cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Agroscientiae
ISSN : 08542333     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
PERKEMBANGAN KELOMPOK TANI (POKTAN) YANG BERPERAN AKTIF DI WKBPP KELUA KABUPATEN TABALONG Fauzi, Ahmad
Agroscientiae Vol 20
Publisher : Agroscientiae

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKelompok Tani adalah kumpulan petani yang didasarkan atas kesamaan, keserasian satu lingkungan sosialbudaya untuk mencapai tujuan yang sama, dengan demikian kelompok tani mempunyai ciri utama adalahmempunyai pandangan, kepentingan yang sama dalam mengelolah usahataninya . WKBPP kecamatanKelua yang terdiri dari 12 desa memiliki 57 Kelompok Tani dengan jumlah anggota 1 .890 orang dantergabung pada 9 Gabungan Kelompok Tani. Kelompok Tani ini terdiri atas beberapa kelas kelompok yaitu 3kelompok kelas BDK, 34 kelompok kelas Pemula, 15 kelompok kelas Lanjut dan 1 kelompok kelas Madya.Kelompok Tani yang paling banyak berp eran pada kegiatan pembangunan pertanian di WKBPP Keluaadalah kelas Lanjut dan Madya, ada sebagian dari kelompok kelas Pemula.Kata Kunci : Kelompok Tani, Kelua, WKBPP.
EFEKTIFITAS PEMBEDAAN BERAT STEK UMBI DAN POPULASI PER AJIR TERHADAP KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS UBI ALABIO (Dioscorea alata L.) Istiqomah, Nurul
Agroscientiae Vol 20
Publisher : Agroscientiae

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ubi alabio (DioscoreaalataL.) merupakan salah satu komoditas unggulan di lahan rawa lebak. Kadar patinyayang tinggi (11%) menjadikan ubi ini sebagai sumber karbohidrat potensial penting untuk memenuhikebutuhan pangan, khususnya di lahan rawa. Budidaya ubi alabio selama ini hanya menggunakan cara-caratradisonal, tanpa adanya tambahan teknologi dan pengetahuan tentang cara budidaya yang memadai. Halini mengakibatkan rendahnya produktivitas ubi alabio yang berdampak pada tidak dapatnya usaha tani ubialabio menjadi salah satu usaha tani utama, karena dianggap kurang menguntungkan. Pada penggunaanumbi sebagai bahan stek dikatakan bahwa semakin besar ukuran stek semakin besar umbi yang dihasilkan.Pengaturan jarak tanam akan mengurangi persaingan unsur hara dan air yang akan meningkatkan besarumbi. Penelitian ini mencoba untuk menentukan ukuran stek umbi yang tepat dan populasi per ajir (jaraktanam) yang efisien untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas umbi. Dilaksanakan di Desa RantauKarau Raya RT. I RW. 1 Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi KalimantanSelatan, selama 7 bulan mulai dari Juni sampai Desember 2013. Percobaan ini menggunakan RancanganAcak Lengkap dengan 2 faktor perlakuan. Perlakuan yang dicobakan terdiri dari (1) Besar stek umbi (B)yang terdiri dari 4 taraf yaitu ; b1 = ≤ 20 g, b2 = > 20 g - ≤ 30 g, b3 = > 30 g - ≤ 40 g, dan b = > 40 g - ≤ 50 g,(2) Populasi per ajir (P) yang terdiri dari 3 taraf yaitu 4 tanaman per ajir, 5 tanaman per ajir, dan 6 tanamanper ajir. Interaksi perlakuan dan perlakuan tunggal populasi per ajir tidak memperlihatkan pengaruh terhadapsemua peubah pengamatan, kecuali pada peubah produksi per hektar sedangkan perlakuan berat stekmemperlihatkan pengaruh yang sangat nyata untuk semua peubah. Perlakuan interaksi terbaik padaperlakuan b4p3 (berat stek>40 g - ≤ 50 g, 6 tanaman per ajir) dan perlakuan populasi per air terbaik adalah p(5 tanaman per ajir). Perlakuan berat stek yang menghasilkan kualitas terbaik adalah perlakuan b(> 30 g - ≤40 g) dan untuk produktifitas umbi terbaik adalah perlakuan b (> 40 g - ≤ 50 g).Kata kunci : Ubi Alabio, Stek umbi, Populasi per ajir
KADAR KOLESTEROL DAN PERECAHAN KARKAS MERPATI LOKAL YANG DIPOTONG PADA UMUR BERBEDA Jaelani, Achmad
Agroscientiae Vol 20
Publisher : Agroscientiae

