cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
E-Journal Of Cultural Studies
Published by Universitas Udayana
ISSN : 23382449     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Cultural studies constitutes an interdisciplinary area critically discussing socio-political contexts of various cultural practices in society. Its focus is on the relation among such cultural practices and the power controlling them. Cultural studies was pioneered by the Centre for Contemporary Cultural Studies (CCCS) of the University of Birmingham, England, in 1960s. Unlike what has been a tradition in the modern epistemology, cultural studies is concerned with what human emancipation aims at. Therefore, cultural studies does not only refer to a theoretical-conceptual matter but also to the location and critical action in which it manifests itself.
Arjuna Subject : -
Articles 4 Documents
Search results for , issue "Vol. 2, No. 1 Mei 2008" : 4 Documents clear
PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK) DI KOTA MALANG: DALAM PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA Handayani, Trisakti; Parimartha, M.A., Prof. Dr. I Gde; Sukesi, M.S., Prof. Dr. Ir. Hj. Keppi; Ardika, M.A., Prof. Dr. I Wayan
E-Journal of Cultural Studies Vol. 2, No. 1 Mei 2008
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.786 KB)

Abstract

Keputusan pemerintah untuk merevitalisasi dan mengelompokkan organisasi perempuan di bawah departemen dalam federasi mengakibatkan lahirnya Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), yaitu organisasi yang mewadahi perempuan yang tidak berada di bawah departemen. Kehadiran PKK selain diharapkan mampu membawa keluarga pada kondisi sejahtera dan mandiri, juga mampu membebaskan perempuan dari belenggu budaya patriarkhi. Namun, kenyataannya PKK belum sepenuhnya mampu mengubah kondisi keluarga dan perempuan, sehingga belum terwujud kesetaraan dan keadilan gender. Adanya kesenjangan ini menyebabkan perlunya melakukan penelitian terhadap PKK, khususnya di kota Malang. Penelitian ini bertujuan mengkaji: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya PKK; (2) paradigma kelembagaan yang dikembangkan PKK; dan (3) makna PKK dikaitkan dengan kesetaraan dan keadilan gender.Penelitian ini mengambil lokasi di kota Malang, dengan subjek: PKK kota Malang, kecamatan Lowokwaru dan kelurahan Lowokwaru. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Penentuan informan dilakukan secara purposive. Teknik pengumpulan data melalui: observasi partisipasi, wawancara dan, pemanfaatan dokumen. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan interpretatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya PKK adalah: politik, ekonomi, sosial dan budaya. Faktor ekonomi merupakan faktor paling berpengaruh pada awal kemunculan PKK, namun dalam perkembangannya faktor politik menjadi dominan karena terjadinya politisasi gerakan perempuan; (2) paradigma kelembagaan yang dikembangkan PKK adalah paradigma dari atas ke bawah (top down) dan bergerak dari konsep pendidikan, pembinaan, dan pemberdayaan; (3) makna PKK dikaitkan dengan kesetaraan dan keadilan gender, yaitu makna keharmonisan, makna solidaritas, makna keadilan, makna keselarasan, dan makna keseimbangan.
PANGGUNG BANGSAWAN STUDI POLITIK KEBUDAYAAN DI DAERAH RIAU LINGGA: PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA Arybowo, Sutamat; Ardika, M.A., Prof. Dr. I Wayan; MPSS, M.A., Dr. Pudentia; Suastika, M.A., Prof. Dr. I Made
E-Journal of Cultural Studies Vol. 2, No. 1 Mei 2008
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.034 KB)

