Tanjung, Yushar
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Patrawidya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya

Pendekatan Elemen-Elemen Melayu-Islam dalam Restrukturisasi Birokrasi pada Kesultanan Palembang Darussalam oleh Sultan Mahmud Badaruddin II Lubis, Hafnita Sari Dewi; Tanjung, Yushar; Muhajir, Ahmad
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 23 No. 2 (2022)
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.414

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengulas persoalan-persoalan terkait implementasi dari pendekatan elemen-elemen Melayu-Islam dalam restrukturisasi birokrasi dan keadaan-keadaan sekitar Sultan Mahmud Badaruddin II di Kesultanan Palembang Darussalam. Era Sultan Mahmud Badaruddin II (1803-1821) dikenal sebagai era yang paling krusial bagi sejarah Palembang. Ia merestrukturisasi birokrasi dan menghadapi sekaligus ancaman-ancaman dari internal (oleh adiknya sendiri) dan eksternal (oleh Inggris) untuk menggulingkannya dari takhta. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan dengan pendekatan metode sejarah. Beberapa dokumen dari arsip kolonial Belanda digunakan sebagai sumber primer dan sebagian besar buku dan artikel ilmiah yang relevan digunakan sebagai sumber sekunder. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Sultan Mahmud Badaruddin II sadar dan perlu untuk memperkuat posisi dan kekuasaannya dari ancaman-ancaman internal dan eksternal. Ia telah menciptakan keseimbangan dengan memodifikas sistem birokrasi peninggalan leluhurnya dengan mengadopsi elemen-elemen sistem kepemimpinan kerajaan-kerajaan Melayu-Islam. Elemen-elemen Melayu-Islam yang tampak diimplementasikan dalam restrukturisasi birokrasinya ada enam, yaitu memperkuat kedudukan syahbandar, memperkuat kedudukan penghulu, mempertahankan Undang-Undang Simbur Cahaya, mempertahankan dan mengatur kelas sosial (sistem marga-marga), mengatur diferensiasi wajib pajak (sistem tiban tukon), serta mengontrol loyalitas elite dengan tanah lungguh (apanage). Restrukturisasi birokrasi yang diimplementasikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin II terbukti secara praktis telah membuat tata kelola kesultanan lebih stabil, efektif, efisien, memperkuat monopoli perdagangan, dan membawa kemakmuran. Namun, intrik dan pengkhianatan berhasil menggulingkan Sultan Mahmud Badaruddin hingga diasingkan ke Ternate dan terpaksa meninggalkan tanah airnya jatuh ke tangan kolonialis.
Musim Haji di Mandailing Natal: Tradisi dan Status Sosial Tanjung, Yushar; Lubis, Hafnita Sari Dewi; Siregar, Muhammad Andre Syahbana
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 23 No. 2 (2022)
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.415

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk membahas seputar tradisi musim haji pada masyarakat Mandailing Natal. Tradisi pada musim haji merupakan sebuah tradisi yang sudah lama dilakukan oleh masyarakat Mandailing Natal. Tradisi haji memang menjadi sebuah tradisi sakral bagi banyak masyarakat di Indonesia, salah satunya masyarakat Mandailing Natal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologi agama. Sumber utama dalam penelitian ini ialah wawancara mendalam terkait tradisi pada musim haji di Mandailing Natal kepada sejumlah tokoh masyarakat setempat, yaitu Amirul Latif Lubis, Dedek Fauzi, Marwansyah Lubis, dan Yusuf Akbar. Sementara sumber pendukung didapat dari buku, jurnal, dan penelitian ilmiah lainnya yang relevan dengan tema yang dibahas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat tiga tradisi besar pada musim haji di Mandailing Natal, yaitu: marbante, mangalomang, dan khataman Al-Qur'an Marbante adalah tradisi menyembelih hewan kurban (sapi atau kerbau) yang kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar. Namun pada masa sekarang tradisi ini tidak hanya dilakukan pada musim haji, namun pada perayaan-perayaan besar lainnya. Mangalomang adalah tradisi memasak lemang bersama-sama di salah satu rumah warga. Biasanya tradisi ini dilakukan pada saat memasuki bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri. Khataman Al-Qur'an adalah tradisi yang dilakukan dengan membaca Al-Qur'an bersama-sama pada malam hari dan menamatkan bacaannya pada malam itu juga. Selain itu, tradisi musim haji di Mandailing juga menjadi cara untuk menunjukkan kelas sosial dalam masyarakat di Mandailing Natal.