cover
Contact Name
Ni Luh Gde Sumardani
Contact Email
-
Phone
+6281338996609
Journal Mail Official
fapetmip@gmail.com
Editorial Address
Gd. Agrokompleks Lt.1 Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Majalah Ilmiah Peternakan
Published by Universitas Udayana
ISSN : 08538999     EISSN : 26568373     DOI : https://doi.org/10.24843/MIP
Majalah Ilmiah Peternakan (MIP) diterbitkan oleh Fakultas Peternakan Universitas Udayana. MIP terbit secara berkala, tiga kali dalam setahun, pada bulan Februari, Juni dan Oktober. MIP merangkum berbagai manuskrip di bidang peternakan seperti nutrisi, produksi, reproduksi, pasca panen (pengolahan dan tekhnologi) serta sosial ekonomi bidang peternakan. Manuskrip terbuka untuk para dosen dan peneliti yang berkaitan dengan bidang peternakan, serta terbuka untuk mahasiswa S1, S2, dan S3, dengan mengikuti kaidah yang telah ditetapkan oleh MIP.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 10 No 1 (2007)" : 7 Documents clear
INCREASE THE LITTER SIZE OF BALI SOWS USING P.G. 600 INJECTION AND FLUSHING IN THE FORM OF GLUCOSE P. Suyadnya
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 1 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.377 KB)

Abstract

SUMMARY The aim of this study was to increase the litter size of Bali sows using P.G. 600 injection and flushing in the form of glucose. A total of 32 Bali sows and one mature Bali boar were used. All of the Bali sows have farrowed twice. This study used Completely Randomized Design (CRD) with 2 x 2 Factorial arrangement. P.G. 600 as the first factor (H) was divided into two, i.e. without injecting P.G. 600 (H0) and with injecting P.G. 600 (H1). Flushing as the second factor (F) was also divided into two, i.e. without flushing (F0) and with flushing (F1). Thus, there were four treatment combinations in this study, namely, H0F0 (Control), H0F1 , H1F0 , and H1F1 , with eight replications. A total of 10 ml P.G. 600 or 800 i.u. FSH and 400 i.u. LH was administered to each sow by subcutaneous injection behind the ear immediately after weaning its piglets. Flushing to each sow was started at weaning its piglets until the time of mating by adding 400 g of glucose a day to the basal ration. The result of this study showed the average litter size of Bali sows receiving combined treatments H0F0 (Control), H0F1 , H1F0 , and H1F1 were 6.63 + 1.51, 7.63 + 1.30, 7.50 + 1.07 and 9.50 + 1.41 piglets. The total litter weights at birth per-sow were 3.063 + 0.658, 4.547 + 0.707, 3.453 + 0.596, and 5.191 + 1.293 kg; and the average birth weights per-individual were 0.472 + 0.093, 0.604 + 0.101, 0.466 + 0.094, and 0.560 + 0.093 kg, respectively. Statistical analysis showed, the effect of injecting P.G. 600 (H1F0) increased significantly (P < 0.05) the litter size of Bali sows, however, the litter weight at birth per-sow and birth weigth per-individual were not affected. Both effects of flushing (H0F1) and treatment combination of P.G. 600 injection and flushing (H1F1) increased significantly (P < 0.05) the litter size, litter weight at birth per-sow and birth weight per-individual of Bali sows. There were no interaction effects observed between treatments to the all of variables recorded on this study.
THE EFFECT OF POST INGESTIVE FEED BACK OF NUTRIENTS ON INTAKE OF OVEN-DRIED GLIRICIDIA LEAVES I W. KARDA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 1 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.89 KB)

