Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Olah Rasa Timur Jawa: Strategi Preservasi Warisan Budaya Lintas Generasi Indiarti, Wiwin; Nurchayati, Nunuk
JATI EMAS (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat) Vol 3 No 2 (2019): JATI EMAS (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Publisher : Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Forum Dosen Indonesia JATIM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.566 KB) | DOI: 10.36339/je.v3i2.246

Abstract

This article is based on the Community Partnership Program (PKM) which seeks to solve the problems faced by Osing indigenous community, especially the Archipelago Indigenous Youth Front (BPAN) of Osing from the aspects of preservation strategies and revitalization of ritual meals. The solutions offered from this program are the making of ritual meals cooking book, digital documentation (pictures, writings, sounds and videos) stored in the form of Digital Video Disc (DVD) and ritual meals cooking training for young people. The activities are in the form of making a book containing ritual meals recipes and way of cooking, training module which contains the way to cook ritual meals and ritual meals training for young people while the mentoring method was carried out by the team continuously during the period of the PKM program. The outputs are training module, a book with recipes and way of cooking of ritual meals, digital documentation, and ritual meals training model for young people.
Menembangkan Lontar Yusup Banyuwangi: Strategi Preservasi Warisan Budaya Lintas Generasi Indiarti, Wiwin; Hasibin, Nur
JATI EMAS (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat) Vol 2 No 2 (2018): JATI EMAS (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Publisher : Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Forum Dosen Indonesia JATIM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.096 KB) | DOI: 10.36339/je.v2i2.155

Abstract

This article is based on the Community Partnership Program (PKM) which seeks to solve the problems facedby Osing indigenous community, especially the Mocoan Association of Lontar Yusup and The Archipelago IndigenousYouth Front (BPAN) of Osing from the aspect of preservation strategies and revitalization of the Mocoan Lontar Yusuptradition. The solutions offered from this program are the preparation of transliteration and translation of the contents ofLontar Yusup, digital documentation (pictures, writings, sounds and videos) stored in the form of Digital Video Disc(DVD) and Mocoan Lontar Yusup training for young people. The activities are in the form of making a book containingperso-arabic texts, transliteration and translation of the contents of Lontar Yusup, training module which contains theway to recite Lontar Yusup accompanied by digital documentation and Mocoan Lontar Yusup training for young peoplewhile the mentoring method was carried out by the team continuously during the period of the PKM program. Theoutputs are training modules, a book with perso-arabic texts, transliteration and translation of Lontar Yusup, digitaldocumentation, and the Mocoan Lontar Yusup training model for young people
GELIAT KAUM MUDA DALAM PRESERVASI TRADISI MOCOAN LONTAR YUSUP DI BANYUWANGI Wiwin Indiarti; Hervina Nurullita
UNEJ e-Proceeding 2020: E-PROSIDING SEMINAR NASIONAL PEKAN CHAIRIL ANWAR
Publisher : UPT Penerbitan Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mocoan Lontar Yusup di Banyuwangi merupakan tradisi lisan pelantunan tembang manuskrip kuno berjudul Lontar Yusup yang menjadi salah satu representasi kultural masyarakat Osing. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur dalam tradisi lisan mocoan Lontar Yusup dan kiprah kaum muda dalam upaya preservasi dan pewarisan tradisi mocoan Lontar Yusup. Metode yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data melalui metode wawancara dan analisis dokumen. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa mocoan Lontar Yusup merupakan tradisi masyarakat Osing yang dibangun dari tiga komponen penting: manuskrip Lontar Yusup, ragam variasi tembang, dan ritual. Setiap unsur saling menunjang guna membangun fungsi utama mocoan Lontar Yusup sebagai representasi tradisi dan identitas budaya masyarakat Osing di Banyuwangi. Dalam perkembangannya, jumlah kelompok mocoan ini semakin berkurang karena keberadaan para pelaku mocoan, yang sebagian besar merupakan generasi tua, semakin berkurang karena usia. Pewarisan seni tradisi ini mengalami kendala karena minat kaum muda pada seni tradisi ini rendah. Kemunculan kelompok Mocoan Lontar Yusup Milenial (MLYM), yang terdiri dari anak-anak muda pegiat mocoan, merupakan angin segar bagi perkembangan tradisi ini dan merupakan salah satu bentuk preservasi dan pewarisan tradisi lintas generasi. Kata kunci: mocoan Lontar Yusup, tradisi lisan, preservasi.
Translation Strategies of Lontar Yusup Banyuwangi in Bernard Arps’ Tembang in Two Traditions: Performances and Interpretation of Javanese Literature Selvy Kurniasari; Dewi Masitoh; Naufal Anfal; Wiwin Indiarti
Ethical Lingua: Journal of Language Teaching and Literature Vol. 6 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.031 KB) | DOI: 10.30605/25409190.v6.158-163