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitianini untuk mengetahui Kadar Kholesterol dan Perecahan Karkas Merpati Lokal yangDipotong pada Umur yang Berbeda. Penelitian dilaksanakan di Lokasi Peternakan Merpati CV UstadzAmanah di Guntung Manggis Banjarbaru. Merpati yang digunakan berjumlah 20 ekor. Adapun perlakuanumur potong terdiri atas : 3,4,5, 6 minggu serta lebih dari 4 bulan. Variabel yang diamati meliputi kadarkholesterol daging, perecahan karkas merpati meliputipersentase daging, dan tulang. Hasil penelitianmenunjukan bahwa umur potong yang berbeda mempengaruhi terhadap kadar kolesterol daging dankomposisi karkas (persentase berat tulang dan persentase berat daging) merpati lokal yang dipeliharasecara intensif.Semakin bertambah umur merpati maka kadar kolesterol daging dan persentase berat dagingmerpati lokal semakin meningkat. Sebaliknya persentase berat tulang mengalami penurunan. Kata kunci : Kholesterol, Perecahan karkas, Umur potong, Merpati lokal
DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN ANGGOTA GAPOKTAN“FAJAR HARAPAN” DI DESA TAPUS DALAM KECAMATAN SUNGAI PANDAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA Kusumayana, Purna
Agroscientiae Vol 20
Publisher : Agroscientiae

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi pendapatan anggota Gapoktan dengan adanya bantuandana PUAP, dengan membandingkan selisih pendapatan anggota Gapoktan sebelum dan sesudahmenerima bantuan PUAP.   Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dan wawancara.   Dalampenelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan metode sensus.   Populasi dalam penelitian ini adalahmengambil keseluruhan data dari semua petani padi yang khusus meminjam dana PUAP.Responden diambildari 7 kelompok tani dan yang melakukan usahatani padi yaitu ada 33 orang responden.   Berdasarkan hasilpenelitian dapat diketahui total pendapatan petani sebelum adanya dana PUAP sebesar Rp. 11.177.319,00dan sesudah menerima dana PUAP sebesar Rp. 14.386.234,00. Adanya peningkatan pendapatan petaniantara sebelum dan sesudah PUAP sebesar Rp. 3.208.915,00.   Dapat dilihat kontribusi yang cukup besarterhadap total pendapatan anggota gapoktan dalam setahun. Dari uji wilcoxon untuk negative ranksmenunjukkan 0 (nol) observasi, positive ranks atau selisih variabel sebelum dan sesudah yang positifsebanyak 33 observasi atau dengan kata lain terdapat 33 observasi pada variabel sesudah yang lebih dariobservasi pada variabel sebelum dengan rata-rata rangkingnya = 17,00 dan jumlah rangking positif = 561. Ties atau tidak ada perbedaan antara variabel sebelum dan sesudah sebanyak 0 (nol) obervasi. Hal inimenunjukkan bahwa Program PUAP berdampak positif terhadap pendapatan anggota Gapoktan FajarHarapan di Desa Tapus Dalam  Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kata Kunci: Dampak Program PUAP, Pendapatan, Uji Wilcoxon
A REVIEW ON INSTANT WHITE COFFEE AND INSTANT DECAFFEINATED COFFEE PROCESSING Rahmi, Alia
Agroscientiae Vol 20
Publisher : Agroscientiae