Abstract

Penelitian ini membahas “Panggung Bangsawan Studi Politik Kebudayaan di Daerah Riau Lingga: Perspektif Kajian Budaya”. Panggung Bangsawan adalah teater rakyat yang pada masa Orde Lama memiliki kekuatan ritual, lalu zaman Orde Baru hampir punah. Pemerintah Orde Baru merevitalisasi teater tersebut sebagai identitas budaya Melayu tetapi bukannya berkembang, melainkan malah surut. Tujuan penelitian ini: mendeskripsikan proses munculnya Panggung Bangsawan, menjelaskan peran negara terhadap Panggung Bangsawan, dan menganalisis makna politik kebudayaan dalam kaitannya dengan identitas budaya Melayu yang baru.Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kualitatif. Peneliti menggali budaya dalam konteksnya dengan dunia nyata dan perspektif pelaku masyarakat seni. Tahap pertama, dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder. Tahap kedua, memilih teori untuk mengkaji data. Tahap ketiga, menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah diseleksi. Tahap keempat, melakukan penulisan dan konstruksi hasil penelitian. Teori yang digunakan: estetika, hegemoni, semiotika, dan dekonstruksi.Hasil penelitian: Pertama, proses munculnya Panggung Bangsawan, realitasnya meliputi prapentas, peristiwa pentas, dan pascapentas. Pada masa prapentas dan pascapentas ini, muncul pertarungan wacana dengan berbagai kepentingan perorangan atau kelompok. Kedua, peran negara terhadap Panggung Bangsawan, menumbuhkan hegemonisasi. Hegemoni tersebut berdampak pada pergeseran isi cerita tentang kekuasaan. Pada zaman Orde Lama, sistem politik yang berlaku mengikuti pola mechanics of power, sedangkan zaman Orde Baru mengikuti pola poetics of power. Ketiga, makna politik kebudayaan dalam kaitannya dengan identitas budaya Melayu, bahwa setelah dilaksanakan Revitalisasi Budaya Melayu 2004, pemahaman alam Melayu bergeser, mulanya memiliki batasan yang mengeras, sekarang batasan itu mencair. Identitas budaya Melayu yang baru bukan berdasarkan pada konvensi agama tertentu, melainkan lebih pluralistik.
SIKAP REMAJA TERHADAP SEKS BEBAS DI KOTA NEGARA: PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA Rasmen Adikusuma, I Wayan; Mariyah, MS, Prof. Dr. Emiliana; Pangkahila, M.Sc., Sp. And, Prof. Dr. dr. Alex; Sirtha, SH., MS, Prof. Dr. I Nyoman
E-Journal of Cultural Studies Vol. 2, No. 1 Mei 2008
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.954 KB)

Abstract

Seks merupakan salah satu kenikmatan hidup yang paling kontroversial. Seks mempunyai makna yang luas berdimensi biologis, psikologis, dan sosiokultural. Seks selalu menarik untuk diwacanakan dan dipraktekkan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Sementara itu kasus-kasus akibat seks bebas terus muncul. Remaja merupakan usia yang paling rentan terkena masalah seksual. Seks bebas menurut pendapat remaja adalah hubungan seks antara dua individu tanpa ikatan perkawinan. Pendapat yang paling ekstrim menganggap semua aktivitas seksual apabila pikiran mengarah ke hubungan seks merupakan seks bebas. Sebanyak 88,33% responden mengatakan ingin melakukan hubungan seks tapi takut resiko. Sebanyak 26,26% responden mengatakan bahwa cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan seks adalah hubungan seks. Akan tetapi semua responden (100%) berpendapat bahwa hubungan seks pada masa remaja hendaknya dihindari. Sebanyak 5,00% responden setuju dengan aborsi, sebanyak 36,66% responden setuju memberikan toleransi kepada kaum homoseks/lesbian, dan sebanyak 1,67% responden tidak setuju dengan hukuman berat bagi pemerkosa. Makna yang dapat dikemukakan adalah bahwa semua responden masih dapat mengendalikan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Perjuangan kaum wanita dan kaum homoseks/lesbian untuk menuntut kesetaraan gender sudah mendapatkan simpati di kalangan sebagian responden.
PUSAKA BUDAYA DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA MEDAN: SEBUAH KAJIAN BUDAYA Surbakti, Asmyta; Ardika, M.A., Prof. Dr. I Wayan; Parimartha, M.A., Dr. I Gde; Suastika, S.U., Prof. Dr. I Made
E-Journal of Cultural Studies Vol. 2, No. 1 Mei 2008
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.166 KB)

