Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

BENTUK DAN POLA PEMANFAATAN EKOSISTEM LAGUNA NEGERI IHAMAHU, MALUKU TENGAH Siahainenia, Laura; Tuhumury, Semuel F; Uneputty, Prulley A; Tuhumury, Novianty Chr
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 13 No 2 (2017): Jurnal TRITON
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.477 KB)

Abstract

The high level of community needs towards the fulfillment of the necessities of life increases the activity of the utilization of natural resources especially coastal and sea. Ihamahu Village has nine lagoons that have the potential to meet the needs of people because of the high productivity of lagoon ecosystems. The purpose of this research is to know and map the form and pattern of utilization conducted by Ihamahu Village society on lagoon ecosystem. The research method was conducted using questionnaire directly in Ihamahu Village through FGD (Focus Group Discussion) activity. Analysis data of FGD results will be poured in the form of maps and patterns of community utilization Ihamahu Village in the lagoon ecosystem. The results of this research show that the utilization of lagoon ecosystem is catching fish, bameti and garbage disposal. All three activities are undertaken throughout the year with less intentity especially in fishing activities and bameti occur in the west season. The high number of fishing activities using redi fishing equipment that is not environmentally friendly and has been prohibited by the government resulted in a decline in the number and size of the catch. For that form and pattern of utilization that has been done so far needs to be regulated so as to produce sustainable lagoon ecosystem management. ABSTRAK Tingginya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan hidup meningkatkan aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam khsusunya pesisir dan laut. Negeri Ihamahu memiliki sembilan laguna yang berpotensi untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat karena produktivitas ekosistem laguna yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan memetakan bentuk dan pola pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat Negeri Ihamahu pada ekosistem laguna. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan kuesioner secara langsung di Negeri Ihamahu melalui kegiatan FGD (Focus Group Discussion). Analisa data hasil FGD akan dituangkan dalam bentuk peta bentuk dan pola pemanfaatan masyarakat Negeri Ihamahu di ekosistem laguna. Hasil penelitian menunjukkan bentuk pemanfaatan pada ekosistem laguna yaitu penangkapan ikan, bameti dan pembuangan sampah. Ketiga aktivitas tersebut dilakukan sepanjang tahun dengan intesitas yang kurang khususnya pada aktivitas penangkapan ikan dan bameti terjadi pada musim barat. Tingginya aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap redi yang tidak ramah lingkungan dan telah dilarang oleh pemerintah mengakibatkan telah terjadi penurunan jumlah dan ukuran hasil tangkapan. Untuk itu bentuk dan pola pemanfaatan yang telah dilakukan selama ini perlu diatur sehingga menghasilkan pengelolaan ekosistem laguna yang berkelanjutan. Kata Kunci: pola pemanfaatan, pesisir dan laut, tabel musim, laguna, Negeri Ihamahu
HUBUNGAN KEPADATAN TERIPANG (HOLOTHUROIDEA) DENGAN KERAPATAN LAMUN DI PERAIRAN PULAU BUNTAL-TELUK KOTANIA, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT Bachmid, Salahuddin; Siahainenia, Laura; Tupan, Charlotha I
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 16 No 2 (2020): Jurnal TRITON
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.968 KB) | DOI: 10.30598/TRITONvol16issue2page84-96

