Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

RE-EPITELISASI LUKA SOKET PASCA PENCABUTAN GIGI SETELAH PEMBERIAN GEL GETAH PISANG RAJA (Musa sapientum L) Kajian histologis pada marmut (Cavia cobaya) Ningsih, Juwita Raditya; Haniastuti, Tetiana; Handajani, Juni
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi) Vol 2. No 1. 2019
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.524 KB)

Abstract

ABSTRACTGingival epithelium has an important role in the protection of the gingival tissue from mechanical, physical, and chemical trauma also microbial invasion. Re-epithelialization is an important phase of post extraction socket healing. Previous study showed that banana (Musa sapientum L) latex containing tanin, saponin, flavanoid, vitamin C, and minerals i.e: kalium, magnesium, calcium induced re-epithelialization in skin wounds. The objective of the present research was to study the effectivity of banana latex gel in the re-epithelialization of post extraction socket in guinea pigs (Cavia cobaya).Fifty four guinea pigs were divided into 3 groups, there were negative control group, positive control group and banana latex gel group. Each group consisted of 18 guinea pigs. Mandibular left central incisive were extracted and CMC-Na 1% (negative control), iod-glycerin (positive control) and banana latex gel were applied into the wound socket. Guinea pigs were then sacrified at 1,3,5,7,14,24 day post extraction and processed for histological examination. The specimens were stained with hematoxilin eosin. Epithelial thickness was measured with optilab (µm). The result of Anova showed significant differences in epithelial thickness among groups (p<0,05). Least Significant of Difference test showed significant differences (p<0,05) at 3,5,7,14,24 day post extraction between banana latex gel group compared to negative control group and also at 7 and 24 day post extraction between banana latex gel group compared to positive control group. In conclusion, banana latex gel may induce re-epithelialization of post extraction socket. The effect of banana latex gel is similar to iod-glycerin.Key words: re-epithelialization, banana  latex  gel, tooth socket
AGENESIS MOLAR TIGA ORANG TUA SEBAGAI FAKTOR RESIKO AGENESIS MOLAR TIGA ANAK Ningsih, Juwita Raditya; Hasonangan, Doly; Dinata, Ade Martha
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi) Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.763 KB)

Abstract

Agenesis gigi merupakan kondisi dimana gigi tidak dijumpai di dalam rongga mulut akibat ketiadaan benih gigi. Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang dominan sebagai faktor resiko terjadinya agenesis gigi pada dari orang tua pada anak. Melalui penelitian ini untuk pertama kalinya akan dapat dilaporkan adanya hubungan antara status agenesis gigi molar tiga orang tua terhadap status agenesis molar tiga anak dan mengetahui berapa besar resiko kedua orang tua yang keduanya agenesis molar tiga memiliki anak yang agenesis molar tiga.Data status agenesis disajikan dalam bentuk skala ordinal dan dianalisis non parametrik chi square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan. Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan angka 0,94 atau mendekati angka 1 (OR=1). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat risiko yang hampir sama bagi kedua orang tua agenesis gigi molar ketiga maupun salah satu orang tua agenesis gigi molar ketiga untuk memiliki anak dengan agenesis gigi molar ketiga.Hasil analisis Chi-Square diketahui pada data crosstabulation (tabulasi silang) tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji analisis Chi-Square sehingga perlu dilakukan uji analisis alternatif Chi-Square yaitu uji analisis Fisher?s Exact Test. Hasil uji analisis Fisher?s Exact Test nilai significancy menunjukkan angka 1,000 yang berarti tidak terdapat hubungan antara status agenesis gigi molar tiga orang tua dengan status agenesis gigi molar tiga anak pada suku Jawa (P>0,05). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwasanya agenesis gigi molar tiga orang tua hanya berperan sebagai faktor resiko minimal terhadap terjadinya agenesis molar tiga anak.Kata kunci: kelainan jumlah gigi, kelainan tumbuh kembang, variasi normal
Pengaruh gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) konsentrasi 5% terhadap re-epitelisasi luka pasca pencabutan gigi tikus putih Wistar (Rattus norvegicus)The effect of 5% binahong (Anredera cordifolia) leaf extract gel on wounds re-epithelialization after tooth extraction of white Wistar rats (Rattus norvegicus) Dewi Ayu Septiana; Jannatus Salis Sa&#039;diyah; Nanda Nailul Farih; Juwita Raditya Ningsih
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 31, No 3 (2019): Desember 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v31i3.21833