Abstract

ABSTRACT Two trials were conducted to assess the effect of post-ingestive feed back of nutrients on intake of gliricidia leaves by sheep. In trial 1, six rumen fistulated sheep were used to compare four dietary treatments in a randomised complete block design. Gliricidia leaves were fed ad lib. with no other additives (treatment 1) or with 15 mg metoclopramide/kg body weight (treatment 2), or 0.5 % body weight of ground barley grain (treatment 3), or 0.5% body weight of cottonseed meal (treatment 4) administered into the rumen within 30 minutes before feeding the leaf. In trial 2, the same sheep as in trial 1 were used to compare four dietary treatments in a randomised complete block design. Gliricidia leaves were fed ad lib. (treatment 1), or with 0.5% body weight of cottonseed meal either administered into the rumen before feeding the leaf (treatment 2), or mixed with the leaf (treatment 3), or fed separately prior to offering the leaf (treatment 4). The results showed that administration of cottonseed meal into the rumen in trial 1 increased significantly daily intake of gliricidia leaves compared to the control treatment, or to administration of metoclopramide into the rumen (285 g vs. 171 g vs. 142 g) dry matter. However, administration of ground barley grain into the rumen did not significantly differ from any other treatment. In addition, none of dietary manipulations in trial 2 increased intake of gliricidia leaves by the sheep.
PENGARUH PENGGUNAAN DAUN KATUK (SAURUPUS ANDROGYNUS) DAN DAUN BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM) DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER1) I G. N. G. BIDURA; D.P.M.A. CANDRAWATI; N.L.G. SUMARDANI
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 1 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.932 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Tabanan, Bali untuk mempelajari pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Saurupus androgynus) dan daun bawang putih (Allium sativum), serta kombinasinya dalam ransum terhadap penampilan ayam broiler umur 2 ? 7 minggu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lenglap (RAL) dengan empat perlakuan dan enam kali ulangan. Keempat perlakuan tersebut adalah ransum tanpa penggunaan daun katuk atau bawang putih sebagai kontrol (A), ransum dengan 3 % tepung daun katuk (B), 3 % daun bawang putih (C), dan 1,5 % tepung daun katuk + 1,5 % tepung daun bawang putih (D). Semua ransum dalam bentuk tepung, isokalori (ME : 2900 kkal/kg), and isoprotein (CP : 20 %). Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi ransum dan air minum, berat badan akhir, dan pertambahan berat badan ayam pada perlakuan B, C, dan D secara nyata (P<0,05) meningkat jika dibandingkan dengan kontrol (A). Penggunaan 3 % tepung jerami bawang putih (C) lebih efektif untuk meningkatkan penampilan ayam jika dibandingkan dengan tepung daun katuk (B) atau kombinasi keduanya (D). Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung daun katuk, bawang putih, dan kombinasinya dalam ransum ternyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan dan efisiensi penggunaan ransum ayam broiler umur 2 ? 7 minggu. Penggunaan tepung daun bawang putih lebih efektif dalam meningkatkan pertambahan berat badan ayam broiler umur 2 ? 7 minggu jika dibandingkan dengan daun katuk atau kombinasi keduanya.
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA Arif Qisthon; Sri Suharyati
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 1 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.131 KB)

Abstract

RINGKASAN Penelitian dilakukan untuk mempelajari pengaruh penggunaan naungan terhadap respons termoregulasi dan pertumbuhan kambing Peranakan Ettawa (PE) di lingkungan panas. Penelitian menggunakan delapan ekor kambing PE, dengan rancangan cross over design. Empat ekor kambing dipelihara di kandang beratap rumbia sebagai naungan dan empat ekor lainnya dipeliharan di kandang tanpa atap dari pukul 09.00-14.30 selama penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan naungan atau atap dapat menciptakan kondisi yang lebih nyaman yang ditunjukkan dengan lebih rendahnya suhu rektal, frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernafasan (P<0,01). Selain itu, penggunaan naungan dapat meningkatkan pertambahan bobot tubuh kambing PE (P<0,01).
PENGGUNAAN BAGAS TEBU TERAMONIASI DAN TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERNAK DOMBA MUCHAROMAH PRAYUWIDAYATI; YUSUF WIDODO
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 1 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.879 KB)