Abstract

Buntal island has rich potency of both seagrass and sea cucumber. Seagrass ecosystem is the habitat of one among the economic valued biota, sea cucumber. The purpose of the research are: 1) to know the environmental condition; 2) to know the seagrass condition; 3) to know the community structure of the sea cucumber; 4) to know the spatial distribution of sea cucumber in the seagrass ecosystem; and 5) to analyze the relation of the density of sea cucumber and the density of seagrass in the waters of Buntal island-Kotania Bay, West Seram Regency. The sample are taken systematically using Belt Transect. The research is located in 2 observation stations where each station is determines into 3 zones. Seagrass condition is analyzed consist of density, frequency of presence and percentage of seagrass cover. The community structure of sea cucumber includes the density and frequency of presence. Spatial distribution mapping on the sea grass ecosystem is using ArcGIS application. The simple linear regression analysis and Pearson correlation are used to analyze the relation between the density of the sea cucumber and the density of the seagrass. The result of the research shows that the whole environmental parameters on the waters of Buntal Island support the existence of both the seagrass and the sea cucumber. The research finds 5 varieties of seagrass and 11 varieties of sea cucumber. Thalassia hemprichii is the seagrass variety that dominates the ecosystem while Holothuria leucospilota and H. atra are the varieties of sea cucumber with high density on Buntal Island waters. The healthy seagrass condition (well covered) is found in station 1 and bad health condition (worse covered) is found in station 2. The relation between the density of sea cucumber and the density of seagrass on the waters of Buntal Island, it is concludes that there is a high relation where the higher the density of seagrass the higher the density of the sea cucumber. ABSTRAK Pulau buntal memiliki potensi sumberdaya lamun maupun teripang yang melimpah. Ekosistem lamun sebagai habitat bagi sumberdaya teripang yang merupakan salah satu biota berekonomis penting. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui kondisi lingkungan; 2) mengetahui kondisi lamun; 3) mengetahui struktur komunitas teripang; 4) mengetahui distribusi spasial teripang pada ekosistem lamun; 5) menganalisis hubungan kepadatan teripang dengan kerapatan lamun di perairan Pulau Buntal-Teluk Kotania, Kabupaten Seram Bagian Barat. Pengambilan sampel lamun dan teripang dilakukan secara sistematik menggunakan metode Belt Transek. Lokasi penelitian terdiri dari 2 stasiun pengamatan dan setiap stasiun terbagi menjadi 3 zona. Kondisi lamun yang dianalisis meliputi kerapatan, frekuensi kehadiran dan persentase tutupan lamun. Struktur komunitas teripang meliputi kepadatan dan frekuensi kehadiran. Peta distribusi spasial teripang pada ekosistem lamun menggunakan aplikasi ArcGIS. Analisis regresi linear sederhana dan korelasi pearson untuk melihat pengaruh serta hubungan kepadatan teripang dengan kerapatan lamun. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sacara keseluruhan parameter lingkungan di perairan Pulau Buntal sangat mendukung untuk kehidupan sumberdaya lamun maupun teripang. Ditemukannya lima jenis lamun dan 11 jenis teripang. Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang sangat mendominasi pada komunitas lamun di perairan Pulau buntal. Jenis teripang Holothuria leucospilota dan H. atra memiliki nilai kepadatan yang tinggi pada perairan pulau Buntal. Dengan kondisi lamun sehat (tutupan baik) pada stasiun 1 dan tidak sehat (tutupan rusak) pada stasiun 2. Hubungan kepadatan teripang dengan kerapatan lamun pada Perairan Pulau Buntal dapat disimpulkan terdapat hubungan yang tinggi sehingga semakin tinggi kerapatan lamun akan diikuti oleh tingginya kepadatan teripang. Kata Kunci: Lamun, teripang, kepadatan, ekosistem lamun, Pulau Buntal
KETERKAITAN KARAKTERISTIK HABITAT DENGAN KEPADATAN KEPITING BAKAU PADA EKOSISTEM MANGROVE DESA EVU KECAMATAN HOAT SOARBAY KABUPATEN MALUKU TENGGARA Yunus, Muhammad; Siahainenia, Laura
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 15 No 2 (2019): Jurnal TRITON
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.924 KB) | DOI: 10.30598/TRITONvol15issue2page58-68