Abstract

Pendahuluan: Pencabutan gigi merupakan salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi. Epitel gingiva yang rusak akibat proses pencabutan gigi akan mengalami proses penyembuhan yang disebut re-epitelisasi. Re-epitelisasi merupakan parameter penting dalam penyembuhan luka soket pasca pencabutan gigi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa daun binahong memiliki kandungan aktif seperti flavonoid, alkaloid, terpenoid, tanin, asam oleanolik, dan saponin, yang berperan dalam re-epitelisasi pasca pencabutan gigi tikus putih Wistar (Rattus norvegicus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) konsentrasi 5 % terhadap re-epitelisasi luka pasca pencabutan gigi tikus putih Wistar. Metode: Obyek penelitian berupa 45 ekor tikus dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok uji yang diberi gel ekstrak daun binahong. Gigi insisivus sentral kiri rahang bawah dicabut, kemudian masing-masing diberi CMC-Na 1% (kontrol negatif), iod gliserin (kontrol positif) dan gel ekstrak daun binahong konsentrasi 5% (kelompok perlakuan), selama 10 menit sehari sekali. Tikus diterminasi pada hari ke 3, 5, 7, 14, dan 21 pasca dilakukan pencabutan gigi, kemudian diambil rahang bawahnya untuk dibuat preparat histologis dengan pengecatan hematoksilin eosin. Ketebalan epitel diukur dengan Optilab dan software image raster. Hasil: Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan ketebalan epitel yang bermakna antar kelompok (p<0,05) pada masing-masing hari. Hasil uji Least Significant of Difference (LSD) menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada hari ke-3, 5, 7, 14, dan 21 pasca pencabutan antara kelompok gel ekstrak daun binahong dibandingkan dengan kontrol negatif, serta pada hari ke-5, 14, dan 21 pasca pencabutan antara kelompok gel ekstrak daun binahong dibandingkan dengan kontrol positif. Simpulan: Pemberian gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) konsentrasi 5% memiliki pengaruh terhadap re-epitelisasi luka pasca pencabutan gigi tikus Wistar (Rattus norvegicus).Kata kunci: Gel ekstrak daun binahong, pencabutan gigi, re-epitelisasi. ABSTRACTIntroduction: Tooth extraction is one of the treatments in dentistry. The damaged gingival epithelium after tooth extraction will undergo a healing process called re-epithelialization. Re-epithelialization is an essential parameter in the healing wound process after tooth extraction. Previous studies have shown that binahong leaves have active ingredients such as flavonoids, alkaloids, terpenoids, tannins, oleanolic acids, and saponins, which play a role in re-epithelialization after the extraction of the teeth of white Wistar rats (Rattus norvegicus). This study was aimed to determine the effect of binahong (Anredera cordifolia) leaf extract gel with a concentration of 5% on wound re-epithelialization of wounds after tooth extraction of white Wistar rats. Methods: 45 white Wistar rats were divided into 3 groups, namely negative control, positive control, and the test groups which were administered with binahong leaf extract gel. The mandibular left central incisors were extracted, then applied with 1% CMC-Na (negative control), glycerin iodine (positive control), and 5% binahong leaf extract gel (treatment group), for 10 minutes once a day. All rats were terminated on the 3rd, 5th, 7th, 14th, and 21st day after tooth extraction. Then their lower jaw was taken to make histological preparations with hematoxylin eosin staining. Epithelial thickness was measured by Optilab and raster image software. Results: One-way ANOVA test results showed that there were significant differences in epithelial thickness among groups (p<0.05) on each day. The Least Significant of Difference (LSD) test results showed a significant difference (p<0.05) on the 3rd, 5th, 7th, 14th, and 21st day after extraction, between the binahong leaf extract gel groups compared with the negative control, and on the 5th, 14th, and 21st day after extraction, between binahong leaf extract gel group compared with the positive control. Conclusion: Administration of 5% binahong (Anredera cordifolia) leaf extract gel has an influence on the wound re-epithelialization after tooth extraction of white Wistar rats (Rattus norvegicus).Keywords: Binahong leaf extract gel, tooth extraction, re-epithelialization.
Efektivitas gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) terhadap kontraksi luka pada penderita reccurent apthous stomatitis (RAS)Effectiveness of binahong (Anredera cordifolia) leaves extract gel on the wound contraction of patients with recurrent aphthous stomatitis (RAS) Nisa Hanifah; Anindiya Kartika Sari; Adhika Ilham Gemilang; Juwita Raditya Ningsih
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 31, No 3 (2019): Desember 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v31i3.21880

