Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Tanda-Tanda Perundungan dalam Film “Are You Okay?” Osvaldo, Juan; Pandrianto, Nigar
Koneksi Vol. 7 No. 2 (2023): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v7i2.21412

Abstract

A film is a moving image or so-called audio-visual media. Film can be used as a medium for conveying messages, and films currently act as a popular medium for conveying messages very effectively. Every film is always built with many marks. These signs have the meaning that the filmmaker wants to convey. In this research, the researcher wants to know and describe the signs of bullying in the short film "Are You Okay?". This study uses the concept of the film, bullying, the spiral of silence theory and Charles Sanders' model of semiotics. The subject of this research is scenes in the short film “Are You Okay?” who have signs of bullying, and the object of this research is the signs of bullying in the short film "Are You Okay?". The research method used by researchers is a qualitative research method. The theory used in this study is Charles Sanders Peirce's semiotic theory. The author uses document analysis and literature study to gather the required information. The results of this study indicate that there are signs of bullying in the short film "Are You Okay?" through a number of scenes in the form of representamen, objects, and interpretants. Film adalah gambar yang bergerak atau biasa disebut media audio visual. Film dapat dibuat sebagai media untuk menyampaikan sebuah pesan, film pada saat ini berperan sebagai media popular untuk menyampaikan pesan dengan sangat efektif. Setiap film selalu dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda tersebut memiliki makna-makna yang ingin disampaikan oleh pembuat film. Peneliti ingin mencari tahu serta mendeskripsikan tanda-tanda perundungan yang terdapat dalam film pendek “Are You Okay?”. Penelitian ini menggunakan konsep film, perundungan, teori spiral of silence dan semiotika model Charles Sanders. Subjek dari penelitian ini adalah adegan-adegan dalam film pendek “Are You Okay?” yang memiliki tanda-tanda perundungan dan objek dari penelitian kali ini adalah tanda-tanda perundungan pada film pendek “Are You Okay?”. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif dengan semiotika Charles Sanders Peirce. Penulis menggunakan analisis dokumen dan riset perpustakaan dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tanda-tanda perundungan dalam film pendek “Are You Okay?” melalui sejumlah scene dalam bentuk representamen, objek, dan interpretan.
Gambaran Budaya Patriarki dalam Film Ngeri-Ngeri Sedap Felix, Felix; Pandrianto, Nigar
Koneksi Vol. 7 No. 2 (2023): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v7i2.21512

Abstract

Watching movies is one of the most popular forms of entertainment for the public. The film, as a mass media, is often used to comment, criticize, give messages, to instill values ​​in society. The patriarchal cultural system is a system that is still widely embraced by several cultures in Indonesia and even the whole world. Therefore, patriarchy is often used as an issue raised in a film. The Missing Home film, which received a nomination for the best international feature film category at the 2023 Academy Awards, is one of the films that raise the issue of Patriarchy. This film tells about a conflict that arises between a father with his wife and their four children due to the patriarchal culture they live in. This study aims to determine the depiction of patriarchal culture in the Missing Home film. This study uses a descriptive qualitative approach, with John Fiske's semiotic analysis. Semiotic analysis is done on the Missing Home film. Data collection was carried out by documenting several scenes in the film and conducting interviews with a film producer as a research triangulator. This study found that there is a depiction of patriarchal culture which is symbolized by the elements in the Missing Home film. This depiction shows that the male characters in the film are more dominant, superior and powerful, while the female characters tend to be submissive and yielding. The ideology and conflict in the film NNS are also a picture of the social life of the Indonesian people. Conflict resolution in this film can become a new value ​​for society. Menonton film merupakan salah satu hiburan yang paling digemari oleh masyarakat. Film sebagai media massa sering digunakan untuk mengomentari, mengkritik, memberi pesan, hingga menanamkan nilai-nilai pada masyarakat. Sistem budaya patriarki merupakan sistem yang masih banyak dianut oleh beberapa budaya di Indonesia bahkan seluruh dunia. Oleh karena itu, patriarki sering menjadi isu yang diangkat dalam sebuah film. Film Ngeri-Ngeri Sedap yang mendapat nominasi di kategori film fitur internasional terbaik di Academy Awards 2023 adalah salah satu film yang mengangkat isu patriarki. Film ini menceritakan tentang sebuah konflik yang timbul antara sosok ayah dengan ibu serta keempat anaknya akibat budaya patriarki yang dijalaninya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggambaran budaya patriarki yang ada dalam film Ngeri-Ngeri Sedap. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan analisis semiotika John Fiske. Analisis semiotika dilakukan pada film Ngeri-Ngeri Sedap. Pengumpulan data dilakukan dengan mendokumentasi beberapa scene dalam film serta dilakukan wawancara dengan seorang produser film sebagai triangulator penelitian. Penelitian ini menemukan bahwa ada sebuah penggambaran budaya patriarki yang tersimbol lewat elemen-elemen pada film NNS. Penggambaran tersebut menunjukan tokoh laki-laki dalam film yang lebih dominan, superior, dan berkuasa, sedangkan tokoh perempuan yang cenderung tunduk dan mengalah. Ideologi dan konflik yang ada pada film NNS juga merupakan gambaran kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Penyelesaian konflik dalam film ini dapat menjadi nilai-nilai baru bagi masyarakat.
Tinjauan Semiotika Desakralisasi Posisi Laki-Laki dalam Film ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ Suryanto, Nathan; Pandrianto, Nigar
Koneksi Vol. 8 No. 1 (2024): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v8i1.21694