Abstract

The study was conducted in the mangrove ecosystem of Evu Village, Hoat Soarbay District, Southeast Maluku Regency, from March to May 2018. The study aimed to analyze the relation of habitat characteristics with the density of the mud crabs. Analysis of habitat characteristics includes parameters of temperature, salinity, pH, DO, mangrove density and substrate. Mangrove crab sampling using proporsive sampling method at nine stations with different characteristics. The relation of the mud crabs density and its habitat characteristics using the Principal Component Analysis method. In general, the physical, chemical and biological parameters of the mangrove ecosystem of Evu Village are still in good condition and can be tolerated by mud crabs. The density of mud crabs in mangrove ecosystem is relatively high. Scylla olivacea was highly distributed at zones with Xylocarpus sp. Rhizophora mucronata and Bruguiera sp.; high pH, ​​DO, and salinity values; and fine sand and coarse sand of substrate stucture. Whereas S. serrata was highly distributed at zones with Sonneratia alba, Rhizophora mucronata and Bruguiera sp., and fine sand and mud as substrate structure. ABSTRAK Penelitian dilakukan di ekosistem mangrove Desa Evu Kecamatan Hoat Soarbay Kabupaten Maluku Tenggara, sejak Maret-Mei 2018. Penelitian bertujuan menganalisis keterkaitan karakteristik habitat dengan kepadatan kepiting bakau pada ekosistem mangrove Desa Evu. Analisis karakteristik habitat meliputi parameter suhu, salinitas, pH, DO, kerapatan mangrove dan presentasi fraksi substrat. Sampling kepiting bakau untuk menganalisis kepadatan menggunakan metode proporsive sampling pada 9 (Sembilan) stasiun dengan karakter habitat yang berbeda. Analisis keterkaitan kepadatan kepiting bakau pada tiap stasiun menggunakan metode Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis). Secara umum nilai parameter fisik, kimiawi dan biologis ekosistem mangrove Desa Evu masih dalam kondisi baik dan dapat ditolelir oleh kepiting bakau. Kepadatan kepiting bakau pada ekosistem mangrove Desa Evu tergolong tinggi, baik berdasarkan spesies maupun jenis kelamin. Scylla olivacea berdistribusi tinggi zona yang ditumbuhi mangrove mangrove Xylocarpus sp. Rhizophora mucronata dan Bruguiera sp. dengan nilai pH, DO, dan salinitas yang tinggi; serta fraksi substrat pasir halus dan pasir kasar. Sedangkan S. serrata berdistribusi tinggi zona yang ditumbuhi mangrove Sonneratia alba Rhizophora mucronata dan Bruguiera sp., serta bersubstrat dasar pasir halus dan lumpur. Kata Kunci: Scylla serrata, mangrove, kepadatan, Hoat Soarbay, Evu
ASPEK BIOEKOLOGI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN SUMBERDAYA KEPITING BAKAU (Scylla spp.) PADA EKOSISTEM MANGROVE PASSO Siahainenia, Laura; Makatita, Miftah
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 16 No 1 (2020): Jurnal TRITON
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.42 KB) | DOI: 10.30598/TRITONvol16issue1page8-18

