cover
Contact Name
Ni Luh Gde Sumardani
Contact Email
-
Phone
+6281338996609
Journal Mail Official
fapetmip@gmail.com
Editorial Address
Gd. Agrokompleks Lt.1 Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Majalah Ilmiah Peternakan
Published by Universitas Udayana
ISSN : 08538999     EISSN : 26568373     DOI : https://doi.org/10.24843/MIP
Majalah Ilmiah Peternakan (MIP) diterbitkan oleh Fakultas Peternakan Universitas Udayana. MIP terbit secara berkala, tiga kali dalam setahun, pada bulan Februari, Juni dan Oktober. MIP merangkum berbagai manuskrip di bidang peternakan seperti nutrisi, produksi, reproduksi, pasca panen (pengolahan dan tekhnologi) serta sosial ekonomi bidang peternakan. Manuskrip terbuka untuk para dosen dan peneliti yang berkaitan dengan bidang peternakan, serta terbuka untuk mahasiswa S1, S2, dan S3, dengan mengikuti kaidah yang telah ditetapkan oleh MIP.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 10 No 2 (2007)" : 7 Documents clear
Fakultas Peternakan, Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat 83125 Telephon 633603 I W. KARDA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 2 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (83.091 KB)

Abstract

ABSTRACT This experiment was conducted to assess the intake and digestibility of low quality rhodes grass (Chloris gayana) hay cv. Callide offered to sheep. Four rumen fistulated sheep were assigned to four dietary treatments with 21 days for each period namely, rhodes grass hay was fed alone ad lib. (treatment 1), rhodes grass hay was supplemented with 200 g/d oven-dried leucaena (treatment 2), rhodes grass hay was supplemented with 200 g/d leucaena plus 8 g/d urea (treatment 3) and rhodes grass hay was suplemented with 200 g/d leucaena plus 150 g/d sucrose (treatment 4). This experiment used a latin square design and variables measured were dry matter, organic matter intake and digestibilities of OM, NDF and N by the method of total collection, N balance, ruminal parameters such as rumen pH and ammonia, and rumen microbial protein synthesis. Differences between means were analysed by the General Linear Model procedure of the Statistical Analysis System. The results showed that although leucaena supplementation increased total DM intake total OM and digestible OM intake did not change. Supplementation increased ammonia-N concentration, N balance and efficiency of microbial N synthesis, especially with urea (P<0.05). It can be concluded that leucaena supplementation of 16% of DMI may need additional N source such as urea for better microbial N synthesis, however the need for ruminally fermentable organic matter may not be required unless rumen ammonia-N is not limiting.
KEMUNGKINAN PEMBENTUKAN KELINCI BERBULU HALUS DAN KILAP SOEGENG PRASETYO
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 2 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.032 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan pembentukan kelinci berbulu halus dan kilap melalui penggabungan sifat bulu halus pada kelinci Rex (H) dan sifat bulu kilap dari kelinci Satin (K). Materi pokok penelitian adalah F2, keturunan dari hasil perkawinan kelinci Rex jantan dan kelinci Satin betina (F1HK) dan resiprokalnya (F1KH) yang dikawinkan sesamanya menghasilkan F2HKHK dan F2KHKH serta yang disilangkan menghasilkan F2HKKH dan F2KHHK. Dalam kajian ini digunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengetahui munculnya sifat bulu halus-kilap, semua kelinci F2 umur empat minggu sebanyak 425 diamati. Kelinci F2 dari masing-masing hasil perkawinan dikelompokkan berdasarkan kondisi bulu dengan cara pengamatan makroskopis (meraba dan mengamati kondisi bulu tiap kelinci dengan menggunakan tolok ukur yang telah ditetapkan). Bila ada kelinci yang berbulu halus-kilap, untuk memastikan kebenaran dari hasil pengamatan makroskopis, dilakukan pengamatan mikroskopis pada sampel bulu semua kelinci yang dikatagorikan berbulu halus-kilap. Untuk mengetahui berlaku-tidaknya Hukum Mendel pada F2 dilakukan uji Chi-kuadrat. Penelitian ini menyimpulkan: kelinci berbulu halus dan kilap dapat terbentuk pada keturunan kedua (F2) dari hasil perkawinan silang kelinci Rex dengan kelinci Satin. Secara keseluruhan, proporsi kelompok kelinci berdasarkan kondisi bulu pada F2 tidak sesuai dengan Hukum Mendel.
PENGARUH PENGERINGAN DAUN TURI (SESBANIA GRANDIFLORA) TERHADAP DEGRADASI BAHAN KERING DAN PROTEIN DALAM RUMEN RUSDI RUSDI; ROSMIATY ARIEF; AGUS AGUS
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 2 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (49.783 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pengeringan daun turi terhadap karakteristik degradasi dalam rumen, melalui metode in sacco menggunakan kantong nilon. Daun turi segar dan kering dipotong/dicincang untuk mendapatkan sampel yang homogen dengan ukuran partikel 1 mm. Sebanyak 2 gr dari masing masing sampel daun dimasukkan ke dalam kantong dan diinkubasi ke dalam fistula domba dengan tiga ulangan. Sampel tersebut diinkubasi selama 4, 8, 16, 32, 64 dan 72 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat degradasi dan keteruraian bahan kering dan protein kasar dari daun segar lebih tinggi jika dibandingkan dengan daun kering. Nilai karakteristik degradasi pada daun turi segar yaitu 41,36%, 42,50%, dan 6,41% per jam masing-masing untuk fraksi a, b dan c, sementara nilai pada daun turi kering sebesar 7,93%, 55,53%, dan 2,22% per jam masing-masing untuk fraksi a, b dan c. Tingkat keteruraian protein efektif sebesar 74,77 dan 37,03% untuk daun turi segar dan kering. Berdasarkan hasil kajian ini, disimpulkan bahwa perlakuan pengeringan daun turi dapat menurunkan tingkat degradasi dalam rumen, dan diharapkan meningkatkan protein lolos degradasi dan selanjutnya meningkatkan suplai nitrogen (protein) pascarumen.
PENDUGAAN SIFAT-SIFAT KARKAS PEDET JANTAN SAPI BALI PADA UMUR YANG BERBEDA DI KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN DENGAN ULTRASONOGRAFI SRI RACHMA APRILITA BUGIWATI
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 2 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.824 KB)