Abstract

This research will discuss the desacralisation of men in the film 'Seperti Dendam, Rindu Harus Dibalas Tuntas'. The film tells of various social conflicts, including discrimination against women and making women mere objects. But on the other hand, the women in the film have a heroic nature and have the same strength as men. Therefore, this film is interesting to study in seeing the desacralisation of the position of men throughout the film. This research uses the theoretical basis of mass media, mass communication, feminism and semiotics. This research uses a qualitative approach with data collection methods of observation, documentation and interviews. As a result, the film contains many scenes that show the desacralisation of men. To strengthen the desacralisation, the film shows the discriminatory side towards women. The film shows that women can fight back and have the same power as men. The film is also very much related to feminist views, with a rebuttal to misogynist views. Penelitian ini akan membahas mengenai desakralisasi terhadap kaum laki-laki dalam film ‘Seperti Dendam Rindu Harus Dibalas Tuntas’. Film tersebut menceritakan berbagai konflik sosial termasuk diskriminasi terhadap kaum perempuan dan menjadikan perempuan sebagai objek belaka. Namun di sisi lain, kaum perempuan pada film tersebut memiliki sifat yang heroik dan memiliki kekuatan yang sama dengan kaum laki-laki. Oleh karenanya, film ini menjadi menarik untuk diteliti dalam melihat desakralisasi terhadap posisi kaum laki-laki yang ada sepanjang film. Penelitian ini menggunakan landasan teori media massa, komunikasi massa, feminisme dan semiotika. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasilnya, film banyak mengandung adegan-adegan yang menunjukkan desakralisasi kaum laki-laki. Untuk memperkuat desakralisasi tersebut, film menunjukkan sisi diskriminatif terhadap kaum perempuan. Film menunjukkan bahwa perempuan dapat melawan dan memiliki kekuatan yang sama dengan laki-laki. Film ini juga sangat berkaitan dengan pandangan feminisme dengan bantahan terhadap pandangan misoginis.
Analisis Semiotika Konten Sebat Cuy Episode Satu Bramantyo, Nicholas Galih Adhi; Pandrianto, Nigar
Koneksi Vol. 8 No. 2 (2024): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v8i2.27588

