Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH MASERASI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPONEN POLIFENOL KULIT BUAH KAKAO DAN KULIT BIJI KAKAO Suci Rahma Ajiaviaty; Indira Lanti Kayaputri; Yana Cahyana; Mohamad Djali
Seminar Nasional Biologi, Saintek, dan Pembelajarannya (SN-Biosper) Seminar Nasional Biologi, Saintek, dan Pembelajarannya I Tahun 2019 ISBN: 978-602-9250-40-4
Publisher : Seminar Nasional Biologi, Saintek, dan Pembelajarannya (SN-Biosper)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kulit buah kakao dan kulit biji kakao merupakan limbah yang dihasilkan dari pengolahan kakao yang belum dimanfaatkan secara optimal. Kulit buah kakao dan kulit biji kakao memiliki komponen polifenol yang bersifat antioksidan dan antibakteri sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami pada produk pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara waktu maserasi dengan karakteristik polifenol kulit buah kakao dan kulit biji kakao. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dilanjutkan analisis deskriptif dengan 5 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan lama maserasi yaitu 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, dan 60 jam. Ekstrak kulit buah kakao dengan lama maserasi 24 jam memiliki nilai total fenol sebesar 5,95% dengan nilai IC50 sebesar 22,93 (sangat kuat) dan zona hambat antimikroba sebesar 11,67 mm terhadap Escherichia coli dan 10,33 mm terhadap Staphylococcus aureus. Ekstrak kulit biji kakao dengan lama maserasi 36 jam memiliki nilai total fenol sebesar 2,18% dengan nilai IC50 sebesar 69,82 (kuat) dan zona hambat antimikroba sebesar 5,33 mm terhadap Escherichia coli dan 3,78 mm terhadap Staphylococcus aureus.
INTRODUKSI PRODUK OLAHAN BERBASIS PISANG PADA UNIT USAHA PENGOLAHAN PANGAN DI DESA CILEUNYI KULON KABUPATEN BANDUNG Yana Cahyana
Dharmakarya Vol 8, No 3 (2019): September 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.255 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v8i3.19807

Abstract

Program Pengabdian Masyarakat Dosen (PPMD) berlokasi di Desa Cileunyi Kulon Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Khalayak sasaran yang ditargetkan adalah pemilik UKM Pengolahan Pangan dan perwakilan kader Desa Cileunyi Kulon di Kecamatan Cileunyi. Kegiatan ini bertujuan (1) Mensosialisasikan manfaat/potensi buah pisang sebagai bahan baku olahan pangan serta cara pengolahan buah pisang menjadi berbagai produk aneka camilan, (2) Mensosialisasikan cara pengemasan dan pelabelan produk pangan yang baik  sehingga lebih menarik dan optimal melindungi produk sehingga dapat mengurangi produk return, dan (3) Membangkitkan motivasi masyarakat sasaran untuk mengembangkan pengolahan produk pangan berbasis pisang. Metode yang diterapkan pada pelatihan ini antara lain berupa penyuluhan mengenai beberapa teori yang mendukung (CPPB-IRT,  potensi dan komposisi pisang, cara pengolahan pisang menjadi berbagai produk olahan pangan, cara pengemasan yang baik), praktek pengolahan pisang menjadi produk olahan pangan dan pendampingan pengolahan pisang. Output yang diinginkan dari kegiatan ini adalah antara lain: (1) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan unit usaha sasaran mengenai potensi dan cara pengolahan buah pisang, (2) meningkatnya pengetahuan mengenai cara pengemasan dan pelabelan produk pangan yang baik, dan (3) meningkatkan motivasi untuk mengembangkan usaha pengolahan pangan berbasis pisang. Setelah kegiatan terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta mengenai CPPB-IRT, potensi dan komposisi pisang, cara pengolahan pisang menjadi produk pangan dan cara pengemasan dan pelabelan yang baik untuk pangan. Selain itu meningkatnya motivasi peserta untuk mengembangkan usaha di bidang produk olahan berbasis pisang. 
Sifat Fungsional dan Amilografi Pati Millet Putih (Pennisetum glaucum) Termodifikasi secara Heat Moisture Treatment dan Annealing Herlina Marta; Marsetio Marsetio; Yana Cahyana; Arum Galih Pertiwi
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 3 (2016): Agustus 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.144 KB) | DOI: 10.17728/jatp.175