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Instant white coffee is commonly associated with its preceding popular counterpart, the instant decaffeinatedcoffee. Questions of whether the two products are made from different variety of coffee bean, underwentdifferent processing techniques, or shares different caffeine contents, are poorly explained. The purpose ofthis review is to provide a better understanding on both products. Instant white coffee and instantdecaffeinated (black) coffee are made from similar coffee varieties, the Arabica and the Robusta. Bothproducts undergo similar coffee processing from harvesting, de-pulping, mucilaginous coating removal todrying. The difference takes place in the decaffeination process and the roasting process. Consequently, asinstant products, both are processed through an instant making process. Instant decaffeinated coffee isprocessed through a decaffeination process whereas it is not common for instant white coffee. Instant whitecoffee is processed through a lower roasting temperature and a shorter roasting time, hence possesses adetracted bitter aftertaste, a lightened colour, a higher caffeine content and a high acidic note. Instantdecaffeinated (black) coffee is processed at a higher roasting level (160 – 280oC; 20 – 40 minutes), thereforebears bitter aftertaste, dark colour, lower caffeine content and slightly acidic. The claim for health benefits,although not specifically on lean body mass, in white coffee, it is maybe true due to the high caffeine,chlorogenic and cafeic acid content. However, the claim for softness on the stomach is still debatable. Keywords: coffee, white coffee, decaffeinated coffee, instant
KEMAMPUAN Bemisia tabaci Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae) DALAM MENULARKAN BEGOMOVIRUS PENYEBAB PENYAKIT KERITING KUNING CABAI Sutini, Sutini Noor Aidawati Lyswiana Aphrodyanti
Agroscientiae Vol 20
Publisher : Agroscientiae

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari kemampuan  B. tabaci dalam menularkan virus keritingkuning cabai.  Untuk mengetahui kemampuan B. tabaci dalam menularkan  virus keriting kuning cabaidilakukan beberapa percobaan terhadap periode makan akuisisi (PMA), periode makan inokulasi (PMI) danjumlah serangga yang diinokulasikan.  Setiap unit percobaan terdiri atas sepuluh tanaman uji dan limatanaman kontrol.  Serangga vektor yang digunakan untuk setiap unit percobaan adalah sepuluh ekor pertanaman, kecuali pada percobaan jumlah serangga.   Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus keritingkuning yang menginfeksi tanaman cabai dapat ditularkan oleh satu  B. tabaci dan mampu menularkan viruskeriting kuning cabai  meningkat dengan meningkatnya jumlah serangga vektor.  Periode makan inokulasi(PMI) 1 jam dengan periode makan akuisisi 24 jam menunjukkan 10 serangga B. tabaci mampu menularkanvirus  sebesar 30%, semakin lama PMI, semakin tinggi jumlah tanaman yang terinfeksi.  Serangga vektormampu menularkan virus keriting kuning setelah melakukan periode makan akuisisi pada tanaman cabaiterinfeksi virus keriting kuning selama 1 jam (PMA 48 jam, 10 serangga per tanaman) dengan tanamanterinfeksi sebesar 40%, semakin lama PMA, semakin tinggi jumlah tanaman terinfeksi.  Periode makanakuisisi maksimum adalah 12 jam dengan intensitas serangan sebesar 100% Kata kunci: Bemisia tabaci, Penularan, Begomovirus, virus keriting kuning, cabai
TEKNOLOGI TABAT LIMPAS UNTUK MEMPERTAHANKAN LENGAS TANAH PADA PERTANAMAN MUSIM KEMARAU DI LAHAN LEBAK TENGAHAN Nazemi, Dakhyar
Agroscientiae Vol 20
Publisher : Agroscientiae

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu permasalahan utama pada pertanaman musim kemarau di lahan lebak adalah kekeringan.  Kekeringan terjadi karena periode ini curah hujan relative kecil, selain itu karena terjadinya penurunan mukaair tanah yang jauh dari daerah perakaran sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Teknologi tabat limpas dapat mempertahankan tinggi muka air pada musim kemarau dengan cara membuattabat sesuai dengan ketinggian muka air yang kita inginkan pada lahan dengan kemiringan < 5%.  Hasilpenelitian menunjukkan bahwa tinggi tabat -20 cm dari muka tanah dapat mempertahankan lengas tanah147-165% berdasarkan berat kering tanah guna menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman di musimkemarau pada lahan lebak tengahan.Kata kunci : Tabat limpas, Lengas tanah, Lebak tengahan
FORCE ANALYSIS OF THE OPERATIONAL TAJAK BEDANDAN AS A BASIS FOR THE DEVELOPMENT OF LOCAL AGRICULTURAL MACHINERY Dewi, Indya; Rahmi, Alia; Hardarani, Nofia
Agroscientiae Vol 21, No 1 (2014)
Publisher : Agroscientiae