Abstract

Pendahuluan: Reccurent apthous stomatitis (RAS) adalah ulser yang terjadi secara berulang pada mukosa oral. Proses penyembuhan RAS terbagi menjadi 4 fase yaitu: fase premonitory, fase preulseratif, fase ulseratif, dan fase maturasi. Tanaman binahong selama ini digunakan untuk menyembuhkan penyakit ringan maupun berat, seperti menyembuhkan wasir, flu tulang, susah buang air besar, kolesterol tinggi, diabetes, asam urat, pegal linu, stroke, penyembuhan luka pasca operasi, meningkatkan vitalitas pria, tipes, sesak nafas, darah rendah, pengobatan luka, dan sebagai antibakteri. Melalui skrining fitokimia, tanaman binahong diketahui memiliki kandungan zat kimia aktif flavonoid, saponin, alkaloid, steroid/ terpenoid, dan tanin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian gel ekstrak binahong (Anredera cordifolia) terhadap kontraksi luka penderita RAS. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan pre-test post-test design. Subjek penderita RAS minor pada penelitian ini mendapat pemeriksaan ukuran kontraksi luka sebelum pemberian gel ekstrak binahong pada fase ulseratif ≤ 3 hari dan sesudah pemberian gel ekstrak daun binahong pada hari ke-5 dan ke-7 dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% dan kontrol positif berupa triamcinolone acetonide 0,1%. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu sebanyak 25 subjek. Hasil: Hasil analisis menggunakan uji Shapiro Wilk dan uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan signifikan dengan nilai p<0,05 pada kelompok konsentrasi 2,5%. Simpulan: Gel ekstrak binahong (Anredera cordifolia) pada konsentrasi 2,5% dan 5% efektif mengurangi diameter kontraksi luka penderita RAS. Konsentrasi yang paling efektif dalam penyembuhan luka pada penderita RAS adalah konsentrasi 2,5%.Kata kunci: Recurrent aphthous stomatitis (RAS), kontraksi luka, daun binahong, fase penyembuhan RAS. ABSTRACTIntroduction: Recurrent aphthous stomatitis (RAS) is an ulcer that repeatedly occurs on the oral mucosa. The healing process of RAS is divided into 4 phases: premonitory, pre ulcerative, ulcerative, and maturation phase. Binahong plants have been used to cure mild and severe illnesses, such as curing haemorrhoids, arthritis, constipation, high cholesterol, diabetes, gout, joint pain, stroke, postoperative wound healing, improving male vitality, typhus, dyspnea, low blood pressure, wound treatment, and work as an antibacterial. Through phytochemical screening, binahong plants are known to contain active chemicals such as flavonoids, saponins, alkaloids, steroids/terpenoids, and tannins. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the administration of binahong (Anredera cordifolia) extract gel on the wound contractions of RAS patients. Methods: This research was quasi-experimental with a pre-test post-test design. The subjects with minor RAS in this study received an examination of the size of the wound contraction prior to the administration of binahong extract gel in ≤ 3 days of the ulcerative phase, also after administration of binahong leaf extract gel on the 5th and 7th day with a concentration of 2.5%, 5%, and 10%, and positive control in the form of 0.1% triamcinolone acetonide. The number of samples used in the study was 25 subjects. Results: The analysis results using the Shapiro Wilk and the Kruskal Wallis tests showed significant differences with p-values < 0.05 in the concentration group of 2.5%. Conclusion: Binahong (Anredera cordifolia) extract gel with a concentration of 2.5% and 5% is effective in reducing the wound contraction diameter of patients with RAS, with the most effective concentration is 2.5%.Keywords: Recurrent aphthous stomatitis (RAS), wound contraction, binahong leaves, RAS healing phase.
Pengaruh gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) 5% terhadap peningkatan osteoblas pada proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi tikus strain WistarEffect of 5% binahong (Anredera cordifolia) leaf extract in increasing the osteoblast amount at the tooth extraction wound healing process of Wistar rat Jannatus Salis Sa&#039;diyah; Dewi Ayu Septiana; Nanda Nailul Farih; Juwita Raditya Ningsih
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 32, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v32i1.26885