Abstract

Mud crabs have become an important commodity in Indonesia. The purpose of the research was to 1) analyze environmental conditions of the mud crabs habitat; 2) analyze the species compositions, sex ratio, reproduction status (size, period, and the reproduction site) of the mud crab; and 3) formulate management strategies for mud crabs (Scylla spp.) as well as their habitats. This Research was carried out in Passo mangrove ecosystem from August 2015-January 2016. Purposive sampling techniques was used to collect bio-ecological data of mud crabs whereas a structured interview was applied to obtain a management strategy data. The resust showed that the quality of Passo mangrove ecosystem is in good condition for the growth and survival of mud crabs. Four types of mud crabs were found with very low density. Sex ratio shifted from 1:1. Almost all individuals caught were in the reproductive phase with a carapace width of 10-15 cm. The peak of the reproductive season in January along the tidal channel, the mangrove forest front zone to the sea zone. This study recommend ten strategies in relation to the sustainability of the mangrove crab population and habitat preservation. ABSTRAK Kepiting bakau telah menjadi komoditas penting di Indonesia yang hidup di ekosistem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis kondisi lingkungan ekosistem mangrove Passo yang menjadi habitat alami kepiting bakau; 2) menganalisis komposisi jenis, kepadatan, rasio kelamin, status reproduksi, (ukuran, waktu dan lokasi reproduksi kepiting bakau; dan 3) merumuskan strategi pengelolaan sumberdaya kepiting bakau (Scylla spp.) serta habitatnya. Penelitian berlangsung di ekosistem mangrove Passo Teluk Ambon sejak Agustus 2015-Januari 2016. Pengumpulan data bioekologi kepiting bakau menggunakan metode purposive sampling, sedangkan strategi pengelolaan diperoleh melalui hasil wawancara terstruktur dengan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan kualitas lingkungan masih baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup kepiting bakau. Ditemukan empat jenis kepiting bakau dengan tingkat kepadatan yang sangat rendah. Rasio kelamin bergeser dari 1:1. Hampir semua individu yang tertangkap tergolong dalam fase reproduksi dengan ukuran lebar karapaks 10-15 cm. Puncak musim reproduksi pada bulan Januari di sepanjang alur pasang surut, zona depan hutan mangrove hingga zona laut. Terdapat sepuluh strategi pengelolaan yang direkomendasikan terkait keberlanjutan populasi kepiting bakau dan kelestarian habitat. Kata kunci: Kepiting bakau, Scylla, ekosistem mangrove, pengelolaan, kepadatan
STATUS TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PESISIR NEGERI HUKURILA Sahetapy, Dicky; Siahainenia, Laura; Selanno, Debby A J; Tetelepta, Johannes M S; Tuhumury, Novianty C
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 17 No 1 (2021): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.729 KB) | DOI: 10.30598/TRITONvol17issue1page35-45

Abstract

Coral reef is one of the important coastal ecosystems that have high biodiversity. This study aims to analyze the composition of the taxa and the distribution of coral species, the ecological index of coral communities and the status of coral reefs. The research was conducted from April-May 2019 in the coastal waters of Hukurila Village, South Leitimur District, Ambon City. Collecting coral data by using the Line Intercept Transect (LIT) method. Determination of coral reef condition based on percent data (value) of coral reef cover. During the study, 116 species of stony coral from 49 genera and 16 families were found, which 50 species of them are protected and 23 species of ornamental coral. The similarity index of stony coral species between coral reef locations ranges from 0.52-0.76 or there is the similarity of stony coral species between locations coral reef in the amount of 52-76%. The coral reefs of Hukurila Village have high diversity of coral species, with a low dominance of coral species in the community, and the compatibility of coral species in the community is classified as stable. Acropora corals contributed a low covering percent value (9.98%), while Non-Acropora corals contributed a relatively high percent of covering value (43.56%). The status of coral reefs between locations in the coastal waters of Hukurila Village is in the criteria of good (healthy). ABSTRAK Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem pesisir penting yang emiliki kenanekaragaman hayati tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi taksa dan sebaran spesies karang, indeks ekologi kominitas karang dan status terumbu karang. Penelitian dilakukan dari April-Mei 2019 di perairan pesisir Negeri Hukurila Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon. Pengumpulan data karang menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT). Penentuan kondisi terumbu karang berdasarkan data (nilai) persen penutupan karang batu. Selama penelitian ditemukan 116 spesies karang batu dari 49 genera dan 16 famili, dimana 50 spesies diantaranya dilindungi dan 23 spesies karang hias. Indeks similaritas spesies karang batu antar stasiun terumbu karang berkisar antara 0,52-0,76 atau terdapat kesamaan spesies karang batu antar lokasi terumbu karang sebesar 52-76%. Terumbu karang Negeri Hukurila memiliki diversitas spesies karang tinggi, dengan dominansi spesies karang rendah dalam komunitas, dan keserasian spesies karang dalam komunitas tergolong stabil. Karang Acropora memberi kontribusi nilai persen penutupan rendah (9,98%), sementara karang Non-Acropora memberi kontribusi nilai persen penutupan karang batu relatif tinggi (43,56%). Status terumbu karang antar stasiun terumbu perairan pesisir Negeri Hukurila berada dalam kriteria baik (sehat). Kata kunci: terumbu, karang batu, keragaman spesies, kesamaan, persen penutupan
MORFOMETRIK LAMUN Thalassia hemprichii BERDASARKAN TIPE SUBSTRAT DI PERAIRAN PANTAI TANJUNG TIRAM, POKA, TELUK AMBON DALAM Sermatang, Jessico H; Tupan, Charlotha I; Siahainenia, Laura
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 17 No 2 (2021): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.484 KB) | DOI: 10.30598/TRITONvol17issue2page77-89