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tajak that has been used for hundreds of years by traditional local farmers in South Kalimantan has shown its excellence. It is the appropriate tool to be used on agricultural land that has a typology of swamp land. The difficulty of the operation, the amount of power needed to operate and a decline in interest in the younger generation to work in agriculture demanded a call for this tool under research for improvement. By analyzing the forces acting on tajak, its operational principles will be obtained. This information is useful as a reference for the procedure of t ools utilization in swamp land preparation accordingly with the local wisdom. It may promote a correct tajak operation procedure, hence reducing the workload and the number of occupational accidents, and also important in designing an ergonomic, effective and efficient tajak. In the long run, this research is expected to be the basis for developing tajak as local knowledge -based agricultural machinery of the Banjarese society in South Kalimantan. The research was conducted following these steps:site selection, land preparation, operator selection, data recording and data processing/analysis. The result showed that the pattern of tajak operational motion is uniform, with the cutting direction to the left and theoperator’s left hand plays an important role a s the ‘rudder’. Tajak mass and the lift angle affect the magnitude of force acting on tajak with the maximum force at the minimum axial force. The maximum force experienced by tajak is at the shaft end and decreases toward the eye.
KEMAMPUAN LARUTAN UMBI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst)DAN TRICHOKOMPOS MENGENDALIKAN HAMA THRIPS (Thrips tabaci Lindeman) PADA TANAMAN TOMAT Firmansyah, Firmansyah Akhmad Gazali Jamzuri Hadie
Agroscientiae Vol 20
Publisher : Agroscientiae

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengendalian hama thrips dianjurkan dengan berbagai cara pengendalian alami (biocontrol) seperti denganpemberian trichokompos dan umbi gadung.  Penelitian ini dilaksanakan di Desa Haliau Kecamatan BatuBenawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.  Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari bulan Oktober  2012sampai dengan bulan   Januari  2013.  Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)faktorial 2 faktor.  Faktor pertama yaitu aplikasi Trichokompos terdiri dari 2 taraf yaitu : (1) t=  0 g per lubangtanaman (tanpa trichokompos) dan (2) t= 20 g per lubang tanaman.  Faktor kedua yaitu aplikasi larutanumbi gadung terdiri dari 4 taraf, yaitu : (1) u10= 0 g l-1air (tanpa aplikasi/ kontrol); (2) u= larutan umbigadung  15 g l-1air; (3) u2= larutan umbi gadung  25 g l-1air; dan (4) u301= larutan umbi gadung  35 g lair.Sehingga menghasilkan 8 kombinasi perlakuan, dengan 3 kali ulangan, maka akan diperoleh 24 satuanpercobaan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi hama thrips dan persentase (%) serangan thripssemakin berkurang (menurun) bila pemberian (aplikasi) larutan umbi gadung ditingkatkan konsentrasinyadibandingkan dengan kontrol.Kata Kunci : Thrips, Trichokompos, Umbi gadung
SEED VIABILITY OF SOME LOCAL RICE VARITIES OF SOUTH KALIMANTAN TIDAL SWAMP THAT WERE IRRADIATED BY GAMMA RAY Wahdah, Raihani; Zulhidiani, Rahmi
Agroscientiae Vol 21, No 1 (2014)
Publisher : Agroscientiae

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The increasing of base population variability can be done by induction of physical mutation by gamma ray. The objective of this research was to know responses of seed viability of some local rice varieties of South Kalimantan tidal swamp that were irradiate d by gamma ray. The experiment was carried out in Plant Physiology Laboratory, Agriculture Faculty, Lambung Mangkurat University based on Factorial Randomized Block Design, namely 7 (varietas) x 4 (doses) x 2 (replication). The observation were done on seed germination, seed growth uniformity, plumula lenght of strong normal seedling, root lenght of strong normal seedling, dry weight of normal seedling, and speed of seed germination. Data were analized by F -tes (Anova). If interaction or single factor were significant, so continued by LSD (Least Significant Difference) weren’t equal. Seed germination, seed growth uniformity, and speed of seed ger mination of Siam Unus Kuning Variety (7) wasn’t affected by dose of irradiation of gamma ray. The effect of gamma ray on some doses on each varieties have decreased seed viability. The worst performance for all variable were in highest dose, namely 30 krad 

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2014 2014