Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Modifikasi Kitosan Dari Limbah Cangkang Kepiting Sebagai Sediaan Material Membran Filtrasi Air Krisman Umbu Henggu; Robinson Umbu Lapu; Petrus Takanjanji; Rambu Fretty Nganggu Djawa; Septiani Rambu Lingga; Sribidanti Abbas; Herman Hiwa Ngunju; Ivan Roberto Willy; Noven Tinggi Nalu
Jambura Fish Processing Journal Vol 4, No 2 (2022): VOLUME 4 NOMOR 2, JULY 2022
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jfpj.v4i2.13807

Abstract

Tingkat pencemaran air global saat ini telah mencapai 65%, yang terdiri atas pencemaran polutan organik 40% dan anorganik 25%. Oleh sebab itu, perlu dilakukan solusi penyelesaian kasus pencemaran air dengan berbagai pendekatan polimer alami, salah satunya penggunaan membran kitosan. Penelitian ini dilakukan dengan menyiapkan material kitosan lau dimodifikasi menjadi membran filtrasi pada kolom filtrasi dan diujikan pada sampel air. Indikator pengukuran kualitas air setelah proses filtrasi dengan membran kitosan meliputi oksigen terlarut (DO), Total Suspended Solid (TSS), Biological Oxigen Demand (BOD) dan derajat keasaman (pH). Hasil penelitian menunjukkan kondisi air bahan baku sebelum proses filtrasi memiliki karakteristik oksigen terlarut (DO), Total Suspended Solid (TSS), Biological Oxigen Demand (BOD) dan derajat keasaman (pH) beradap pada kualitas kelas IV yang hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian. Sebaliknya, setelah proses filtrasi dengan membran kitosan yang diekstraksi dari limbah cangkang kepiting, karakteristik kualitas air tersebut telah tergolong dalam kualitas baku mutu air kelas II yakni kandungan DO 3,92 mg/l, TSS 42,64 mg/l, BOD 5,95 mg/l dan pH 8. Hal ini menunjukkan bahwa membran kitosan yang diekstraksi dari limbah cangkang kepiting memiliki potensi pengembangan sebagai sumber material filtrasi air
Pengaruh Lama Waktu Pengukusan Suhu Suwari Terhadap Karakteristik Kamaboko Ikan Euthynnus affinis, Cantor 1849 Krisman Umbu Henggu; Petrus Takanjanji; Efran Yohanes; Noven Tinggi Nalu; Astuti Bomba Amah; Marlon Jusak Rinaldy Benu
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.405 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.31344

