Saptadi, Darmawan
Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Studi Mutu Benih Paria (Momordica charantia L.) pada Tingkat Kemasakan Buah dan Genotipe Yang Berbeda Indrawati, Laili Surur; Saptadi, Darmawan
Jurnal Produksi Tanaman Vol 6, No 11 (2018)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1005

Abstract

Paria merupakan tanaman semusim yang buahnya dimanfatkan masyarakat sebagai sayuran dan obat. Dalam budidaya paria seringkali benih perlu diskarifikasi. Meskipun telah diskarifikasi, daya tumbuhnya masih rendah. Tingkat kemasakan buah dan genotipe dapat menjadi indikator untuk menghasilkan benih paria yang bermutu. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui interaksi antara genotipe dan tingkat kemasakan buah paria terhadap mutu benih fisik dan fisiologi serta mengetahui umur masak fisiologi paria pada masing-masing genotipe. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juli 2017 di laboratorium dan green house PT. BISI International Tbk. Kediri. Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu budidaya paria dan pengujian mutu benih. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 faktor dan 2 ulangan. Jika terdapat interaksi atau faktor perlakuan yang beda nyata, dilanjutkan dengan uji BNJ (α=5%). Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi antara genotipe dan tingkat kemasakan buah paria terhadap variabel rendemen benih, panjang benih, daya berkecambah dan berat kering kecambah normal. Genotipe D (IT) memiliki rerata tertinggi pada variabelberat 1000 benih, jumlah benih per buah tetapi memiliki rerata terendah pada kadar air benih. Variabel kekuatan tumbuh dan tinggi bibit pada genotipe A (AS) dan D (IT) memiliki rerata yang baik. Pada tingkat kemasakan buah 22 dan 23 hari setelah polinasi memiliki rerata yang tinggi pada variabel diameter benih, berat 1000 benih, kecepatan tumbuh dan kekuatan tumbuh, sedangkan menjadi rerata terendah pada variabel kadar air benih.
Eksplorasi Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam.) di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur Auliya, Daniyatul; Saptadi, Darmawan; Kuswanto, Kuswanto
Jurnal Produksi Tanaman Vol 6, No 11 (2018)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1012

Abstract

Tanaman kelor saat ini sudah menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia, karena semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan obat-obatan.  Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari sebaran tanaman kelor, mempelajari keanekaragaman tanaman kelor berdasarkan karakter morfologi, menduga jarak genetik tanaman kelor, berdasarkan karakter morfologi. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2017 di Kecamatan Licin dan Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Metode penelitian menggunakan metode survey yaitu snowball sampling dengan melakukan wawancara dan identifikasi. Keberadaan tanaman kelor yang ditemukan dari dua kecamatan yang terdiri dari enam desa masing-masing ditentukan 10 titik. 62 aksesi tanaman kelor mempunyai keragaman tinggi. Keragamannya antara lain pada, bentuk pohon, warna batang, bentuk permukaan batang, bentuk daun primer, bentuk daun majemuk, warna daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun, warna rakhis. Didapatkan 8 kelompok dengan tingkat kemiripan 72-99% berdasarkan karakter morfologi.
Studi Genetika Aksesi F1 Hasil Pemuliaan Konvensional Jeruk Siam Mamuju (Citrus nobilis) X Satsuma Mandarin Saputra, Dani Adi; Martasari, Chaireni; Saptadi, Darmawan
Jurnal Produksi Tanaman Vol 6, No 12 (2018)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1048

Abstract

Jenis jeruk Siam Mamuju memiliki potensi yaitu dari segi kualitas rasa dan kemampuan tumbuh tanaman dapat dibudidayakan pada dataran rendah (lahan gambut) maupun dataran tinggi. Pada tahun 2006 Balitjestro Malang telah melakukan persilangan secara konvensional antara jeruk Siam dengan beberapa varietas tetua jantan. Besar keragaman tanaman dapat diidentifikasi secara morfologi dan molekuler, namun untuk membedakan pada tahap awal dapat dilakukan secara morfologi, sedangkan untuk lebih memas-tikan keragaman yang dihasilkan dapat melalui analisis molekuler (Karyanti, 2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman pada aksesi dan mendapat informasi proporsi sifat genetik yang diwariskan dari kedua tetua pada tiap aksesi F1 hasil persilangan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (BALITJESTRO) Tlekung, Kecamatan Junrejo Kota Batu, Jawa Timur. pada bulan Maret-Juni 2017. Penanda SSR dan ISSR digunakan untuk mengidentifikasi 20 aksesi P5. Pengelompokkan aksesi dalam dendogram dihitung menurut UPGMA menggunakan metode SAHN.  Hasil identifikasi pada 20 aksesi (P5 hasil persilangan Siam Mamuju (♀) X Satsuma (♂)) menunjukkan terdapat keragaman. Diketahui dari seluruh hasil identifikasi bahwa tetua Siam Mamuju memiliki proporsi sifat dominan secara genetik pada 20 aksesi F1.
Penampilan 9 Calon Varietas Hibrida Melon (Cucumis melo L.) Sari, Indah Purnama; Saptadi, Darmawan; Setiyawan, Aries
Jurnal Produksi Tanaman Vol 7, No 4 (2019)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1099