Abstract

Pati millet putih alami mempunyai beberapa kendala jika dipakai sebagai bahan baku dalam industri pangan, yaitu pati alami tidak tahan pada pemanasan suhu tinggi dan tidak tahan pada proses mekanis, sehingga kurang cocok untuk diaplikasikan pada produk yang memerlukan proses pemanasan tinggi seperti saus. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi pati untuk memperbaiki sifat pati alami tersebut. Modifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi secara Heat Moisture Treatment (HMT) dan annealing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan sifat fungsional dan amilografi pati millet putih alami dengan pati millet putih yang termodifikasi secara HMT dan annealing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi HMT dan annealing dapat memperbaiki sifat pati alami tersebut, yaitu meningkatkan ketahanan terhadap panas dan proses mekanis. Berdasarkan grafik amilogram, pati termodifikasi HMT memiliki pola viskositas tipe B sehingga cocok diaplikasikan untuk produk saus dan pati termodifikasi annealing memiliki pola viskositas tipe A sehingga cocok diaplikasikan untuk produk roti. Modifikasi HMT menyebabkan terjadinya penurunan swelling volume, freeze thaw stability, kekuatan gel, derajat putih, kadar air, viskositas puncak, viskositas pasta panas, viskositas breakdown, viskositas pasta dingin, dan viskositas setback pati millet putih alami serta peningkatan kelarutan, kapasitas penyerapan air, DE, dan suhu awal gelatinisasi pati millet putih alami, sedangkan modifikasi annealing menyebabkan terjadinya penurunan swelling volume, freeze thaw stability, kadar air, viskositas puncak, viskositas pasta panas, viskositas pasta dingin, dan viskositas setback pati millet putih serta peningkatan kelarutan, kapasitas penyerapan air, kekuatan gel, derajat putih, DE, suhu awal gelatinisasi, dan viskositas breakdown pati millet putih.AbstractNative millet starch has several problems when used as raw materials in the food industry, which is native millet starch can not stand on the high temperature heating and can not stand on the mechanical process, so that it doesn’t suitable for products that require high heating process such as sauces. Therefore, native starch had to modified to improve the properties of the native starch. Modifications that used in this study were Heat Moisture Treatment (HMT) and annealing. The aim of this study was to determine the differences of functional and amylograph properties of native millet starch with HMT and annealing millet starch. Results from this research was HMT and annealing modification can improve the properties of the native starch, which increase resistance in thermal and mechanical process. Based on the amylogram graph, HMT starch has a type B pattern that properly used for sauces and annealing starch has a type A pattern that properly used for bakery products. HMT modification cause decrease in swelling volume, freeze thaw stability, gel strength, whiteness, water content, peak viscosity, hold viscosity, breakdown viscosity, final viscosity, and setback viscosity of native millet starch, and also increase in solubility, water absorption capacity, DE, and gelatinization temperature of native millet starch, while the annealing modification cause decrease in swelling volume, freeze thaw stability, moisture content, viscosity peak, hold viscosity, final viscosity and setback viscosity of native millet starch and increase in solubility, water absorption capacity, gel strength, whiteness, DE, gelatinization temperature and breakdown viscosity of native millet starch.Keywords: millet starch, Heat Moisture Treatment (HMT), annealing, functional, amylograph.
Flavonoids as Antidiabetic Agents Yana Cahyana; Tsani Adiyanti
Indonesian Journal of Chemistry Vol 21, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijc.58439

Abstract

Flavonoids are polyphenol compounds that exert many potential health benefits, including diabetes type-II, which is the third most common disease that causes death, right after cancer and cardiovascular diseases. The excessively high level of blood glucose has been believed to trigger type II diabetes. The aim of this review is to describe the flavonoid's ability as an alternative treatment for diabetes type-II patients. This paper addresses several aspects in which flavonoids may impart a pivotal role in starch digestion, such as the interaction of flavonoids with enzymes involved in starch hydrolysis, the role of flavonoids in inhibiting glucose absorption, as well as the interaction of flavonoids with starch to form a complex resistant to hydrolysis. Further studies, however, are suggested to extensively carry out, particularly the ones dealing with the intervention study using human volunteers to reveal the role of flavonoids in the real applications. The data on human intervention studies are still rare and can further be exploited using meta-analysis to have firmer results. Flavonoids in the food matrix are more realistic to perform to reveal the effect of interaction with other compounds, which may affect the mechanism of flavonoids interaction or their bioavailability.
KARAKTERISTIK DAN SENYAWA FENOLIK MIKROKAPSUL EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera) DENGAN KOMBINASI MALTODEKSTRIN DAN WHEY PROTEIN ISOLAT Iis Sadiah; Rossi Indiarto; Yana Cahyana
Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol. 32 No. 3 (2022): Jurnal Teknologi Industri Pertanian
Publisher : Department of Agroindustrial Technology, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24961/j.tek.ind.pert.2022.32.3.273