Abstract

Seagrass as a flowering plant can live from muddy substrates to coral fractures. Differences in the characteristics of substrate type, nutrient content and aquatic environmental conditions can affect morphometric seagrass. The purpose of the study was to analyze environmental conditions and nutrient content as well as the morphometric characteristics of T. hemprichii seagrass based on differences in substrate type. This study was conducted in the waters of Tanjung Tiram Coastal, Poka from February-April 2021. Seagrass sampling was using the purposive sampling method. Data analysis was conducted using ANOVA with SPSS. The results of environmental parameters analysis showed that the water conditions of Tanjung Tiram, Poka are still at the tolerance limit intended for seagrass life. The substrate consists of sand substrate, gravel mixed sand substrate and mud substrate. The results of ANOVA showed that there was a significant difference in the content of sedimentary nutrients, especially phosphates in each substrate type and there was a significant difference in morphometric seagrass based on differences in substrate type and nutrient content. ABSTRAK Lamun sebagai tumbuhan berbunga dapat hidup mulai dari substrat berlumpur sampai dengan patahan karang. Perbedaan karakteristik jenis substrat, kandungan nutrien dan kondisi lingkungan perairan dapat mempengaruhi morfometrik lamun. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kondisi lingkungan dan kandungan nutrien serta karakteristik morfometrik lamun T. hemprichii berdasarkan perbedaan tipe substrat. Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pantai Tanjung Tiram, Poka pada Bulan Februari-April 2021. Pengambilan sampel lamun menggunakan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan ANOVA dengan SPSS. Hasil analisis parameter lingkungan, menunjukan bahwa kondisi perairan Tanjung Tiram, Poka masih berada pada batas toleransi yang diperuntukan untuk kehidupan lamun. Substrat terdiri dari substrat pasir, pasir campur kerikil dan lumpur. Hasil anova menunjukan bahwa terdapat perbedaan kandungan nutrien sedimen khususnya fosfat secara signifikan pada masing masing tipe substrat dan terdapat perbedaan morfometrik lamun secara signifikan berdasarkan perbedaan tipe substrat dan kandungan nutrien. Kata Kunci: morfometrik, nutrien, substrat, Tanjung Tiram, Thalassia hemprichii
PERFORMA DAN KARAKTER MORFOLOGIS KEPITING BAKAU YANG TERPAPAR LOGAM BERAT DI EKOSISTEM MANGROVE PASSO Laura Siahainenia; Debby A J Selanno
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 18 No 2 (2022): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/TRITONvol18issue2page149-157