Abstract

ABSTRAK Amoniasi dan fermentasi terhadap bagas tebu sebelum diberikan pada ternak ruminansia dapat meningkatkan kualitas nutrisi bagas tebu. Penggunaan di lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatan bagas teramoniasi dapat mempengaruhi penampilan ternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai level bagas tebu teramoniasi dan terfermentasi dalam ransum terhadap kecernaan protein kasar, retensi nitrogen dan parameter metabolisme rumen pada ternak domba. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Data peubah hasil pernelitian dianalisis sidik ragam dan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT). Bagas tebu terolah (diamoniasi dan difermentasi) digunakan sebagai perlakuan dalam ransum domba dengan empat (4) level : 0, 5, 10, dan 15% ransum (dalam bahan kering). Ransum penelitian ini disusun dengan kadar protein kasar (PK) 13-14% dan kandungan energi metabolis (ME) sebesar 2,6 Mkal/kg. Penelitian dilakukan secara in vivo terhadap 12 ekor domba lokal jantan. Peubah yang diukur adalah retensi nitrogen dan parameter metabolisme rumen (produksi amonia dan produksi volatile fatty acid (VFA)). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai level bagas tebu terolah tidak berpengaruh nyata terhadap kecernaan protein (P>0,05) dan retensi nitrogen (P>0,05), tetapi berpengaruh nyata terhadap produksi amonia (P<0,05) dan produksi VFA (P<0,05).
PENGARUH PENYUNTIKAN PROSTAGLANDIN TERHADAP PERSENTASE BIRAHI DAN ANGKA KEBUNTINGAN SAPI BALI DAN PO DI KALIMANTAN SELATAN SUDARMAJI SUDARMAJI; ABD. MALIK; AAM GUNAWAN
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 1 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.293 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon birahi dan angka kebuntingan pada sapi Bali dan PO di Kalimantan Selatan melalui gertak birahi dengan prostaglandin (PGF2? Jumlah sapi yang digunakan sebanyak 69 ekor yang terdiri atas 23 ekor sapi Bali dan 46 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) yang tersebar di tiga desa. Semua sapi disuntik dengan PGF2?ebanyak dua kali dengan jarak penyuntikan 11 hari. Tiga hari setelah penyuntikan PGF2?ang kedua, dilakukan inseminasi buatan dan setelah tiga bulan dilakukan pengamatan terhadap angka kebuntingan. Data mengenai persentase estrus dan angka kebuntingan dianalisis dengan menggunakan uji ?Chi-Square?. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah penyuntikan pertama dengan PGF2?persentase birahi sapi PO (67,39%) lebih tinggi secara sangat nyata daripada sapi Bali (39,13%), dari semua sapi birahi setelah penyuntikan kedua. Angka kebuntingan sapi Bali (83,33%) lebih tinggi secara sangat nyata daripada sapi PO (47,37%).
OPTIMALISASI POTENSI CEKER AYAM (SHANK) HASIL LIMBAH RPA MELALUI METODE EKSTRAKSI TERMODIFIKASI UNTUK MENGHASILKAN GELATIN IN. Sumerta Miwada; IN. Simpen
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 1 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.722 KB)

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian untuk mengkaji potensi ceker ayam (shank) hasil limbah rumah potong ayam (RPA) dengan memanfaatkan kulit kaki melalui metode ekstraksi termodifikasi sehingga dihasilkan produk gelatin. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan metode ekstraksi, yaitu M1 = metode ekstraksi konvensional, M2 = metode ekstraksi dengan kloroform dan methanol, serta M3 = metode ekstraksi termodifikasi. Indikator variabel yang digunakan untuk menguji kualitas gelatin yang dihasilkan meliputi uji pH, rendemen, viskositas, uji kadar lemak, dan uji kadar air. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa nilai pH gelatin tertinggi (P<0,05) diperoleh dari perlakuan M3 (6,82) diikuti oleh perlakuan M2 (6,49) dan M1 (6,26). Prosentase rendemen gelatin tertinggi (P<0,05) dihasilkan dari perlakuan M3 (74%) diikuti perlakuan M1 (72,60%) dan terendah M2 (69,43%). Viskositas gelatin tertinggi dihasilkan juga dari perlakuan M3 (7,07 poise) diikuti perlakuan M2 (6,35 poise) dan terendah M1 (3,77 poise). Metode ekstraksi termodifikasi (M3) mampu menurunkan perolehan kadar lemak gelatin (P<0,05 )jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kadar air gelatin paling tinggi dihasilkan dari perlakuan M1 dan M3 yakni berturut-turut (97,71% BS); (97,53% BS) dan nyata perbedaannya (P<0,05) dengan perlakuan M2 (95,77% BS). Kadar lemak gelatin dari masing-masing perlakuan adalah M3 (5,19% BS); M2 (5,81% BS) dan M1 (7,99% BS). Melalui penerapan metode ekstraksi termodifikasi, secara keseluruhan dihasilkan produk gelatin dengan kualitas lebih baik jika dibandingkan dengan kedua metode lainnya.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2007 2007