Abstract

Moringa leaves (Moringa oleifera) have bioactive components such as phenolic compounds, which have antioxidant activity and are beneficial for health, such as preventing free radicals, anticancer and antidiabetic. Bioactive ingredients from Moringa leaves have weaknesses namely, they are sensitive to heat, light, and oxygen, so an encapsulation process is needed to minimize the loss of bioactive compounds in the extract. This study aimed to determine the effect of coating ingredients from maltodextrin and Whey Protein Isolate with ratios (1:3 and 3:1) on the characteristics of Moringa leaf extract microcapsules. This research is descriptive research with three repetitions. Dried moringa leaves were extracted using ethanol solvent with the Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) method. The extract obtained was encapsulated and spray-dried at an inlet temperature of 125°C. The results showed that Moringa leaf extract had a phenolic content of 590.25 ± 1.12 (mg GAE/g), a flavonoid content of 173.96 ± 1.57 mg QE/g and an IC50 value of 52.74 µg/mL. The combination of maltodextrin and whey protein isolate (WPI) coating materials with ratios (1:3 and 3:1) produced yield values (53.66 ± 2.25 % and 60.78 ± 4.60%), water content (3.49 ± 0.35 % and 3.73 ± 0.4 %), solubility (95 ± 0.03% and 86 ± 0.08 %), total phenolic (377.21 ± 0.82 mg GAE/g and 349.88 ± 1, 64 mg GAE/g), total flavonoids (101.32 ± 3.36 mg QE/g and 86.35 ± 2.81 mg QE/g), IC50 (88.22 ± 0.68 µg/mL and 149, 65 ± 4.03 µg/mL) and encapsulation efficiency (63.94% and 59.31%) and the resulting colour leads to a green colour. Keywords: Moringa leaves, maltodextrin, microcapsules, whey protein isolate
Kajian Perbandingan Metode Pretreatment Ozonasi Dan Pemanasan Uap Bertekanan Terhadap Polifenol Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Duhita Diantiparamudita Utama; Mohammad Djali; Yana Cahyana
Pontianak Nutrition Journal (PNJ) Vol 4, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.051 KB) | DOI: 10.30602/pnj.v4i1.724

Abstract

Kulit biji kakao merupakan kulit tipis, lunak dan agak berlendir yang menyelubungi keping biji kakao yang dihasilkan dari sisa produksi pengolahan biji kakao. Keberadaan limbah kulit biji kakao sering kali dibiarkan begitu saja menjadi sampah industri pengolahan cokelat sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Padahal kulit biji kakao diketahui masih mengandung senyawa aktif seperti polifenol dan antioksidan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai produk fungsional. Namun, komponen bioaktif dalam bahan berlignoselulosa sulit dipisahkan sehingga ekstrak bioaktif yang didapat kurang maksimal. Oleh karena itu dilakukan pretreatment delignifikasi dengan menggunakan metode ozonasi dan pemanasan uap bertekanan untuk mendegradasi komponen lignoselulosa yang mengikat senyawa bioaktif tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pretreatment ozonasi dengan pemanasan uap bertekanan dalam meningkatkan perolehan senyawa polifenol dan aktivitas antioksidan pada ekstrak kulit biji kakao. Perlakuan dalam penelitian ini yaitu tanpa pretreatment, pretreatment ozonasi (laju alir oksigen= 2L/menit, t= 1 menit, konsentrasi= 18 ppm) dan pretreatment pemanasan uap bertekanan (autoklaf, T=129oC, 2 atm, t= 5 menit). Parameter yang diukur meliputi total fenol dan aktivitas antioksidan. Berdasarkan hasil penelitian, metode pretreatment pemanasan uap bertekanan menunjukkan hasil terbaik dengan perolehan senyawa polifenol (GAE) 10,13 mg/g dan aktivitas antioksidan (IC50)277,14 ppm. Sedangkan pada metode pretreatment ozonasi menghasilkan perolehan senyawa polifenol (GAE) 7,62 mg/g dan aktivitas antioksidan (IC50) 559,24 ppm. Kedua metode pretreatment tersebut secara keseluruhan meningkatkan perolehan baik polifenol maupun aktivitas antioksidan dibandingkan dengan tanpa perlakuan (GAE 3,97 mg/g, IC50 1361,18 ppm). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pretreatment delignifikasi penting dilakukan untuk meningkatkan perolehan polifenol dan aktivitas antioksidan ekstrak kulit biji kakao.