Abstract

Mud crab (Scylla spp.) is one of the potential fishery commodities which is in great demand because it is delicious and nutritious and export value. Mangrove ecosystem in Passo is one of the mud crabs fishing grounds on the coast of Ambon Bay, but previous studies showed the mud crab specimens and its habitat were polluted by heavy metals lead (Pb) and cadmium (Cd) (Selanno & Siahainenia, 2021). The Research was carried out in the Passo mangrove ecosystem, in May-Oktober 2022. The aim of the research was to analyze the performance and morphological characters of mud crabs contaminated with heavy metals in the Passo mangrove ecosystem. Sampling of mud crabs using purporsive sampling method. The appearance and morphological characters of mud crabs were analyzed using descriptive-comparative methods. Mangrove crab specimens caught in the Passo mangrove ecosystem showed the abnormalities of morphological structural and the presence of ectoparasite organisms. ABSTRAK Kepiting bakau (Scylla spp.) merupakan salah satu komoditas perikanan potensial yang banyak diminati karena rasanya yang enak dan bergizi serta memiliki nilai ekspor. Ekosistem mangrove Passo merupakan salah satu daerah penangkapan kepiting di pesisir Teluk Ambon, namun penelitian sebelumnya menunjukkan habitat dan sampel kepiting mangrove tercemar oleh logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) (Selanno & Siahainenia, 2021). Penelitian dilakukan di ekosistem mangrove Passo, pada bulan Mei-Oktober 2022. Penelitian ini bertujuan menganalisis performa dan karakter morfologis kepiting bakau yang tercemar logam berat. Sampling kepiting bakau menggunakan metode purporsive sampling. Performa dan karakter morfologis kepiting bakau dianalisis menggunakan metode deskriptif-komparatif. Sampel kepiting bakau yang tertangkap di ekosistem mangrove Passo menunjukkan kelainan struktur morfologi dan kehadiran organisme ektoparasit. Kata Kunci: Morfologi, kepiting bakau, Passo, logam berat, ektoparasit
STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DAN BENTUK-BENTUK PEMANFAATAN EKOSISTEM LAMUN DI NEGERI AMAHAI KABUPATEN MALUKU TENGAH Arielno Sahalessy; Laura Siahainenia; Charlotha I Tupan
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 19 No 1 (2023): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/TRITONvol19issue1page64-77

Abstract

This research was conducted from January to March 2021 in the seagrass ecosystem of Amahai village, Maluku Tengah Regency. This study aims to analyze the structure of seagrass communities, identify utilization forms of the seagrass ecosystem, and formulate management directives in Amahai waters. Environmental parameter measurements included temperature, salinity, pH, current speed, and substrate conditions. Data collected to analyze the forms of ecosystem use were carried out in observation and interviews. Management directives were devised descriptively based on the results. The study shows that six types of seagrass are found, namely Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, and Syringodium isoetifolium. The highest value of species density, frequency, and proportion of closure is represented by Thalassia hemprichii which are 64.22 stands/m2, 0.74, and 17.77%, respectively; while the lowest value for species density and frequency is Syringodium isoetifolium that totals 11.69 stands/m2 and 0.15. Halophila ovalis takes the minor portion of closure at almost 5%. The water quality parameters measured are temperature, salinity, pH, and current speed ranging from 27 to 3oC, 26 ‰ to 32 ‰, 7 to 8, and 0.20 to 0,46 m/s. In addition, the sandy category dominates the substrates. People utilize the ecosystem for activities such as bameti/balobe, mariculture, fishing, tourism, and boat mooring. Three management directives are formulated to manage the waters. ABSTRAK Penelitian ini berlangsung pada bulan Januari sampai Maret 2021 yang berlokasi pada ekosistem lamun Negeri Amahai Kabupaten Maluku Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur komunitas lamun, mengidentifikasi bentuk-bentuk pemanfaatan ekosistem lamun, dan merumuskan arahan pengelolaan di perairan Negeri Amahai. Pengukuran parameter lingkungan meliputi suhu, salinitas, pH, kecepatan arus dan kondisi substrat. Pengambilan data bentuk-bentuk pemanfaatan lamun dilakukan dengan dua cara yaitu observasi dan wawancara. Arahan pengelolaan dianalisis secara deskriptif yang didasarkan pada hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dijumpai enam jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia dan Syringodium isoetifolium. Nilai kerapatan jenis, frekuensi jenis, persentase penutupan jenis tertinggi diwakili oleh jenis Thalassia hemprichii, yaitu 64,22 teg/m2, 0,74, dan 17,77%, sedangkan untuk nilai kerapatan jenis dan frekuensi jenis terendah diwakili oleh jenis Syringodium isoetifolium, yaitu 11,69 teg/m2 dan 0,15. Persentase penutupan terendah diwakili oleh jenis Halophila ovalisdengan nilai 4,48%. Hasil pengukuran parameter lingkungan di perairan Negeri Amahai menunjukkan suhu perairan 27-31oC, salinitas 26‰-32‰, pH 7-8, kecepatan arus 0,20-0,46 m/s, dan kondisi substrat yang dominan adalah berpasir. Bentuk-bentuk pemanfaatan ekosistem Negeri Amahai diantaranya aktivitas bameti/balobe, budidaya laut, penangkapan ikan, wisata dan tambatan perahu. Terdapat tiga arahan yang diformulasikan untuk tujuan pengelolaan perairan Amahai. Kata Kunci: Lamun, struktur komunitas, bentuk pemanfaatan, arahan pengelolaan, Amahai
The Species Composition and Density of Uca spp. at Passo Mangrove Ecosystem, Ambon City Laura Siahainenia; Alex S.W. Retraubun
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 11 No. 2 (2023): ISSUE JULY-DECEMBER 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i2.50732

