Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Preferensi Informasi dan Perilaku Bermedia Warganet di Akun Instagram Media Informasi Selebritas Prajarto, Ph.D, Prof. YA Nunung; Tania, S.IP., M.A., Syaifa; Purwaningtyas, S.IP., M.A., Mashita Phitaloka Fandia
Jurnal ILMU KOMUNIKASI Vol 16, No 2 (2019)
Publisher : FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.48 KB) | DOI: 10.24002/jik.v16i2.1805

Abstract

The use of social media as a source of information is undeniably important. As it can be used to disseminate specific information, numbers of informational based accounts emerge in various topics, including Instagram accounts which specifically bring out celebrity news as their main information. Using a social informatics perspective approach, this paper aims to capture netizen behavior related to their media habit in accessing it. The results show these accounts emerge as the primary source of information about infotainment issues. However, netizens are unwilling to leave any digital trace related to their activities during accessing these accounts.
PRAKTIK EKONOMI POLITIK AKUN INFORMASIONAL DI TWITTER Massageng Widagdhaprasana; Syaifa Tania; Mashita Phitaloka Fandia Purwaningtyas; Maulin Ni’am
Communications Vol 4 No 1 (2022): COMMUNICATIONS
Publisher : Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/communications4.1.1

Abstract

Titik awal kapitalisasi konten informasi bermula kala muncul sejumlah akun yang mengkhususkan dirinya untuk mendistribusikan informasi tentang tema-tema spesifik (subject-based informational accounts). Peran informasi yang awalnya dikonsumsi sebatas konten oleh audiens bertransformasi menjadi komoditas ekonomi melalui sejumlah aspek yang dapat dikapitalisasi. Pemahaman terhadap fenomena ini secara konseptual dapat di identifikasi menggunakan pendekatan ekonomi politik komunikasi. Kapitalisme informasi yang berlangsung dalam akun-akun informasional di sejumlah kanal media baru dikaji menggunakan tiga pintu masuk dalam pendekatan ekonomi politik Mosco; strukturasi, komodifikasi, dan spasialisasi. Dengan menggunakan metode studi kasus, praktik ekonomi politik informasi teridentifikasi dalam akun-akun informasional berbasis subyek Yogyakarta yaitu di @jogjaupdate, @infojogja dan @lalinjogja. Ketiga praktik ekonomi politik yaitu strukturasi, komodifikasi dan spasialisasi mereka laksanakan dalam rutinitas mereka saat mengelola akun-akun tersebut.
Mediated relationship: menakar hubungan organisasi-publik dalam akun Instagram resmi perusahaan telekomunikasi Syaifa Tania
PRofesi Humas Vol 5, No 1 (2020): PRofesi Humas Accredited by Kemenristekdikti RI SK No. 10/E/KPT/2019
Publisher : LP3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.768 KB) | DOI: 10.24198/prh.v5i1.24703

Abstract

Orientasi utama dalam praktik komunikasi korporat adalah kemampuan humas untuk mengelola hubungan organisasi dan publik yang efektif. Selaras dengan peran humas untuk menjalankan fungsi komunikasi publik yang bersifat simetris dua arah, kehadiran media baru dianggap sebagai media komunikasi yang potensial untuk mewujudkan fungsi tersebut. Seiring dengan perkembangan tren media baru, Instagram menjadi salah satu media komunikasi yang banyak digunakan organisasi. Meskipun demikian, sebagai platform media sosial berbasis visual, Instagram belum sepenuhnya mampu dipraktikkan untuk membangun relasi dialogis antara organisasi dan publik. Studi ini berupaya menakar hubungan organisasi dan publik yang ditampilkan di tiga akun Instagram resmi perusahaan penyedia jasa telekomunikasi seluler Indonesia. Metode yang diterapkan dalam studi ini adalah analisis isi kuantitatif dengan menggunakan empat dimensi hubungan dan dua bentuk luaran hubungan sebagai kerangka konseptualnya. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara organisasi dan publik dalam memaknai Instagram sebagai media komunikasi korporat. Organisasi cenderung menggunakan Instagram sebagai media pembentuk citra, sementara publik memosisikan Instagram sebagai media pelayanan keluhan konsumen seperti kanal lainnya. Secara umum, tarikan atas simpulan utama menunjukkan bahwa tidak ada formula tunggal dalam praktik penggunaan media sosial di antara organisasi. Meskipun ketiga organisasi bergerak di bidang industri yang sama, namun hal tersebut tidak serta merta membuat ketiganya menerapkan pola serupa dalam memanfaatkan media sosial sebagai kanal komunikasi untuk menjalin hubungan organisasi dan publik.
Praktik Social Media Pandemic Communication Model pada Media Sosial Lembaga Pemerintah Syaifa Tania; Harry Cahyono
Jurnal ILMU KOMUNIKASI Vol. 19 No. 1 (2022)
Publisher : FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (612.201 KB) | DOI: 10.24002/jik.v19i1.3861