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang kualitas dan kuantitas sifat karkas sapi Bali pada umur 12 dan 18 bulan menggunakan ultrasonografi. Sifat-sifat karkas yang diukur adalah tebal lemak dengan subkutan subcutaneous fat thickness (SFT), tebal lemak intermuskuler intermuscular fat thickness (IMFT), tebal tulang rusuk rib thickness (RT), luas otot Longissimus dorsi Musculus longissimus thoracis area (MLTA) serta sebaran marbling marbling score (MS) diantara tulang rusuk ke-6 dan 7 pada 28 ekor pedet Bali jantan umur 12 dan 18 bulan. Penelitian ini dilakukan di pusat pembibitan dan pemurnian sapi Bali di desa Tirong, kecamatan Palakka, kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas sifat karkas pedet jantan sapi Bali umur 12 dan 18 bulan di kabupaten Bole masih sangat rendah (MLTA: 17,5 cm2 dan 22,1 cm2; MS : 0,14 dan 0,22; SFT : 0,25 mm dan 0,31 mm; IMFT : 1,13 mm dan 1,09 mm: RT : 2,04 mm dan 2,21 mm) dan pada umur tersebut belum dapat dilakukan seleksi pejantan berdasarkan sifat karkas.
THE EFFECT OF INCREASING LEVEL OF PALM KERNEL MEAL AND COPRA MEAL ON DIET TO THE MICROBIAL PROTEIN PRODUCTION IN THE RUMEN OF STEERS FED LOW QUALITY FORAGE MARSETYO MARSETYO
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 2 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.808 KB)