Abstract

Kelimpahan ikan tongkol di Kabupaten Sumba Timur tersebut, tidak berkorelasi positif terhadap pemanfaatannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk meningkatkan pemanfaatan ikan tongkol. Salah satu produk yang dapat dihasilkan dari ikan tongkol ialah kamaboko. Faktor yang paling penting dalam produk kamaboko ialah kualitas kimia serta korelasinya terhadap kualitas organoleptik dan fisik (uji gigit). Penelitian ini difokuskan pada pengaruh perbedaan lama waktu pengukusan kamaboko pada suhu suwari (20 menit dan 30 menit) terhadap karakteristik fisika-kimia dan tingkat penerimaan produk kamaboko dari ikan tongkol. Data yang diperoleh lalu dianalisis statistik menggunakan uji beda (t-independent). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan suhu pengukusan kamaboko 20 menit dan 30 menit memiliki kadar air berkisar 77,04-78,99%, protein 10,49-10,79% (berat basah), lemak kasar 2,91-2,12% (berat basah) dan pH berkisar 7. Hasil analisis statistik menunjukkan lama pengukusan hanya memberikan dampak signifikan (P<0,05) terhadap kadar air kamaboko. Sedangkan kualitas organoleptik menunjukkan, semakin lama waktu pengukusan pada suhu suwari, semakin tinggi tingkat kesukaan panelis terhadap warna yang mencapai skor 7 atau skala “suka”, tekstur yang mencapai skor 7-8 (suka hingga sangat suka), memiliki skor 6-7 (agak suka hingga suka) dan rasa kamaboko memiliki skor 7-8. Demikian pula pada tingkat kekenyalan (springiness) kamaboko, semakin lama waktu pengukusan tingkat kekenyalan semakin tinggi. Hasil analisis statistik tingkat kekenyalan kamaboko yang dihasilkan dengan perlakuan lama pengukusan suhu suwari tidak terdapat perbedaan nyata (P>0,05)  The abundance of tuna in East Sumba Regency is not positively correlated with its utilization. Therefore, further processing is needed to increase the utilization of tuna. One of the products that can be produced from tuna is kamaboko. This study focused on the effect of differences in kamaboko steaming time at suwari temperature on the physico-chemical characteristics and the level of acceptance of kamaboko products from Euthynnus affini. The data obtained were then analyzed statistically using a different test (t-independent). The results showed that the kamaboko steaming temperature treatment of 20 minutes and 30 minutes had moisture ranging from 77.04-78.99%, protein 10.49-10.79% (wet weight), crude fat 2.91-2.12% (wet weight) and pH around 7. The results of statistical analysis showed that the steaming time only had a significant impact (P<0.05) on the water content of kamaboko. Meanwhile, the organoleptic quality showed that the longer the steaming time at the Suwari temperature, the higher the panelist's preference for colors that reached a score of 7 or the "like" scale, textures that reached a score of 7-8 (“like” to “very like”), the appearance of a score of 6-7 (“somewhat like” to “like”) and the taste of kamaboko has a score of 7-8. Similarly, at the level of springiness of kamaboko, the longer the steaming time the higher the elasticity level. The results of statistical analysis of the elasticity level of kamaboko produced by the long treatment of steaming the temperature of Suwari there was no significant difference (P>0.05).   
Ekstraksi Garam Dari Rumput Laut Caulerpa Lentilifera Dengan Kombinasi Perlakuan Agitasi dan Non Agitasi Pada Suhu Yang Berbeda Ester Ruly Nomleni; Krisman Umbu Henggu; Firat Meiyasa
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.35084

Abstract