Abstract

Artikel ini membahas praktik model social media pandemic communication (SMPC) pada pesan seputar pandemi Covid-19 di akun Twitter dan Instagram lembaga pemerintah pada semester awal pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan analisis konten media sosial Instagram dan Twitter milik BNPB dan Kementerian Kesehatan. Hasil studi menunjukkan bahwa sepanjang semester pertama fase pandemi, mayoritas pesan masih berfokus pada informasi yang mempersiapkan masyarakat secara psikologis alih-alih memberikan instruksi cara menghadapi pandemi Covid-19. Model SMPC tidak sepenuhnya dipraktikkan karena pemerintah belum mengelola jenis informasi sesuai tahapan pandemi.
Perbedaan Generasional dalam Memaknai Praktik Periklanan Digital oleh Influencer di Media Sosial Syaifa Tania
LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 10 No. 1 (2022): Lontar : Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/lontar.v10i1.4247

Abstract

The Y and Z generation is currently the two generations who lives side by side and considered possess higher characteristics compared to the older generations. In terms of technology, although both are considered as digital natives, but they shared different socio-technological context. The Y generation experienced technological adaptation process of the transition of analogue to digital technology. Hence, the Z generation do not share the same experiences. In terms of marketing communication, this condition affects their way of responding digital advertising practice, especially done by the influencer. This research is aimed to explore generational gap between two generations in interpreting the practice of digital advertising shared by social media influencer by using case study method. The result shows existing differences related to the type of the preferred media and their construction of ideal figures of the social media influencers. It shows that the considered similar characteristics between two generations does not entirely correct. The difference lies in their perspective of influencer realness in terms of their personality and persuasive information. Understanding the difference perspectives between two generations leads to the consideration of the future mutigenerational marketing communication approach.
Menakar Hubungan Organisasi dan Publik di Media Baru (Analisis Isi Corporate Tweets Industri Perbankan, Otomotif, dan Telekomunikasi) Syaifa Tania
Jurnal Media dan Komunikasi Indonesia Vol 1, No 1 (2020): March
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmki.51114

Abstract

Popularitas penggunaan media sosial baik di kalangan masyarakat maupun pelaku industri telah membawa warna baru dalam dinamika praktik komunikasi antara organisasi dan publik. Proses komunikasi yang bersifat egaliter, langsung, dan dialogis mendorong lahirnya optimisme sebagian kalangan yang meyakini bahwa media sosial mampu mewujudkan hubungan yang setara dan harmonis antara organisasi dan publik. Meskipun demikian, premis tersebut merupakan gagasan yang utopis. Penelitian ini berupaya menakar hubungan organisasi dan publik yang tercermin melalui diskusi dalam corporate tweet akun Twitter perusahaan di bidang industri telekomunikasi, otomotif, dan perbankan sepanjang periode 21 Juli-3 Agustus 2014. Periode tersebut merupakan rentang dengan tingkat interaksi tertinggi di akun corporate Twitter organisasi. Hasil penelitian mengonfirmasi utopi atas gagasan di atas. Aktualisasi praktik online public relations yang diyakini mampu memfasilitasi ruang dialogis antara organisasi dan publik di media sosial tidak terwujud. Hubungan antara organisasi dan publik tidak setara dan cenderung bersifat transaksional. Secara umum, penelitian ini menunjukkan bahwa media baru tidak mengubah cara organisasi berkomunikasi dengan publik.