Abstract

Pendahuluan: Pencabutan gigi di dunia kedokteran gigi adalah tindakan yang sering dilakukan. Pasca terjadinya pencabutan gigi, maka tulang pada soket akan rusak. Penyembuhan tulang ditandai dengan terbentuknya sel-sel osteoblas baru. Daun binahong merupakan daun yang mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, asam askorbat, saponin, tanin dan asam oleanolik. Kandungan dari daun binahong dapat meningkatkan jumlah osteoblas pasca pencabutan gigi. Tujuan dari penelitian adalah menganalisis pengaruh pemberian gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) konsentrasi 5% terhadap peningkatan osteoblas pada proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium murni dengan rancangan post test only control group design. Subyek penelitian berupa 45 ekor tikus dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok gel ekstrak daun binahong, kontrol negatif dan kontrol positif. Gigi insisivus sentral kiri rahang bawah dilakukan pencabutan gigi kemudian diaplikasikan gel ekstrak daun binahong 5%, CMC-Na 1% dan iod gliserin. Tikus diterminasi pada hari ke 3,5,7,14 dan 21 pasca dilakukan pencabutan gigi untuk selanjutnya dibuat preparat histologis dengan pengecatan hematoksilin eosin. Jumlah sel osteoblas dihitung dengan optilab dan software image raster. Hasil: Hasil uji parametrik one way anova menunjukan terdapat perbedaan jumlah osteoblas yang bermakna antar kelompok (p<0,05) pada masing-masing hari. Hasil LSD (Least Significance Different) menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada hari ke 5,7, 14 dan 21 antara kelompok perlakuan dengan kontrol negatif dan terdapat perbedaan yang bermakna pada hari ke 7 dan 14 antara kelompok perlakuan dan kontrol positif. Simpulan: Gel ekstrak daun binahong konsentrasi 5% berpengaruh dalam meningkatkan jumlah sel osteoblas pasca dilakukan pencabutan gigi.Kata kunci: Pencabutan gigi, gel ekstrak daun binahong, osteoblas. ABSTRACTIntroduction: Tooth extraction is the most common treatment in dentistry. After tooth extraction, the bone in the socket will be damaged. The formation of new osteoblast characterises bone healing. Binahong leaves contain flavonoids, alkaloids, terpenoids, ascorbic acid, saponins, tannins and oleanolic acids. This research was aimed to investigate the effectivity of binahong (Anredera cordifolia) leaf extract gel with a concentration of 5% in increasing the number of osteoblasts at the tooth extraction wound healing process. Methods: This research was an experimental laboratory with a post-test only control group design. Forty-five rats were divided into 3 groups; binahong leaf gel group, negative control group, and positive control group. Mandibular left central incisive was extracted, then binahong leaf gel, 1% CMC-Na, and glycerin were applied on the wound socket in different groups. All rats then terminated at day 3, 5, 7, 14, and 21 post-extraction and processed for the histological examination then coloured by haematoxylin-eosin. The number of osteoblasts was calculated by Optilab and raster image software. Results: The ANOVA test result showed significant differences in the number of osteoblasts among groups (p<0.05) on each day. The LSD (Least Significance Different) test result showed significant differences (p<0.05) at day 5, 7, 14, and 21 post-extraction, between binahong leaf gel group compared to the negative control group, and also at day 7 and 14 post-extraction between binahong leaf gel group compared to the positive control group. Conclusion: Binahong leaf extract gel with a concentration of 5% is effective in increasing the number of osteoblast in the wound healing process after tooth extraction.Keywords: Tooth extraction, Binahong leaf extract gel, osteoblast.
RE-EPITELISASI LUKA SOKET PASCA PENCABUTAN GIGI SETELAH PEMBERIAN GEL GETAH PISANG RAJA (Musa sapientum L) Kajian histologis pada marmut (Cavia cobaya) Juwita Raditya Ningsih; Tetiana Haniastuti; Juni Handajani
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi) Vol 2. No 1. 2019