Abstract

SUMMARY The effect of increasing the level of palm kernel meal (PKM) and copra meal (CM) supplementation on the diet to the microbial crude protein (MCP) production, efficiency of microbial protein production (eMCP) in the rumen and rumen fluid conditions of Brahman crossbred steers given low quality forage based diet has been studied. Ten steers (243?b6.5 kg) were allocated to two supplement types diets (PKM and CM). The experimental design included two incomplete 5x5 Latin Squares, each with three runs, for three months. Each run consisted of a 14 d adaptation and 7 d collection period. Steers received Green panic grass hay ad libitum with one of five levels of PKM or CM (0.00, 0.25, 0.50, 0.75 and 1.00% of body weight (W) per day (d)). MCP production responded linearly (P<0.05) with increasing PKM or CM intakes. eMCP and rumen NH3-N concentration (taken at 3 and 24 h after feeding) responded quadratically (P<0.05) with increasing PKM or CM intakes. It was concluded that supplementation of both PKM and CM up to level of 1.0% W/day resulted in significant increase in MCP production and eMCP in the rumen. These increases were partly due to the increasing of the concentration of rumen NH3-N in the rumen as a result of increasing supplement intakes.
PENGARUH PENGGUNAAN POLLARD, KULIT KACANG KEDELAI, DAN POD KAKAO TERFERMENTASI DENGAN RAGI TAPE TERHADAP KARKAS DAN KADAR KOLESTEROL DAGING ITIK BALI JANTAN I. K. SUKADA; I.G.N.G. BIDURA; D. A. WARMADEWI
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 2 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (80.603 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Denpasar, Bali dan bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan 15 % pakan serat (pollard, kulit ari kacang kedelai, dan cangkang kakao) dengan dan tanpa terfermentasi dengan ragi tape (Saccharomyces sereviseae) dalam ransum terhadap karkas dan kadar kolesterol daging itik Bali jantan umur 2 ? 8 minggu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tujuh macam perlakuan dan lima kali ulangan. Tiap ulangan (unit percobaan) menggunakan 4 ekor itik Bali jantan umur dua minggu dengan berat badan homogen (246 + 12,75 g). Ransum yang diberikan pada itik selama periode penelitian (umur 2 ? 8 minggu) disusun isoprotein (CP : 17 %) dan isoenergi (2900 kkal ME/kg). Ketujuh perlakuan yang dicobakan, yaitu itik yang diberi ransum basal tanpa penggunaan kulit gandum, kulit ari kacang kedelai, cangkang coklat, atau ragi sebagai kontrol (A); ransum dengan penggunaan kulit gandum 15 % (B); ransum dengan kulit gandum 15 % dan 0,20 % ragi tape (C); ransum dengan penggunaan kulit ari kacang kedelai 15 % (D); ransum dengan kulit ari kacang kedelai 15 % + 0,20 % ragi tape (E); ransum dengan penggunaan cangkang coklat 15 % (F); dan ransum dengan cangkang coklat 15 % dan 0,20 % ragi tape (G). Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Variabel yang diamati, adalah berat karkas, persentase karkas, lemak abdominal, dan kadar kolesterol daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 15 % pollard (B) dan 15 % kulit ari kacang kedelai (D) ternyata tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat potong, berat karkas, dan persentase karkas itik jika dibandingkan dengan kontrol (A). Namun, penggunaan cangkang kakao 15 % dalam ransum secara nyata (P<0,05) menurunkan berat potong, berat karkas, persentase karkas, lemak abdominal, dan kadar kolesterol daging itik jika dibandingkan dengan kontrol (A). Suplementasi 0,20 % ragi sebagai inokulan fermentasi pada pollard (C), kulit kacang kedelai (E), dan pod kakao (G) sebelum diberikan pada itik ternyata secara nyata (P<0,05) dapat meningkatkan berat potong dan berat karkas itik dibandingkan dengan tanpa fermentasi serta memberikan hasil yang sama (P>0,05) dibandingkan dengan kontrol. Penggunaan 15 % pollard dan kulit ari kacang kedelai dengan dan tanpa fermentasi, secara nyata (P<0,05) menurunkan persentase lemak abdomen dan kadar kolesterol daging itik. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pod kakao 15 % belum dapat direkomendasikan sedangkan pollard dan kulit ari kacang kedelai dapat direkomendasikan penggunaannya 15 % dalam ransum itik Bali umur 2 ? 8 minggu. Penggunaan 15 % pollard dan kulit ari kacang kedelai terfermentasi dengan ragi tape dalam ransum dapat menurunkan lemak abdomen dan kadar kolesterol daging itik.
PERUBAHAN MIKROBIOLOGIS SELAMA FERMENTASI BEBONTOT (MICROBIOLOGICAL CHANGES DURING THE FERMENTATION OF BEBONTOT) MARTINI HARTAWAN
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 2 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.534 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan mikrobiologis yang terjadi selama proses fermentasi bebontot (sosis tradisional Bali terfementasi). Bebontot dibuat sesuai dengan formulasi dan kondisi fermentasi alamiah di daerah asalnya yaitu : Tabanan, Karangasem, Bangli, dan Badung. Bebontot juga dibuat dengan menggunakan formulasi Badung dengan Lactobacillus plantarum sebagai kultur starter. Penelitian diulang dua kali. Pengambilan sampel dilakukan pada interval waktu 24 jam selama 96 jam fermentasi untuk keperluan analisis mikrobiologis. Penghitungan total mikroba dilakukan dengan metode hitungan cawan dengan sistem tuang, sedangkan total bakteri asam laktat (BAL) dan total Escherichia coli ditentukan dengan metode hitungan cawan dengan sistem permukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 96 jam fermentasi dari semua formulasi bebontot, terjadi peningkatan total mikroba dan total BAL berturut-turut dari 104 ? 106 koloni/gram menjadi 107 ? 109 koloni/gram dan dari 103 ? 104 koloni/gram menjadi 108 ? 109 koloni/gram, sedangkan total E. coli menurun dari 102 ? 103 koloni/gram menjadi 101 koloni/gram.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2007 2007