Rumput laut Caulerpa lentilifera merupakan salah satu tumbuhan air yang bermanfaat untuk kehidupan manusia. Hal ini karena rumput laut memiliki kandungan gizi terutama serat pangan hingga kandungan mineral makro dan mikro yang cukup tinggi. Kandungan mineral makro dan mikro tersebut dapat dimanfaatkan sebagai garam fungsional. Metode ekstraksi garam rumput laut Caulerpa lentilifera yang digunakan dalam penelitian ini adalah perlakuan agitasi dan non agitasi pada suhu ekstraksi 70°C, 90°C dan 120°C. Ekstrak garam rumput laut yang dihasilkan lalu dianalisis kandungan natrium, kalium, rasio natrium-kalium (Na/K), Natrium-Klorida (NaCl), organoleptik dan rendemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan metode ekstraksi (agitasi dan non agitasi) pada suhu ekstraksi yang berbeda (70°C, 90°C, 120°C) memberikan pengaruh terhadap kandungan kalium. Namun metode tersebut tidak turut memberikan pengaruh signifikan terhadap kandungan natrium. Kandungan natrium, kalium, dan Na:K terpilih berada pada perlakuan agitasi pada 120°C dengan rata-rata kandungan natrium sebesar 16,37 mg/kg, kalium 18,45 mg/kg, rasio Na:K 1,53 mg/kg. Sedangkan kandungan NaCl yang terkandung dalam ekstrak garam rumput laut berkisar antara 42,32-55,90 mg/kg. Penerimaan panelis (rasa, warna, aroma, tekstur) terhadap produk ekstrak garam rumput laut yang dihasilkan ialah memberikan kesan agak suka hingga sangat suka terutama pada rasa, aroma dan warna. Tingkat kesukaan tersebut terletak pada rasa asin (spesifik garam) dan terdapat sedikit rasa umami. Total rendemen ekstrak garam rumput laut Caulerpa lentilifera tertinggi diperoleh pada perlakuan agitasi dengan rata-rata rendemen mencapai 2,97%, sedangkan non agitasi hanya berkisar 1,41%.  Caulerpa lentilifera seaweed is one of the aquatic plants that is useful for human life. This is because seaweed has a high nutritional content, especially dietary fiber, due to the high content of macro and micro minerals. The macro and micro-mineral content can be used as functional salts. The salt extraction method of Caulerpa lentilifera seaweed used in this study was agitated and non-agitated at extraction temperatures of 70 °C, 90 °C, and 120 °C. The resulting seaweed salt extract was then analyzed for the content of sodium, potassium, sodium-potassium ratio (Na/K), sodium-chloride (NaCl), organoleptic and yield. The results showed that the different extraction methods (agitated and non-agitated) at different extraction temperatures (70 °C, 90 °C, and 120 °C) had an effect on the potassium content. However, this method did not have a significant effect on the sodium content. The selected sodium, potassium, and Na:K content were in agitation treatment at 120°C with an average sodium content of 16.37 mg/kg, potassium 18.45 mg/kg, Na:K ratio 1.53 mg/kg . While the NaCl content contained in the seaweed salt extract ranged from 42.32-55.90 mg/kg. The panelists' acceptance (taste, color, flavour, texture) of the resulting seaweed salt extract product was to give the impression of being somewhat like to really liking it, especially on taste, flavor, and color. The level of preference lies in the salty taste (specifically salt), and there is a slight umami taste. The highest total yield of Caulerpa lentilifera seaweed salt extract was obtained in the agitation treatment, with the average yield reaching 2.97%, while the non-agitated was only 1.41%.
Review dari Metabolisme Karbohidrat, Lipid, Protein, dan Asam Nukleat Krisman Umbu Henggu; Yopi Nurdiansyah
JURNAL QUIMICA Vol 3 No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/jq.v3i2.5688