Abstract

Identifikasi penampilan calon varietas diperlukan untuk pertimbangan pelepasan varietas.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penampilan dan keunggulan 9 calon varietas hibrida melon.Penelitian dilaksanakan di Desa Pulerejo, Ngantru, Tulungagung, tanggal 19 Februari - 23 April 2018.Bahan yang digunakan adalah 9 calon varietas hibrida melon tahan Gemini virus dan 3 varietas pembanding.Penelitian menggunakan RAK dengan perlakuan 12 genotip melon (9 calon varietas hibrida melon, dan 3 varietas pembanding) dengan 3 ulangan.Karakter kualitatif dianalisis deskriptif sesuai dengan description for melon dari IPGRI.Karakter kuantitatif dianalisis dengan analisis ragam dan uji lanjut DMRT 5% serta di hitung nilai KKG dan KK dalam varietas/calon varietas. Berdasarkan karakter berat per buah, semua calon varietas sama unggulnya dengan ketiga varietas pembanding. Berdasarkan karakter distribusi net, calon varietas MEP-694, MEP-703, MEP-704, dan MEP-710 sama unggulnya dengan ketiga varietas pembanding. Berdasarkan karakter kemanisan, calon MEP-681 dan MEP-686 lebih unggul dari varietas Action.Berdasarkan karakter intensitas net (ketebalan kulit), semua calon varietas lebih unggul dari varietas Action dan Pertiwi.Berdasarkan karakter ketebalan daging buah, calon varietas MEP-686, MEP-694, MEP-703, MEP-710, dan MEP-713 lebih unggul dari varietas Action.
Persilangan Kedelai (Glycine max L. Merrill.) Varietas Anjasmoro dan Grobogan dengan Galur Gm2 dan Gm5 Toleran Alumunium (Al) Fatimah, Laila Nur; Pardal, Saptowo Jumali; Saptadi, Darmawan
Jurnal Produksi Tanaman Vol 7, No 4 (2019)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1101

Abstract

Transformasi genetik dengan menyisipkan genMaMt2 sebagai gen toleran alumunium (Al) pada kedelai (Glycine max L. Merril.)telah dilakukan dan hasil seleksi diperoleh galur Gm2 dan Gm5. Galur Gm2 dan Gm5 memiliki biji kecil dan produktivitas rendah sehingga perlu ditingkatkan melalui persilangan buatan. Persilangan dilakukan menggunakan tetua betina varietas Anjasmoro dan Grobogan karena memiliki produktivitas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan persilangan antara galur Gm2 dan Gm5 dengan varietas Anjasmoro dan Grobogan. Persilangan dilakukan dengan tiga kelompok perlakuan yaitu persilangan buatan (crossing), selfing buatan dan selfing alami. Hasil persilangan buatan menunjukkanpersentase 56,67% hingga 80%, dengan tetua jantan galur Gm5 memilikipersentase lebih tinggi dibandingkan galur Gm2. Keberhasilan selfing alami memiliki rerata paling tinggi (93,33% sampai 96,67%) dibandingkan selfing buatan maupun persilangan buatan.
Uji Potensi Hasil Hibrida-Hibrida Baru Jagung (Zea mays L.) Febriandaru, Guruh; Saptadi, Darmawan; Yustiana, Yustiana
Jurnal Produksi Tanaman Vol 7, No 6 (2019)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1140