Abstract

The article is based on research done with the descriptive-qualitative approach and is an embedded-case study meant the result could not be generalized. The primary data are Javanese cultural terms of Lontar YusupBanyuwangi and the English translation found in the book of Bernard Arps (a Dutch anthropologist) entitled Tembang in Two Traditions: Performances and Interpretation of Javanese Literature. LontarYusup is the only manuscript in Banyuwangi still read routinely in rituals conducted by Osing ethnic group considered as the natives of Banyuwangi. The research aims at unveiling the cultural terms used based on the category and the translation strategies applied. The technique used to collect the data is documentation and the collected data are, then, analyzed by applying content analysis technique. The research results that there are 141 cultural terms classified in 10 cultural categories: food (4), cultural materials (23), arts (2), buildings (5), socio-culture (48), religion (36), gesture (10), ecology (7), habit (7), and clothing (3). Those Javanese cultural terms are then translated into English by utilizing 8 translation strategies: synonym (62.07%), pure borrowing (16.55%), transposition (0.69%), structural addition (4.83%), descriptive equivalent (11.03%), subtraction (0.69%), componential analysis (1.38%), and cultural equivalent.
NILAI-NILAI PEMBENTUK KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT ASAL-USUL WATU DODOL Wiwin Indiarti
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 6, No 1 (2017): Jurnal Jentera
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.075 KB) | DOI: 10.26499/jentera.v6i1.334

Abstract

Folktale is one of media which can be used as a device in building children’s positive characters through the moral and educational values in it. This article is based on a qualitative descriptive research aims at identifying values of character building in a folktale from Banyuwangi entitled “Asal-Usul Watu Dodol” (The Origin of Watu Dodol). Data collecting is conducted by reading the folktale text in the book “Banyuwangi Folktales” repeatedly and identifying data about keywords related to values of character building. The data, then, are analyzed by using content analysis technique. The result shows that ten values of character building are found in “Asal-Usul Watu Dodol”, that are, religiosity, honesty, hardworking, curiosity, citizenship, patriotism, accomplishment, friendliness, compassion and responsibility.  ABSTRAKCerita rakyat merupakan salah satu media yang bisa dimanfaatkan sebagai sarana membangun karakter positif pada anak melalui nilai-nilai moral dan pendidikan karakter yang terkandung dalam cerita. Artikel ini didasarkan pada penelitian deskriptif kualitatif untuk mengidentifikasi nilai-nilai pembentuk karakter yang terdapat dalam cerita rakyat Banyuwangi berjudul Asal-usul Watu Dodol. Pengumpulan data dilakukan dengan membaca teks cerita rakyat termaksud yang terdapat dalam buku Cerita Rakyat Banyuwangi secara berulang-ulang dan mengidentifikasi data yang berupa kata kunci yang berkaitan dengan nilai-nilai pembentuk karakter dalam cerita. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan adanya 10 nilai pembentuk karakter dalam cerita rakyat Asal-usul Watu Dodol; yaitu religius, jujur, kerja keras, ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, peduli sosial, dan tanggung jawab. 
Lontar Yusup Banyuwangi: Warna Lokal dan Variasi Teks dalam Manuskrip Pegon di Ujung Timur Jawa Wiwin Indiarti; Nur Hasibin
Manuskripta Vol 9 No 1 (2019): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1053.098 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v9i1.127