Abstract

Artikel review ini mengulas tentang prinsip dan proses metabolisme karbohidrat, lipid, protein dan asam nukeat pada organisme. Telaah pustaka yang disajikan dalam review ini bersumber pada jurnal ilmiah maupun buku terakreditasi yang relevan. Lintasan metabolisme karbohidrat, lipid, protein, asam nukleat terdiri atas tiga bentuk lintasan yakni katabolik, anabolik dan amfibolik. Lintasan tersebut umumnya terjadi pada mitokondria melalui siklus Krebs. Katabolisme protein, karbohidrat dan lemak dapat menjadi derivat asam amino, glukosa, gliserol dan asam lemak yang mampu dikonversi menjadi energi maupun cadangan energi untuk proses pertumbuhan dan perkembangan sel. Demikian sebaliknya proses anabolisme dapat memanfaatkan derivat makro molekul (asam amino, glukosa, fruktosa, asam lemak) menjadi makro molekul (protein, karbohidrat dan lipid). Proses metabolisme karbohidrat secara khusus melalui glikolisis, glikogenesis dan glukoneogenesis. Sedangkan metabolisme lemak melalui proses asetil-KoA terkarboksilase dan menghasilkan malonil-KoA hingga berlanjut pada proses pembentukan asam lemak melalui proses enzimatis (elongase dan desaturase). Demikian pula pada metabolisme protein yang diawali dengan pemecahan makro molekul dalam bentuk peptida menjadi monomer terkecil (asam amino) secara enzimatis (melibatkan enzim protease) dan menjadi salah satu sumber energi dalam pembentukan ATP untuk perkembangan sel. Sebaliknya anabolisme protein tersebut didasari oleh proses transmisi dan aminasi. Metabolisme asam nukleat melibatkan proses sintesis purin dan pirimidin sebagai nukleotida secara de novo. Proses metabolisme asam nukleat melaui proses enzimatik (housekeeping) yang sangat bertanggungjawab terhadap fungsi katabolisme dan anabolisme. Referensi: [1] Wali, J. A., Milner, A. J., Luk, A. W., Pulpitel, T. J., Dodgson, T., Facey, H. J., ... & Simpson, S. J. (2021). Impact of dietary carbohydrate type and protein–carbohydrate interaction on metabolic health. Nature Metabolism, 3(6), 810-828. [2] Staples, J. F. (2016). Metabolic flexibility: hibernation, torpor, and estivation. Compr. Physiol, 6(2), 737-71. [3] O’Neill, L. A. (2015). A broken krebs cycle in macrophages. Immunity, 42(3), 393-394. [4] Rajendran, M., Dane, E., Conley, J., & Tantama, M. (2016). Imaging adenosine triphosphate (ATP). The Biological Bulletin, 231(1), 73-84. [5] Luo, L., & Liu, M. (2016). Adipose tissue in control of metabolism. Journal of endocrinology, 231(3), R77-R99. [6] Poggiogalle, E., Jamshed, H., & Peterson, C. M. (2018). Circadian regulation of glucose, lipid, and energy metabolism in humans. Metabolism, 84, 11-27. [7] Purba, D. H., Marzuki, I., Dailami, M., Saputra, H. A., Mawarti, H., Gurning, K., ... & Purba, A. M. V. (2021). Biokimia. . Bandung (ID): Yayasan Kita Menulis Press [8] Park, S., Jeon, J. H., Min, B. K., Ha, C. M., Thoudam, T., Park, B. Y., & Lee, I. K. (2018). Role of the pyruvate dehydrogenase complex in metabolic remodeling: differential pyruvate dehydrogenase complex functions in metabolism. Diabetes & metabolism journal, 42(4), 270-281. [9] Adeva-Andany, M. M., Pérez-Felpete, N., Fernández-Fernández, C., Donapetry-García, C., & Pazos-García, C. (2016). Liver glucose metabolism in humans. Bioscience reports, 36(6). [10] Murray, Robert K. Daryl K. Granner; Victor W. Rodwell. Biokimia Harper Ed.27. Jakarta. EGC;2009 : 152-94 [11] Jones, J. G. (2016). Hepatic glucose and lipid metabolism. Diabetologia, 59(6), 1098-1103. [12] Chen, L., Zhang, Z., Hoshino, A., Zheng, H. D., Morley, M., Arany, Z., & Rabinowitz, J. D. (2019). NADPH production by the oxidative pentose-phosphate pathway supports folate metabolism. Nature metabolism, 1(3), 404-415. [13] Shi, L., & Tu, B. P. (2015). Acetyl-CoA and the regulation of metabolism: mechanisms and consequences. Current opinion in cell biology, 33, 125-131. [14] Chandel, N. S. (2021). Lipid metabolism. Cold Spring Harbor Perspectives in Biology, 13(9), a040576. [15] Tsikas, D. (2017). Assessment of lipid peroxidation by measuring malondialdehyde (MDA) and relatives in biological samples: Analytical and biological challenges. Analytical biochemistry, 524, 13-30. [16] Merino-Ramos, T., Vázquez-Calvo, Á., Casas, J., Sobrino, F., Saiz, J. C., & Martín-Acebes, M. A. (2016). Modification of the host cell lipid metabolism induced by hypolipidemic drugs targeting the acetyl coenzyme A carboxylase impairs West Nile virus replication. Antimicrobial agents and chemotherapy, 60(1), 307-315. [17] Schmitt, S., Castelvetri, L. C., & Simons, M. (2015). Metabolism and functions of lipids in myelin. Biochimica et Biophysica Acta (BBA)-Molecular and Cell Biology of Lipids, 1851(8), 999-1005. [18] Cerk, I. K., Wechselberger, L., & Oberer, M. (2018). Adipose triglyceride lipase regulation: an overview. Current Protein and Peptide Science, 19(2), 221-233. [19] Whitford, D. (2013). Proteins: Structure And Function. John Wiley & Sons. [20] Gropper, S. S., & Smith, J. L. (2012). Advanced Nutrition And Human Metabolism. Cengage Learning. [21] Bender, D. A. (2012). Amino acid metabolism. John Wiley & Sons. [22] Chargaff, E. (Ed.). (2012). The nucleic acids. Elsevier. [23] Kochetkov, N. (Ed.). (2012). Organic Chemistry of Nucleic Acids: Part B. Springer Science & Business Media. [24] Wang, L. (2016). Mitochondrial purine and pyrimidine metabolism and beyond. Nucleosides, Nucleotides and Nucleic Acids, 35(10-12), 578-594.
Ekstraksi Garam Dari Rumput Laut Caulerpa Lentilifera Dengan Kombinasi Perlakuan Agitasi dan Non Agitasi Pada Suhu Yang Berbeda Ester Ruly Nomleni; Krisman Umbu Henggu; Firat Meiyasa
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.35084