Abstract

Jagung merupakan komoditas palawija utama di Indonesia karena sebagai bahan pangan manusia, menjadi sumber pakan ternak dan bahan industri lainnya. Kebutuhan jagung untuk pangan, pakan ternak, dan bahan industri yang meningkat tajam, merupakan tantangan dalam penye-diaan jagung secara berkesinambungan. Sehingga, berdasarkan informasi tersebut perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan produksi jagung nasional, mengingat masih terdapat kendala - kendala yang meng-hambat produktivitas tanaman jagung baik dari pengaruh lingkungan maupun secara genetik. Dalam upaya mendapatkan varietas unggul dengan produktivitas tinggi, dilakukan tahapan kegiatan penelitian uji potensi hasil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi hasil dari hibrida-hibrida baru jagung yang memiliki potensi hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit dibandingkan varietas pembanding. Pene-litian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) 2 ulangan dengan 25 perlakuan yaitu 22 hibrida harapan dan 3 varietas komersial (BISI-18, NK6172 dan P35). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2018. Analisis ragam menunjukkan perlakuan hibrida memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tinggi tanaman, tinggi tongkol, umur masak fisiologis, persentase pengisian biji, jumlah baris per tongkol, diameter tongkol, kadar air, densitas, rendemen dan potensi hasil namun perlakuan hibrida tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel umur berbunga jantan, umur berbunga betina, jumlah biji per baris dan berat 1000 biji. Hibrida harapan yang memiliki potensi hasil tinggi dan tahan penyakit yang lebih baik atau sama dengan varietas pembanding dan berpotensi dijadikan hibrida varietas baru adalah hibrida harapan H6 dan H12.
Evaluasi Karakter 35 Genotipe Kacang Ercis (Pisum sativum L.) untuk Simulasi Pengujian Buss (Baru, Unik, Seragam, dan Stabil) Ardhani, Dhiya Nabilla; Waluyo, Budi; Saptadi, Darmawan
Jurnal Produksi Tanaman Vol 7, No 6 (2019)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1161

Abstract

Ercis adalah sayuran yang bergizi tinggi. Impor ercis di Indonesia beberapa tahun terakhir meningkat, hal tersebut terjadi karena kebutuhan ercis yang tinggi namun tidak diimbangi dengan produksinya yang rendah. Rendahnya produksi ercis disebabkan karena budidaya ercis di Indonesia masih menggunakan benih hasil panen sebelumnya atau menggunakan benih unggul dari luar negeri. Permasalahan ini dapat diatasi dengan pengembangan varietas unggul. Varietas lokal dapat menjadi sumber genetik bagi perakitan varietas unggul di Indonesia. Sumber genetik dari varietas lokal tersebut telah diseleksi sesuai tujuan pemuliaan dan menghasilkan banyak galur, namun galur-galur tersebut belum memperoleh Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). PVT penting bagi pemulia karena dapat memberikan berbagai manfaat. Varietas hasil pemuliaan akan memperoleh hak PVT apabila lolos uji BUSS (baru, unik, seragam, dan stabil). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi karakter baru, unik, seragam, dan stabil dari 35 genotipe kacang ercis sebagai simulasi pengujian BUSS.Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret hingga Mei 2018 di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 37 perlakuan dan 3 kali ulangan. Varietas pembanding yang digunakan adalah Taichung Coklat dan Taichung Hijau. Variabel pengamatan terdiri dari karakter 35 kuantitatif serta 19 karakter kualitatif dan pseudokualitatif. Hasil pengamatan karakter kualitatif disajikan dalam bentuk data deskriptif. Keunikan karakter diuji menggunakan uji t dua sampel berbeda. Keseragaman dan kestabilan karakter diuji menggunakan perhitungan koefisien keragaman. Simulasi BUSS yang dilakukan mendapatkan hasil bahwa 35 genotipe termasuk baru dan unik, namun hanya dua genotipe yang lolos uji keseragaman dan kestabilan.
Karakterisasi Beberapa Jenis Anggrek Berdasarkan Karakter Morfologi Purba, Brando Renzo Marganda; Saptadi, Darmawan
Jurnal Produksi Tanaman Vol 7, No 7 (2019)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1173