Abstract

Penghancuran pusaka budaya berupa bangunan bersejarah di Kota Medan disikapi secara berbeda oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Pemerintah Kota Medan menyetujui penghancuran tersebut untuk pembangunan antara lain pusat-pusat perbelanjaan dengan alasan terciptanya lapangan kerja sekaligus peningkatan pendapat asli daerah Kota Medan. Sebaliknya, masyarakat memperjuangkan kelestarian bangunan bersejarah sebagai bukti sejarah masyarakat Medan yang plural dan multikultural. Sebagai modal budaya, pusaka budaya tersebut memiliki potensi besar dalam mengantisipasi kecenderungan pariwisata global dan posmodern.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Format disain, pengumpulan data, dan strategi analisis datanya bersifat deskriptif-kualitatif. Sumber data terdiri atas data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi partisipasi dan metode penelitian berganda sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi. Hasil analisis disajikan secara informal melalui deskripsi induktif-analitik.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, dalam pembangunan Kota Medan, terdapat kekuatan pemerintah dan pengusaha/pemilik bangunan bersejarah yang mengorbankan pusaka budaya demi pendirian gedung-gedung bisnis modern, seperti pusat-pusat perbelanjaan. Sebagai akibatnya, Kota Medan mengalami komodifikasi yang mengancam pusaka budaya dan pengembangan pariwisata. Puluhan bangunan bersejarah yang sudah dihancurkan termasuk tiga yang dilindungi oleh Perda Nomor 6 Tahun 1988.Melalui diskursus kontra-hegemoniknya, masyarakat yang didukung oleh masyarakat sipil setempat, khususnya LSM seperti Badan Warisan Sumatra (BWS), di samping para intelektual dan media massa, melakukan perjuangan atas pelestarian pusaka budaya dan tuntutan terhadap hak azasi budayanya. Pelestarian pusaka budaya di Kota Medan adalah terkait kepentingan praksis emansipasi masyarakat dan sesuai dengan cita-cita kajian budaya, yaitu praksis dan emansipatoris.

Page 1 of 1 | Total Record : 4


Filter by Year

2008 2008


Filter By Issues
All Issue Vol 16 No 3 (2023): Volume 16 Number 3 August 2023 Vol 16 No 2 (2023): Volume 16 Number 2 May 2023 Vol 16 No 1 (2023): Volume 16 Number 1 February 2023 Vol 15 No 4 (2022): Volume 15, Number 4, November 2022 Vol 15 No 3 (2022): Volume 15, Number 3, August 2022 Vol 15 No 2 (2022): Volume 15, Number 2, May 2022 Vol 15 No 1 (2022): Volume 15, Number 1, February 2022 Vol 14 No 4 (2021): Volume 14, Number 4, November 2021 Vol 14 No 3 (2021): Volume 14, Number 3, August 2021 Vol 14 No 2 (2021): Volume 14, Number 2, May 2021 Volume 14, Number 1, February 2021 Volume 13, Number 4, November 2020 Volume 13, Number 3, August 2020 Volume 13, Number 2, May 2020 Volume 13, Number 1, February 2020 Volume 12, Number 4, November 2019 Volume 12, Number 3, August 2019 Volume 12, Number 2, May 2019 Volume 12, Number 1, February 2019 Volume 11, Number 4, November 2018 Volume 11, Number 3, August 2018 Volume 11, Number 2, May 2018 Volume 11, Number 1, February 2018 Volume 10, Number 4, November 2017 Volume 10, Number 3, August 2017 Volume 10, Number 2, May 2017 Volume 10, Number 1, February 2017 Vol 9 No 1 (2016): Volume 9, Number 1, February 2016 Vol 9, No 3 (2016): August 2016 Vol 9, No 2 (2016): May 2016 Volume 9, Number 4, November 2016 Vol 8 No 4 (2015): Volume 8, Number 4, November 2015 Vol 8 No 3 (2015): Volume 8, Number 3, August 2015 Vol 8 No 2 (2015): Volume 8, Number 2, May 2015 Vol 8 No 1 (2015): Volume 8, Number 1, Februari 2015 Volume 7, Number 4, November 2014 Volume 7, Number 3, Agustus 2014 Volume 7, Number 2, May 2014 Volume 7, Number 1, February 2014 Volume 6, Number 3, November 2013 Volume 6, Number 2, Agustus 2013 Volume 6, Number 1, May 2013 Vol. 5, No. 2 Juli 2011 Vol. 5, No. 1 Januari 2011 Vol. 4, No. 2 Juli 2010 Vol. 4, No. 1 Januari 2010 Vol. 3, No. 2 Juli 2009 Vol. 3, No. 1 Januari 2009 Vol. 2, No. 1 Mei 2008 Vol. 1, No. 1 Desember 2007 More Issue