Abstract

Rumput laut Caulerpa lentilifera merupakan salah satu tumbuhan air yang bermanfaat untuk kehidupan manusia. Hal ini karena rumput laut memiliki kandungan gizi terutama serat pangan hingga kandungan mineral makro dan mikro yang cukup tinggi. Kandungan mineral makro dan mikro tersebut dapat dimanfaatkan sebagai garam fungsional. Metode ekstraksi garam rumput laut Caulerpa lentilifera yang digunakan dalam penelitian ini adalah perlakuan agitasi dan non agitasi pada suhu ekstraksi 70°C, 90°C dan 120°C. Ekstrak garam rumput laut yang dihasilkan lalu dianalisis kandungan natrium, kalium, rasio natrium-kalium (Na/K), Natrium-Klorida (NaCl), organoleptik dan rendemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan metode ekstraksi (agitasi dan non agitasi) pada suhu ekstraksi yang berbeda (70°C, 90°C, 120°C) memberikan pengaruh terhadap kandungan kalium. Namun metode tersebut tidak turut memberikan pengaruh signifikan terhadap kandungan natrium. Kandungan natrium, kalium, dan Na:K terpilih berada pada perlakuan agitasi pada 120°C dengan rata-rata kandungan natrium sebesar 16,37 mg/kg, kalium 18,45 mg/kg, rasio Na:K 1,53 mg/kg. Sedangkan kandungan NaCl yang terkandung dalam ekstrak garam rumput laut berkisar antara 42,32-55,90 mg/kg. Penerimaan panelis (rasa, warna, aroma, tekstur) terhadap produk ekstrak garam rumput laut yang dihasilkan ialah memberikan kesan agak suka hingga sangat suka terutama pada rasa, aroma dan warna. Tingkat kesukaan tersebut terletak pada rasa asin (spesifik garam) dan terdapat sedikit rasa umami. Total rendemen ekstrak garam rumput laut Caulerpa lentilifera tertinggi diperoleh pada perlakuan agitasi dengan rata-rata rendemen mencapai 2,97%, sedangkan non agitasi hanya berkisar 1,41%.  Caulerpa lentilifera seaweed is one of the aquatic plants that is useful for human life. This is because seaweed has a high nutritional content, especially dietary fiber, due to the high content of macro and micro minerals. The macro and micro-mineral content can be used as functional salts. The salt extraction method of Caulerpa lentilifera seaweed used in this study was agitated and non-agitated at extraction temperatures of 70 °C, 90 °C, and 120 °C. The resulting seaweed salt extract was then analyzed for the content of sodium, potassium, sodium-potassium ratio (Na/K), sodium-chloride (NaCl), organoleptic and yield. The results showed that the different extraction methods (agitated and non-agitated) at different extraction temperatures (70 °C, 90 °C, and 120 °C) had an effect on the potassium content. However, this method did not have a significant effect on the sodium content. The selected sodium, potassium, and Na:K content were in agitation treatment at 120°C with an average sodium content of 16.37 mg/kg, potassium 18.45 mg/kg, Na:K ratio 1.53 mg/kg . While the NaCl content contained in the seaweed salt extract ranged from 42.32-55.90 mg/kg. The panelists' acceptance (taste, color, flavour, texture) of the resulting seaweed salt extract product was to give the impression of being somewhat like to really liking it, especially on taste, flavor, and color. The level of preference lies in the salty taste (specifically salt), and there is a slight umami taste. The highest total yield of Caulerpa lentilifera seaweed salt extract was obtained in the agitation treatment, with the average yield reaching 2.97%, while the non-agitated was only 1.41%.
PEMANFAATAN RUMPUT LAUT MERAH (Laurencia papillosa) SEBAGAI PUPUK CAIR MELALUI PERBEDAAN METODE FERMENTASI Krisman Umbu Henggu; Rambu Fretty Clarita Ng. Djawa; Septiani Rambu Lingga; Robinson Umbu Lapu; Ferlinus Rawa Ndihi; Eman N Bureni; Yopi Nurdiasyah
Buletin Jalanidhitah Sarva Jivitam Vol 4, No 2 (2022): September 2022
Publisher : POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bjsj.v4i2.11511