Abstract

This research analyzes comedy content or content that contains humor. The comedy content discussed is the content of Sebat Cuy episode 1 (one) with the theme “Terlilit Hutang (Indebtedness).” The content contains tragedy. This research focuses on the semiotic analysis of the tragedy that occurred in the “Sebat Cuy” episode one content characters, through this tragedy, the symbolic meaning of each element contained therein is sought. Semiotic analysis aims to get messages and morals that are expected to be useful for the community. This analysis can develop over time, but the symbolic meaning contained can still provide useful meaning for the surrounding environment. The theory used in this research is semiotic analysis, according to Roland Barthes, which will share the content of the “Sebat Cuy” content into several parts so that the meaning of all the symbols contained in each scene can be found. “Sebat Cuy's” content has various symbolic things that can be discussed through the tragedy contained, these aspects can be noticed through the props used as comedy support tools, the colors in the video, the expressions of the cast, and the words released from each cast have meaning both from intonation and also the terms in each word. Penelitian ini menganalisa tentang konten komedi atau konten yang mengandung humor. Konten komedi yang dibahas adalah konten Sebat Cuy episode 1 (satu) dengan tema “Terlilit Hutang”. Terkandung tragedi didalam konten tersebut. Penelitian ini berfokus pada analisis semiotika pada tragedi yang terjadi pada tokoh-tokoh konten Sebat Cuy episode satu, melalui tragedi ini dicari arti simbolik dari setiap unsur yang terkandung didalamnya. Melalui analisis semiotika bertujuan untuk mendapatkan pesan dan moral yang diharapkan dapat berguna bagi masyarakat. Analisis ini bisa berkembang seiring dengan berjalannya waktu, tetapi arti simbolik yang terkandung tetap dapat memberikan makna yang berguna bagi lingkungan sekitar. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis semiotika menurut Roland Barthes yang akan membagikan kandungan di dalam konten Sebat Cuy menjadi beberapa bagian sehingga dapat dicari arti dari semua simbol yang terkandung pada setiap adegannya. Konten Sebat Cuy ini memiliki berbagai hal simbolik yang dapat dibahas melalui tragedi yang terkandung, aspek-aspek ini dapat diperhatikan melalui: properti yang digunakan sebagai alat pendukung komedi, warna pada video, ekspresi para pemeran, dan kata-kata yang dikeluarkan dari setiap pemeran memiliki makna baik dari intonasi dan juga istilah pada setiap kata tersebut.
Komunikasi Simbol Tradisional Jawa pada Ruang Pendopo di Restoran Warisan By Lordji Lauw, Laura; Pandrianto, Nigar
Koneksi Vol. 8 No. 1 (2024): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v8i1.27617

Abstract

Each restaurant certainly has its own charm and characteristics, one of which is the Warisan By Lordji Restaurant. This restaurant has a unique concept, which is a restaurant with a traditional Javanese concept. This can be seen from the shape of the building, indoor and outdoor decorations, until the food menu. In the restaurant building with a traditional Javanese concept, of course it has certain spatial functions, symbols and meanings in communication. In this case, researcher will discuss how spatial functions as a medium for communicating traditional Javanese symbols at the Warisan By Lordji Restaurant. The method used in this research is a qualitative descriptive method. The theories used are intercultural communication, traditional architecture, spatial, symbols, pavilions as symbols, and store atmosphere. The results and conclusions that can be drawn from this research are that in today's modern world, most restaurants that use traditional Javanese concepts no longer have or contain sacred symbolic values. Most of the symbols on pavilions in restaurants have been negotiated or mixed and adapted to modern values. However, even though it has been mixed with modern values, restaurants with a traditional Javanese concept are still considered attractive and unique to this day.   Setiap restoran memiliki daya tarik dan ciri khas tersendiri, salah satunya Restoran Warisan By Lordji. Restoran ini memiliki konsep yang unik yaitu dibangun dengan konsep tradisional Jawa. Hal ini dapat dilihat dari bentuk bangunannya, dekorasi dalam ruangan maupun luar ruangan, hingga menu makanan. Bangunan restoran dengan konsep tradisional Jawa, memiliki fungsi ruang, simbol-simbol dan arti tertentu pada komunikasi. Penelitian ini mengenai bagaimana fungsi ruang sebagai media komunikasi simbol tradisional Jawa pada Restoran Warisan By Lordji. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan antara lain komunikasi antarbudaya, arsitektur tradisional, ruang (spatial), sampai simbol, pendopo, serta store atmoshphere. Kesimpulan yang dapat ditarik melalui penelitian ini antara lain di dunia modern sebagian besar restoran yang menggunakan konsep tradisional Jawa sudah tidak memiliki atau mengandung nilai-nilai simbolik yang bersifat sakral. Sebagian besar simbol pada pendopo di restoran sudah dinegosiasikan atau bercampur dan disesuaikan dengan nilai modern. Namun meskipun telah bercampur dengan nilai modern, restoran dengan konsep tradisional Jawa masih tetap dianggap menarik dan diaggap unik sampai saat ini.
Tinjauan Semiotis terhadap Pemaknaan Feminisme dalam Karakter Film “Barbie” Salsabila, Naura Alfira; Pandrianto, Nigar
Koneksi Vol. 8 No. 2 (2024): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v8i2.27642