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTGingival epithelium has an important role in the protection of the gingival tissue from mechanical, physical, and chemical trauma also microbial invasion. Re-epithelialization is an important phase of post extraction socket healing. Previous study showed that banana (Musa sapientum L) latex containing tanin, saponin, flavanoid, vitamin C, and minerals i.e: kalium, magnesium, calcium induced re-epithelialization in skin wounds. The objective of the present research was to study the effectivity of banana latex gel in the re-epithelialization of post extraction socket in guinea pigs (Cavia cobaya).Fifty four guinea pigs were divided into 3 groups, there were negative control group, positive control group and banana latex gel group. Each group consisted of 18 guinea pigs. Mandibular left central incisive were extracted and CMC-Na 1% (negative control), iod-glycerin (positive control) and banana latex gel were applied into the wound socket. Guinea pigs were then sacrified at 1,3,5,7,14,24 day post extraction and processed for histological examination. The specimens were stained with hematoxilin eosin. Epithelial thickness was measured with optilab (µm). The result of Anova showed significant differences in epithelial thickness among groups (p0,05). Least Significant of Difference test showed significant differences (p0,05) at 3,5,7,14,24 day post extraction between banana latex gel group compared to negative control group and also at 7 and 24 day post extraction between banana latex gel group compared to positive control group. In conclusion, banana latex gel may induce re-epithelialization of post extraction socket. The effect of banana latex gel is similar to iod-glycerin.Key words: re-epithelialization, banana  latex  gel, tooth socket
AGENESIS MOLAR TIGA ORANG TUA SEBAGAI FAKTOR RESIKO AGENESIS MOLAR TIGA ANAK Juwita Raditya Ningsih; Doly Hasonangan; Ade Martha Dinata
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi) Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agenesis gigi merupakan kondisi dimana gigi tidak dijumpai di dalam rongga mulut akibat ketiadaan benih gigi. Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang dominan sebagai faktor resiko terjadinya agenesis gigi pada dari orang tua pada anak. Melalui penelitian ini untuk pertama kalinya akan dapat dilaporkan adanya hubungan antara status agenesis gigi molar tiga orang tua terhadap status agenesis molar tiga anak dan mengetahui berapa besar resiko kedua orang tua yang keduanya agenesis molar tiga memiliki anak yang agenesis molar tiga.Data status agenesis disajikan dalam bentuk skala ordinal dan dianalisis non parametrik chi square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan. Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan angka 0,94 atau mendekati angka 1 (OR=1). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat risiko yang hampir sama bagi kedua orang tua agenesis gigi molar ketiga maupun salah satu orang tua agenesis gigi molar ketiga untuk memiliki anak dengan agenesis gigi molar ketiga.Hasil analisis Chi-Square diketahui pada data crosstabulation (tabulasi silang) tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji analisis Chi-Square sehingga perlu dilakukan uji analisis alternatif Chi-Square yaitu uji analisis Fisher’s Exact Test. Hasil uji analisis Fisher’s Exact Test nilai significancy menunjukkan angka 1,000 yang berarti tidak terdapat hubungan antara status agenesis gigi molar tiga orang tua dengan status agenesis gigi molar tiga anak pada suku Jawa (P0,05). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwasanya agenesis gigi molar tiga orang tua hanya berperan sebagai faktor resiko minimal terhadap terjadinya agenesis molar tiga anak.Kata kunci: kelainan jumlah gigi, kelainan tumbuh kembang, variasi normal
Composite Onlay Restoration of Left Lower First Molar Post Indirect Pulp Capping (Case Report) Ghany Yudha Hismawan; Juwita Raditya Ningsih
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 14th University Research Colloquium 2021: Bidang Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.644 KB)