Abstract

Karakteristik yang unik dari anggrek menjadi daya tarik tersendiri dari tanaman hias ini sehingga banyak diminati oleh konsumen. Tujuan dari penelitian adalah untuk melakukan karakterisasi 20 jenis anggrek. Penelitian dilaksanakan di Kebun Handoyo Budi Orchid yang terletak di Jl. Raya Telasih, Desa Ngijo, Karangploso, Malang, pada bulan April sampai Agustus 2018. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 jenis anggrek yang sedang berbunga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Karakterisasi anggrek dilakukan dengan mengamati ciri morfologi yang terdapat pada masing-masing anggrek dengan menggunakan panduan karakterisasi tanaman hias anggrek dari Komisi Nasional Plasma Nutfah. Karakterisasi morfologi yang telah dilakukan pada 20 jenis anggrek yang sedang berbunga memiliki variasi yang beragam pada karakter morfologi setiap variabel pengamatan. 20 jenis anggrek tersebut memiliki kemiripan pada karakter morfologi tekstur permukaan daun, susunan daun dan bentuk tepi daun. Pada karakter morfologi lainnya, satu tanaman dengan tanaman lainnya memiliki perbedaan yang beragam. Hasil karakterisasi dapat digunakan untuk mendapatkan kemiripan dan keunikan pada 20 jenis anggrek. Kemiripan dan keunikan tersebut menunjukkan keragaman karakter morfologi pada 20 jenis anggrek.
Korelasi antara Komponen Hasil terhadap Hasil Beberapa Genotip Kacang Ercis (Pisum sativum L.) di Dataran Rendah Hikmah, Siti Nurul; Waluyo, Budi; Saptadi, Darmawan
Jurnal Produksi Tanaman Vol 7, No 10 (2019)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1260

Abstract

Kacang ercis merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan polongnya karena memiliki nilai gizi tinggi. Produksi kacang ercis di Indonesia masih tergolong rendah dikarenakan proses budidaya kacang ercis hanya difokuskan pada dataran tinggi saja. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kacang ercis adalah pemilihan genotipe yang adaptif di tanam di dataran rendah. Analisis korelasi dapat digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara komponen hasil dengan hasil sehingga sangat berguna dalam bidang pemuliaan tanaman yaitu melaui kegiatan seleksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara komponen hasil terhadap hasil tanaman kacang ercis di dataran rendah. Penelitian ini menggunakan rancangan Augmented Design dengan perlakukan 82 aksesi sebagai tanaman uji dan 3 sebagai tanaman cek (2 aksesi dan 1 varietas). Penelitian dilaksanakan di Lahan Seed Bank and Nursery Universitas Brawijaya di Desa Jatikerto, Kecamatan Romengan, Kabupaten Malang pada bulan Desember 2018 - April 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara 18 karakter komponen hasil terdapat hasil berat polong pertanaman dan berat biji pertanaman. Dari 18 karakter yang berkorelasi positif, yang memiliki nilai koefisien korelasi tinggi adalah tinggi tanaman, jumlah ruas, jumlah cabang, jumlah daun, umur panen, berat polong pertanaman, jumlah polong pertanaman, berat biji pertanaman, jumlah biji pertanaman, berat 100 biji, berat biji perpolong dan jumlah biji perpolong. Karakter yang memiliki nilai koefisien korelasi tertinggi artinya memiliki korelasi yang kuat antara karakter komponen hasil dengan hasil, Sehingga dalam melakukan seleksi genotip ercis yang toleran di tanam didataran rendah harus berdasarkan dengan karakter-karakter tersebut.
Uji Daya Hasil 6 Genotip Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.) di Dataran Tinggi Setiawan, Indra Karra; Waluyo, Budi; Saptadi, Darmawan
Jurnal Produksi Tanaman Vol 7, No 12 (2019)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1307

Abstract

Cabai besar (Capsicum annuum L.) adalah salah satu sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi, karena menjadi salah satu bahan masakan yang sering digunakan dan memiliki sasaran konsumen yang besar.  Namun produktivitas cabai besar di Indonesia belum dapat mencapai potensi produksi yang seharusnya. Beberapa hal yang menyebabkan prodktivitas cabai besar rendah adalah adanya serangan OPT, penggunaan varietas unggul yang rendah, dan daya adaptasi suatu varietas yang kurang luas. Salah satu cara mengatasi permasalah tersebut adalah dengan mengembangkan jenis varietas hibrida baru. Berdasarkan uraian diatas, telah dirakit beberapa genotip hibrida hasil persilangan 4 genotip koleksi UB. Genotip hibrida yang telah dirakit perlu diketahui daya hasilnya, sebelum dlepas sebagai varietas unggul baru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan April 2019, penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Stasiun Pengujian BUSS Lembang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (Uji F) 5% dan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) 5% jika terdapat pengaruh nyata. Hasil penelitian menunjukkan  bawah seluruh genotip F1 memiliki daya hasil yang lebih tinggi dari Pilar F1 dan Tanjung – 2 dengan beberapa karakter kualitatif yang menjadi ciri khas bagi masing-masing genotip dan dapat beradaptasi dengan baik pada dataran tinggi.