Abstract

This article explains Lontar Yusup Banyuwangi (LYB), copied in a Pegon script and still actively read in Banyuwangi, contains the life-story of the Prophet Yoseph from the age of twelve, when he dreamed of the sun, moon and eleven stars bowing to him, until he ascended the throne in Egypt, after his prophecy about King Pharaoh’s dream. The oldest manuscript of LYB, which is found in Kemiren - Banyuwangi and becomes Adi Purwadi’s collection, dates to 1829 in Javanese calendar, presumably derived from an Islamic source, and absorbs various local elements in its textual content. LYB, read with tunes that are intrinsically connected with stanzaic metrical patterns, consists of twelve pupuh (cantos) and four pupuh forms (Kasmaran, Durma, Pangkur, and Sinom) with a total of nearly 600 stanzas. This paper unveils local elements and text variations in LYB which include types of vocabulary usage, forms of tembang variations, and the modification of Perso-Arabic text that makes it different from commons. This shows the high power of local creativity in the writing and copying of manuscripts in the past. ------- Artikel ini menjelaskan Lontar Yusup Banyuwangi (LYB) yang disalin dalam aksara pegon dan masih aktif didendangkan di Banyuwangi menghantarkan kisah Nabi Yusuf dari usia dua belas tahun, saat ia memimpikan matahari, bulan dan sebelas bintang yang bersujud kepadanya, sampai ia naik takhta di Mesir, seusai nubuatnya tentang mimpi Raja Firaun. Naskah tertua LYB berangka tahun Jawa 1829, (koleksi Adi Purwadi dari desa Kemiren, Banyuwangi) diduga berasal dari sumber Islam, dan menyerap berbagai unsur lokal dalam kandungan tekstualnya. LYB berwujud tembang, didendangkan dengan melodi yang secara intrinsik terkait dengan bentuk-bentuk pupuh (serangkaian bait dalam satu episode cerita) - terdiri dari dua belas pupuh, berisi empat bentuk pupuh (Kasmaran, Durma, Pangkur, dan Sinom) dengan total hampir 600 bait. Tulisan ini memaparkan warna lokal dan variasi teks dalam LYB yang meliputi ragam kosakata, bentuk variasi tembang, dan modifikasi teks pegon yang berbeda bentuk penulisannya dengan teks pegon pada umumnya. Hal ini menunjukkan elan kreatifitas lokal yang tinggi dalam penulisan dan penyalinan naskah di masa lalu.
TINGKAT KEBERTERIMAAN TERJEMAHAN ISTILAH BUDAYA OSING: SEBUAH STUDI KASUS TERPANCANG Wiwin Indiarti; Wulan Wangi
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 4, No 1 (2015): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7282.705 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v4i1.22

Abstract

Artikel ini didasarkan pada penelitian yang menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan disain studi kasus terpancang dan berorientasi pada produk penerjemahan. Tujuannya adalah menilai tingkat keberterimaaan terjemahan istilah budaya Osing (Using) yang terdapat pada 3 publikasi pariwisata dwibahasa yang secara resmi diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi berdasarkan ideologi yang dianut serta strategi penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah. Parameter yang dipakai untuk menilai tingkat keberterimaan diadopsi dari Instrumen Pengukur Tingkat Keberterimaan Terjemahan milik Prof. Nababan. Hasil studi menunjukkan bahwa terjemahan istilah budaya Osing ke dalam Bahasa Inggris dalam sumber data primer memiliki tingkat keberterimaan yang tergolong tinggi karena keberpihakan penerjemah terhadap budaya dan bahasa sasaran (pembaca sasaran/turis asing) yang dibuktikan dengan pilihan ideologi domestikasi dan strategi penerjemahan yang sesuai, yaitu transposisi (90 kali), sinonim (69 kali), padanan deskriptif (26 kali), penambahan-semantik (23 kali), penambahan-struktural (13 kali), penyusutan (11 kali), perluasan (10 kali), penghilangan (6 kali), terjemahan resmi (5 kali), analisis komponensial (2 kali) dan padanan budaya (1 kali). Secara lebih rinci penerjemahan 381 data primer menghasilkan 261 data (94,75%) yang tergolong berterima, 3 data (0,79%) kurang berterima, dan 17 data (4,46%) tidak berterima.
TEACHERS’ PERCEPTION ON THE USE OF DISNEY MOVIES AS ENGLISH LANGUAGE TEACHING MEDIA FOR YOUNG LEARNERS Zulfatul Mubarokah; Wiwin Indiarti; Arin Inayah
LUNAR Vol 6 No 1 (2022): Language and Art (LUNAR)
Publisher : Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/ln.v6i1.1977