Abstract

Onlay merupakan suatu jenis restorasi rigid intrakoronal yang melibatkan satu atau lebih permukaan tonjol gigi sehingga tonjol gigi dapat dipertahankan. Kondisi ini biasa dilakukan pada gigi yang mengalami karies luas dan dalam. Pasien wanita berusia 23 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Soelastri UMS mengeluhkan gigi bawah belakang kirinya berlubang pasca ditambal beberapa tahun yang lalu. Rencana perawatan yang akan dilakukan ialah restorasi onlay komposit, namun saat dilakukan preparasi kavitas, pasien merespon ngilu ketika diberi rangsang berupa percikan air dan udara. Kemudian dilakukan perawatan kaping pulpa indirek dengan mengaplikasikan selapis tipis bahan kalsium hidroksida pada titik terdalam dasar kavitas kemudian diaplikasikan bahan pelapis dan tumpatan sementara. Satu minggu kemudian dilakukan evaluasi dengan melihat respon rangsang nyeri dan vitalitas gigi, dilanjutkan dengan preparasi kavitas sesuai outline form onlay, lalu dilakukan pencetakan double impression. Kunjungan selanjutnya dilakukan sementasi onlay yang sebelumnya telah dilakukan pembuatan onlay dari laboratorium. Seminggu kemudian dilakukan evaluasi kondisi gigi pasien dengan melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, dimana menunjukkan tidak ada keluhan pada gigi pasca perawaran. Perawatan pada laporan kasus ini dinyatakan berhasil, dimana pasien tidak mengeluhkan rasa ngilu dan pasien merasa nyaman pasca perawatan.
Peluang dan Tantangan Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka pada Prodi Kedokteran Gigi Dendy Murdiyanto; Nilasary Rochmanita Suparno; Nendika Dyah Ayu Murika Sari; Ikmal Hafizi; Juwita Raditya Ningsih; Aprilia Yuanita Anwaristi
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 16th University Research Colloquium 2022: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan kebijakan yang dibuat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk menghadapi revolusi 4.0. Mahasiswa dapat mengambil SKS di luar perguruan tinggi. Prodi Kedokteran Gigi memiliki ilmu yang membutuhkan body of knowledge yang baik dan rigid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peluang dan tantangan implementasi MBKM di Kedokteran Gigi UNiversitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Metode yang digunakan adalah survei deskriptif. Jumlah responden adalah 17 dosen tetap FKG UMS dan 346 mahasiswa S1 FKG UMS. Hasil penelitian adalah pengetahuan dosen tentang kebijakan MBKM masih kurang dan jumlah SKS yang dapat dikonversikan adalah kurang dari 10 SKS. Mahasiswa juga belum menyiapkan diri untuk menjadi bagian dalam kegiatan MBKM. Kesimpulannya adalah MBKM jika diterapkan di FKG UMS memerlukan penyesuaian kebijakan sehingga tidak mengurangi waktu pembelajaran dan mempengaruhi capaian pembelajaran lulusan mahasiswa.
Comparison of Success Rates of Biodentine and MTA Materials in Pulp Revascularization Treatment of Immature Permanent Teeth Raden Bryan Sukma Ramadhan; C Cahyani; Juwita Raditya Ningsih; Noor Hafida Widyastuti
Proceeding ISETH (International Summit on Science, Technology, and Humanity) 2022: Proceeding ISETH (International Summit on Science, Technology, and Humanity)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Objective: To determine the success rate of biodentine and MTA materials in pulp revascularization treatment of immature permanent teeth.Methodology: The literature review approach was used in the research design, which was a means of gathering data from library sources. What performed data searches on Pubmed, ScienceDirect, and Google Scholar sites by specified keywords and filtered based on their association with the research title, inclusion, and exclusion criteria to ensure that publications fit the requirements.Results: Revascularization has been shown to be effective when performed on teeth with disinfected root canals, so it is important to obatain a good coronal seal. Coronal seal used biodentine is better than MTA. Biodentin has a better consistency, allows its condensation without apical displacement, and the short setting time allows the composite restoration to be placed simultaneously. Biodentin has the same mechanical properties as human dentin with very low cytotoxicity and can overcome the clinical drawbacks of MTA. Biodentine is tooth-colored and does not cause discoloration.Application/Originality/Value: Literature review contributes to comparing Success Rates of Biodentine and MTA Materials to increase knowledge and success in Immature Permanent Dental Pulp Revascularization Treatment. The results obtained are better because the literature review of this study compares several journals with different research objects, research samples, methods, and results.