Abstract

The violin crab Uca spp. is a benthic organism that has an ecological role in the mangrove ecosystems. Passo mangrove ecosystem is degraded which can threaten the existence of violin crabs. The study was held in May-June 2023 to analyze the species composition and density of violin crabs. The results of the study can be used as basic data for the violin crabs and their habitat management. The study was conducted at 3 stations using the purposive sampling method. Sampling of violin crabs and substrate structures at each station was carried out at the lowest low tide using the plot method randomly. Data of violin crab species were calcified based on taxon. Data of substrate are classified by presentation of each fraction. Seven species of violin crabs are found in the study namely U. annulipes, U. perplexa, U. vocans, U. mjorbergi, U. lactea, U. dussumieri, and  U. vomaris. The total density of violin crabs ranges from 8.1-29.9 ind/m2. The total highest density of violin crab is found in station 1 and lowest at station 2. Species densities differ between stations. The highest species density is U. perlexa (1.4–10.2 ind/m2), and the lowest is U. vomeris (0.0-2.1 ind/m2). Keywords: Uca spp., Mangrove,  Habitat,  Passo Abstrak Kepiting biola Uca spp. merupakan organisme bentik yang memiliki peranan ekologi pada ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove Passo mengalami degradasi yang dapat mengancam keberadaan kepiting biola. Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2023, yang bertujuan untuk menganalisis komposisi spesies dan kepadatan kepiting biola. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dasar bagi pengelolaan kepiting biola dan habitatnya. Penelitian dilakukan pada 3 stasiun yang ditetapkan menggunakan  metode purposive sampling. Sampling kepiting biola dan struktur substrat pada tiap stasiun dilakukan saat surut terendah menggunakan metode plot yang ditempatkan secara acak. Data spesies kepiting biola dikalsifikasikan berdasarkan takson. Data fraksi substrat diklasifikasikan berdasarkan presentasi berat tiap fraksi. Selama penelitian ditemukan 7 spesies kepiting biola yaitu U. annulipes, U. perplexa, U. vocans, U. mjorbergi, U. lactea, U. dussumieri, dan Uca vomaris. Kepadatan total kepiting biola berkisar antara            8,1-29.9 ind/m2. Kepadatan total tertinggi pada stasiun 1 dan terendah pada stasiun 2. Kepadatan spesies berbeda antar stasiun penelitian. Spesies dengan kepadatan tertinggi adalah U. perlexa (1,4-10,2 ind/m2). Spesies dengan kepadatan terendap yaitu U. vomeris (0,0-2,1 ind/m2). Kata kunci: Uca spp., Mangrove,  Habitat,  Passo  
PENYULUHAN TERKAIT ARTI PENTING EKOSISTEM MANGROVE DAN PERAN GENERASI MUDA DALAM MELIDUNGINYA PADA SMAN 3 AMBON Janson Hans Pietersz; Mahriyana Hulopi; Laura Siahainenia; Niette V. Huliselan; Frederika S. Pello; Charlotha I. Tupan; Maureen A. Tuapattinaja
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 7, No 4 (2023): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v7i4.19156