Abstract

This research is a descriptive study of teachers’ perception using descriptive-qualitative. This research airmed to describe teachers’ perception on the use of Disney movies as English language teaching media for young learners. The researcher used interview to collect the data. There are three activities for the analysis of data, namely: data reduction, data display and conclusion drawing. The research results that the teachers mostly gave positive perception about the use of Frozen II as ELT media. They perceived Frozen II as suitable and recommended ELT media in teaching listening for young learners since it fulfills 4 functions of ELT media, namely; a) attentive, b) affective, c) cognitive, and d) compensatory functions. Therefore, there are some benefits of using Frozen II as ELT Media for young learners. First, students’ learning enthusiasm will increase. Second, Frozen II is appropriate ELT media that make the lesson clearer. Third, the use of Frozen II as ELT media avoid students’ boredom. Forth, by using Frozen II students can do different learning activities than usual.
GELORA MUDA LARE OSING Wiwin Indiarti
Jantra. Vol 12 No 1 (2017): Peran Media Sosial dalam Pelestarian Budaya Daerah
Publisher : Balai Pelestarian Nilai budaya Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8226.468 KB)

Abstract

Perkembangan teknologi yang semakin canggih memberikan perubahan besar dalam cara berkomunikasi di era digital, salah satunya mewujud dalam penggunaan media sosial yang semakin marak. Kekuatan media sosial tidak dimiliki media konvensional memberikan peluang dalam cara baru pewarisan budaya. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media sosial berkonten budaya dan fungsi media sosial dalam pewarisan budaya bagi kaum muda Banyuwangi (Lare Osing). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial berbasis konten budaya yang dikelola oleh kaum muda (digital native) mampu menarik minat khalayak, khususnya kaum muda, dan memiliki kedudukan penting sebagai sarana pewarisan budaya lokal dalam hal: peneguh identitas kultural, pemerkuat nilai sosial dan kearifan lokal, pemerkaya khasanah kehidupan masyarakat lokal, dan pemberi makna budaya.
Milenial dan Seni Tradisi Wiwin Indiarti; Hervina Nurullita
JATI EMAS (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat) Vol 4 No 2 (2020): Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Publisher : Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perkumpulan Dosen Indonesia Semesta (DIS) Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36339/je.v4i2.339

Abstract

This article is based on the Community Partnership Program (PKM) which seeks to solve the problems faced by Osing ethnic group, in this case MLY Milenial, from the aspects of preservation strategies and revitalization of traditional art of Lontar Yusup reading session called mocoan. The solutions offered by this program are the procurement of mocoan costumes based on traditional Osing fabrics, procurement of Lontar Yusup learning materials / books for Mocoan Lontar Yusup training, procurement of violin instruments for mocoan accompaniment, and Mocoan Lontar Yusup training for young people. The activities are in the form of procuring mocoan costumes based on traditional Osing fabrics, procuring materials / learning books for Lontar Yusup for Mocoan Lontar Yusup training, procuring violin instruments for mocoan accompaniment, and Mocoan Lontar Yusup training for young people while the team continuously doing mentoring during the period of the PKM program. The outputs are articles in journals and seminars, printed mass media publications, videos of activities implementation and increased partner empowerment.