Abstract

Rumput laut Laurencia pappilosa merupakan salah satu jenis rumput laut liar yang tumbuh dipesisir. Namun, rumput laut tersebut belum dimanfaatkan dengan baik. Berdasarkan komposisi kimia, rumput laut Laurencia pappilosa memiliki kandungan makro dan mikromolekul yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair. Penelitian ini mengkaji pengaruh perbedaan fermentasi aerob dan anaerob terhadap total asam laktat pupuk cair rumput laut Laurencia papillosa serta aplikasinya pada sayuran. Fermentasi rumput laut Laurencia papillosa dilakukan selama 12 hari, lalu diaplikasikan pada sayuran Sawi (Brassica chinensis var. parachinensis) pada 28 hari pemeliharaan. Perlakuan fermentasi aerob dan anaerob memberikan perbedaan nyata (P<0,05) pada total nitrogen pupuk cair rumput laut. Rerata total nitrogen pada fermentasi aerob yakni 4,41±0,36%, sedangkan anerob 3,47±0,93%. Aplikasi pupuk cair memiliki pengaruh yang nyata (P>0,5) terhadap rata-rata tinggi sayuran Sawi. Rasio tinggi akhir sayuran tersebut secara berturut-turut yakni tanpa perlakuan 22,45±5,23 cm, pupuk cair komersil 25,31±0,88, fermentasi Laurencia papillosa secara aerob 22,69±0,92 cm dan anerob 29,78 ±0,92 cm
CHITOSAN PRODUCTION FROM SQUID BONE Loligo. Sp WITH DIFFERENT CONCENTRATIONS OF SODIUM HYDROXIDE Samsiana Arsyad; Krisman Umbu Henggu; Yatris Rambu Tega
Aurelia Journal Vol 5, No 1 (2023): April
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/aj.v5i1.11538

Abstract

This study aims to examine the effect of different concentrations of NaOH (60%, 70%, and 80%) on the isolation process of chitosan from by-products of squid bone (Loligo sp). The resulting chitosan was then tested for water content, solubility, yield, degree of deacetylation, and functional groups. The results showed that the physical appearance of chitosan tends to be white, specific to the characteristics of commercial chitosan. The use of different NaOH concentrations only affects the water content. The water content of chitosan in the 70% and 80% NaOH treatments has met the maximum chitosan quality standard of 12%. The highest chitosan solubility was obtained in the 70% NaOH treatment, namely 97.76%. Likewise, the best degree of chitosan deacetylation reached 95% (70% NaOH treatment), while the average yield of chitosan obtained reached 25.55%. In general, the absorption values of functional groups in the NaOH treatment (60%, 70%, 80%) showed that there were characteristics of chitosan, namely carbonyl (C=O) and amino (N-H2) vibrations in the fingerprint area (~1500–3000 cm-1). and a widening of the absorption band ~1600-3500 cm-1 caused by O-H stretching and N-H vibrations due to deacetylation. Other characteristics are aliphatic C-H vibrations, –NH bond deformation, and glycosidic chitosan (C-O-C) vibrations at a wavelength of ~664–1600 cm-1.
PENDAMPINGAN KELOMPOK “BERKAT USAHA” DALAM PRODUKSI KAMBAMBANG BERBAHAN RUMPUT LAUT EUCHEMA SPINOSUM SEBAGAI COOKIES HIGH FIBER RENDAH GLUTEN Krisman Umbu Henggu; Elfis Umbu Katongu Retang; Rambu Hada Indah; Yuliana Kolo; Lenian Gede Wadu; Robinson Umbu Lapu; Rambu Yetti Kalaway; Eman N Bureni
ABDI WINA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 3 No 1 (2023): Abdi Wina Edisi Juni 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Wira Wacana Sumba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58300/abdiwina.v3i1.442