Abstract

ABSTRAKEkosistem mangrove memiliki peran yang sangat penting  dalam menjaga kestabilan lingkungan baik di perairan laut maupun pada area terestrial, beberapa peran ekosistem mangrove untuk menjaga kestabilan lingkungan perairan laut yaitu, mangrove berperan penting dalam mendukung peningkatan produktivitas suatu  perairan, mangrove berperan sebagai habitat bagi beberapa organisme perairan dan juga sebagai area penyaring bahan-bahan pencemar yang berasal dari aktivitas antropogenik di wilayah terestrial. Berdasarkan peranan-peranan tersebut maka ekosistem mangrove sangat perlu dijaga dan dilestarikan, sehingga pemberian pemahaman dan pengetahuan melalui kegiatan penyuluhan terkait arti penting perlindungan ekosistem mangrove dan peran generasi muda dalam melindunginya perlu dilakukan terhadap siswa-siswi sekolah menengah atas yang merupakan generasi penerus bangsa dan merupakan generasi yang menjadi penentu masa depan bangsa ke depan. Metode yang digunakan, yaitu dalam bentuk penyuluhan dan pengetahuan penggunaan aplikasi Monmang 2.0 dalam mendeteksi kondisi kesehatan mangrove, serta kegiatan ini diikuti oleh 40 siswa. Berdasarkan kegiatan penyuluhan ini diharapkan dapat menimbulkan kebiasaan baik dari para siswa-siswi dalam menjaga keberlangsungan fungsi ekosistem pesisir khususnya ekosistem mangrove di Pulau Ambon, sehingga dapat berdampak positif yang bersifat berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan. Kemudian dari kegiatan ini juga dapat memberikan masukan terhadap pihak sekolah dan pengurus OSIS, sehingga salah satu kegiatan ekstra kurikuler sekolah nantinya dapat berupa kegiatan yang merujuk pada pelestarian lingkungan, seperti kegiatan penanaman mangrove dan aksi bersih pantai.  Kata kunci: peran; mangrove;  generasi muda. ABSTRACTThe mangrove ecosystem is vital to maintaining environmental stability in marine and terrestrial areas. Several roles of the mangrove ecosystem are to maintain the stability of the marine environment; namely, mangroves play an essential role in supporting increased productivity of waters, and mangroves act as a habitat for several aquatic organisms. Moreover, it is a filter area for pollutants from anthropogenic activities in terrestrial areas. Based on these roles, the mangrove ecosystem needs to be protected and preserved, so providing understanding and knowledge through outreach activities regarding the importance of protecting the mangrove ecosystem and the role of the younger generation in protecting it needs to be carried out for high school students who are the nation's next generation and are the generation that will determine the future of the nation in the future. The method used was counseling and knowledge on using the Monmang 2.0 application in detecting mangrove health conditions, and 40 students attended this activity. Based on this outreach activity, it is hoped that it can create good habits among students in maintaining the sustainability of the function of coastal ecosystems, especially the mangrove ecosystem on Ambon Island so that it can have a positive, sustainable impact on society and the environment. Then, this activity can also provide input to the school and OSIS administrators so that one of the school's extra-curricular activities can later be an activity that refers to environmental preservation, such as mangrove planting activities and beach clean-up activities. Keywords: role; mangrove; young generation.