Abstract

The Barbie movie is not just about a toy, but also a subject in media production that can have a significant impact on views regarding feminism and the role of women in society. This research employs semiotic analysis techniques to explore the meanings of feminism within the Barbie movie characters. Through the semiotic analysis techniques developed by Roland Barthes, the study explores signs and symbols in visual, narrative, and linguistic elements that reveal hidden messages related to feminism issus, such as gender inequality. It provides a deep understanding of how the character images reflect and critique social norms surroundings gender roles. The research findings indicate that Barbie films explore gender inequality issues from two perspectives, depicting patriarchy in the real world and gender stereotypes in the fictional Barbie Land. This analysis summarizes feminism messages with a positive and inclusive potrayal, demonstrating the efforts to address gender inequality in society. It contributes to a broader understanding of feminism representation in the media, particularly in the context of Barbie films. Film “Barbie” bukan sekadar soal sebuah mainan, melainkan juga subjek dalam produksi media yang dapat menjadi dampak besar terhadap pandangan feminisme dan peran perempuan dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan teknik analisis semiotika untuk meneliti pemaknaan feminisme dalam karakter film “Barbie”. Melalui teknik analisis semiotika yang dikembangkan oleh Roland Barthes, penelitian ini mengeksplorasi tanda-tanda dan simbol-simbol dari elemen visual, naratif, dan bahasa yang mengungkapkan pesan tersembunyi yang terkait dengan isu feminisme yaitu ketidaksetaraan gender, memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana citra karakter mencerminkan dan mengkritisi norma sosial seputar peran gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film “Barbie” menyelidiki isu-isu ketidaksetaraan gender dari dua perspektif, menggambarkan patriarki dalam dunia nyata dan stereotip gender di dunia fiksi Barbie Land. Analisis ini merangkum pesan feminisme dengan gambaran positif dan inklusif dalam menunjukkan upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan gender dalam masyarakat, memberikan kontribusi pada pemahaman lebih luas mengenai representasi feminisme dalam media secara umum, khususnya dalam konteks film Barbie.
Analisis Peran Tim Kreatif Riko The Series dalam Menghasilkan Konten Edukasi Bustomi, Ahsya Thalita; Pandrianto, Nigar
Koneksi Vol. 8 No. 2 (2024): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v8i2.27675

Abstract

The creative team is the crew involved in the creative stages of a movie. One of these creative stages is aimed at producing educational content. For example, the educational values contained in the animated film Riko The Series. This research uses a descriptive qualitative approach. Data collection was conducted using observation, interview, and documentation methods. Interviews were conducted with an organizational communication expert related to organizational communication that occurs in the creative team of Riko, the animated films series. Based on the results of the research, it was found that the creative team of Riko the Series animated film carried out the organizational communication process to launch the process or production stages of the animated film. In addition, it fulfills the creative stages and the production process to get educational content. Tim kreatif merupakan kru yang terlibat pada tahapan kreatif suatu film. Tahapan kreatif tersebut salah satunya ditujukan untuk menghasilkan konten edukasi. Contohnya nilai-nilai edukasi yang terkandung dalam film animasi Riko The Series. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan seorang ahli komunikasi organisasi terkait komunikasi organisasi yang terjadi pada tim kreatif film animasi Riko the Series. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa tim kreatif film animasi Riko the Series menjalankan proses komunikasi organisasi untuk melancarkan proses atau tahapan produksi dari film animasi. Selain itu juga memenuhi tahapan kreatif, dan proses produksi untuk mendapatkan konten yang bersifat edukatif.