Abstract

Rumput laut segar E. spinosum yang dipasarkan oleh ibu rumah tangga nelayan di Desa Tanamanang relatif murah yakni berkisar Rp.3.000-3500/kg. Namun, pemasaran tersebut mengalami keterbatasan peminat, cenderung musiman dan bergantung permintaan konsumen. Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok ialah keterbatasan sumber daya manusia dalam diversifikasi rumput laut E. Spinosum. Oleh sebab itu, kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Stimulus (PKMS) berfokus pada pelatihan dan pendampingan kelompok ibu nelayan “Berkat Usaha” dalam diversifikasi rumput laut dan menghasilkan Kambambang sebagai Cookies High Fiber. Kegiatan PKMS telah dilakukan bulan Oktober 2022 dan menyasar kelompok Ibu Nelayan “Berkat Usaha” di Dusun Hanggaroru, Desa Tanamamang. Kegiatan pelatihan dan pendampingan dimulai dengan memberikan kuisioner, sosialisasi terkait upayah valorisasi rumput laut hingga dan pelatihan pembuatan Kambambang sebagai cookies high fiber. Pelatihan yang dilakukan ialah teknik pemilihan rumput laut, perendaman, perebusan, formulasi Kambambang, pemanggangan hingga pengemasan produk. Berdasarkan hasil PKMS, produksi Kambambang yang dilakukan saat pelatihan berlangsung memiliki kualitas baik (secara organoleptik) dan dapat dijual dalam skala UMKM. Kegiatan lain yang dilakukan ialah penyerahan alat dan bahan produksi Kambambang kepada kelompok sebagai bagian dari pendampingan dan pembinaan. Tingkat kepuasan mitra PKMS (kelompok berkat usaha) mencapai 80% atau sangat puas dan terbantu dengan pelatihan yang dilakukan.
PEMANFAATAN GARAM SEBAGAI MEDIA DALAM PEMBUATAN PRODUK HALOTHERAPY DI SMKN 1 LAMBOYA SUMBA BARAT Firat Meiyasa; Krisman Umbu Henggu; Yatris Rambu Tega; Suryaningsih Ndahawali; Nurbety Tarigan
ABDI WINA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 3 No 1 (2023): Abdi Wina Edisi Juni 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Wira Wacana Sumba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58300/abdiwina.v3i1.469

Abstract

Garam adalah salah satu komoditas perdagangan yang cukup penting dan Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah penghasil garam. Tingginya produksi garam di NTT tidak sejalan dengan mutu yang sesuai dengan SNI dan harga garam relatif rendah. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dilaksanakan di SMKN 1 Lamboya Sumba Barat. Adapun yang menjadi alasan pengabdian di lokasi ini adalah sekolah tersebut merupakan sekolah kejuruan yang berorientasi pada perikanan. Dengan demikian, tujuan dari kegiatan PkM ini adalah diharapkan siswa dan guru memiliki kompetensi terkait dengan pembuatan produk halotherapy dan mengetahui fungsi dan desain kemasan produk. Berdasarkan hasil dari kegiatan PkM di SMKN 1 Lamboya maka siswa dan guru mampu menerima materi yang diberikan oleh Tim PkM dengan dihasilkannya produk halotherapy dan juga desain kemasan untuk produk tersebut. Terlihat bahwa siswa dan guru sangat antusias dan berparisipasi dalam kegiatan PkM yang dilakukan oleh Tim dari Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Universitas Kristen Wira Wacana Sumba. Dengan demikian, dari hasil PkM ini memberikan pengaruh positif untuk siswa dan guru SMK Negeri 1 Lamboya.
Profil Kimia Tepung Keong Mas (Pomacae sp.) yang berasal dari Perairan Tawar Kelurahan Mauliru Yustina djati ana riha; Krisman Umbu Henggu
JURNAL PENGOLAHAN PERIKANAN TROPIS Vol 1 No 01 (2023): Artikel Juni 2023
Publisher : Program Studi Teknologi Hasil Perikanan - Universitas Kristen Wira Wacana Sumba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58300/planet.v1i01.503

Abstract

Keong mas (Pomacae sp.) merupakan keong air tawar yang umumnya terdapat pada daerah rawa-rawa hingga persawahan. Keberadaan keong mas (Pomacae sp) di Indonesia dianggap sebagai hama tanaman pangan. Salah satu pemanfaatan hama keong mas yakni diolah sebagai tepung. Hasil penelitian menunjukkan kandungan proksimat tepung keong mas Pomacae sp) yang diperoleh dari perairan tawar Kelurahan Mauliru yakni protein 74,65%, kadar air 14,81%, kadar abu 6,68%, kadar lemak 3,51% dan karbohidrat 0,17%. Tingginya kadar protein pada tepung keong mas dapat dimanfaatkan sebagai sediaan tepung ikan.