosan yang didapat dari cangkang bekicot, dan mengetahui kemampuan adsorben kitosan dalam uji adsorpsi yang menggunakan sampel air yang tercemar seng (Zn). Pembuatan kitosan dari cangkang bekicot dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pembuatan kitosan dengan variasi ukuran kitosan 250 micron  dan 355 micron. Tahap pembuatan kitosan terdiri dari pembuatan serbuk cangkang bekicot, deproteinasi, demineralisasi, depigmentasi dan deasetilasi. Tahap  ke dua yaitu uji penyerapan kitosan terhadap logam berat seng (Zn) dengan variasi jumlah massa kitosan yang digunakan yaitu: 1 gram, 3 gram, 6 gram dan 9 gram. Sampel tersebut diuji dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometric  (AAS) untuk mengetahui konsentrasi logam berat seng (Zn) yang terkandung di dalamnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa kitosan yang didapat dari cangkang bekicot untuk ukuran 250 micron yang sebesar 95,27%, dan untuk ukuran 355 micron yaitu sebesar 96,18%. Daya serap optimum kitosan didapat pada kitosan berukuran 250 micron  dengan massa kitosan 9 gram. Kata kunci: Adsorbsi, mikron, cangkang bekicot dan logam berat seng (Zn) Abstract- The used of snail shell (Achatina fulica) as adsorbent of heavy metals zinc (Zn). This study aims to determine the amount of chitosan derived from snail shells, and knowing the ability of chitosan adsorbent in adsorption tests using water samples were contaminated zinc (Zn). Preparation of chitosan from the shells of snails be done in two phases: the manufacture of chitosan with chitosan size variation of 250 micron and 355 micron. Production stage consists of the manufacture of chitosan powder snail shells, deproteinization, demineralization, depigmentasi and deacetylation. The second phase of the test chitosan absorption of heavy metals zinc (Zn) with a variation of the mass amount of chitosan that is used as follows: 1 gram, 3 grams, 6 grams and 9 grams. The sample is tested by using Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS) to determine the concentration of heavy metals zinc (Zn) contained in it. The result showed that chitosan is obtained from the snail shell to the size of 250 microns, which equal to 95.27%, and for the size of 355 microns that is equal to 96.18%. Optimum absorption of chitosan obtained at chitosan measure 250 microns with a mass of 9 grams of chitosan.                                                                                                                                        Keywords: Adsorption, micron, snail shells and heavy metals zinc (Zn).

Page 1 of 1 | Total Record : 10