Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Berita Kekerasan yang Dialami Guru Terhadap Perubahan Sikap Guru SMAN Kota Makassar Taslim, Muhammad; Sultan, M Iqbal; Supratomo, Supratomo
KAREBA : Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 9 No. 1 Januari – Juni 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31947/kareba.v9i1.8447

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari media massa yaitu berita kekerasan yang dialami guru terhadap guru SMAN Kota Makkassar. Untuk mengetahui reaksi guru SMAN Kota Makassar sesudah melihat, menonton, ataupun membaca berita kekerasan yang dialami guru yang notabenenya adalah rekan seprofesi mereka yang mendapatkan perlakukan tidak mengenakkan yaitu kekerasan yang dilakukan oleh murid mereka dan juga orang tua/wali murid seperti yang banyak diberitakan di media massa. pendekatan dalam penelitia ini menggunakan pendekan kuantitatif dengan metode surve. Data yang digunakan adalah data primer (Kuesione) dan data sekunder (kajian dari pustaka). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 339 guru yang terdiri dari guru SMAN 1, guru SMAN 2, guru SMAN 3, guru SMAN 4, guru SMAN 5, guru SMAN 6, dan guru SMAN 7 yang terdapat di Kota Makassar. Skala pengukuran yang digunakan dalam kuesioner adalah skala likert dengan empat pilihan jawaban. teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Stimulus Organisasi Response (SOR). Hasil penelitian menemukan bahwa ada perubahan sikap yang terjadi setelah melihat berita kekerasan yang dialami guru yaitu kognitif, afektif, dan Behavioral dari ketiga perubahan sikap tersebut berdasarkan hasil nilai tertinggi dari pernyatan yang sudah diberikan peneliti adalah behavioral rata-rata responden atau Guru merasakan takut kejadian serupa bisa terjadi kepada mereka dan setelah melihat berita kekerasan yang dialami guru, guru SMAN Kota Makassar berkeinginan untuk mengubah perilaku tersebut ataupun mengantisipasi agar kejadian itu tidak terjadi dilingkungan mereka mengajar.
PKM Kelompok Tani Sawah Tadah Hujan di Kelurahan Banyorang Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng Iqbal, Iqbal; Achmad, Mahmud; Supratomo, Supratomo; Yumeina, Diyah
Abdi Techno Jurnal AbdiTechno, Vol. 1, Nomor 1, Januari 2021
Publisher : Departemen Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.427 KB) | DOI: 10.70124/abditechno.v1i1.109

Abstract

Padi adalah komoditas utama yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan pokok karbohidrat bagi penduduk Indonesia. Usaha untuk meningkatkan produksi padi telah berhasil dilakukan oleh pemerintah, namun belum diikuti dengan penanganan pascapanen yang baik. Perontokan padi saat panen secara manual (gebot) menyebab tingkat kehilangan mendekati 5%. Sekitar 1000 ha persawahan yang ada di kecamatan Tompobulu berada pada ketinggian 500 meter dari permukaan laut (mdpl) dengan petakan-petakan kecil (<0,15 ha) dan berpola sawah terassering. Masalah utama yang dihadapi petani di kecamatan Tompobulu kabupaten Bantaeng dalam penanganan pascapanen padi adalah tingginya susut (losses) baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Permasalahan tersebut berakibat adanya kecenderungan tidak memberikan insentif kepada petani untuk memperbaiki tingkat pendapatannya. Padi atau gabah yang kadar airnya tinggi mempunyai sifat mudah rusak dan akan mengalami susut pada saat penanganan pascapanen. Menurut BPS (2016) angka produksi gabah sebesar 75 juta ton GKG (Gabah Kering Giling) sesungguhnya dapat lebih tinggi lagi apabila dilakukan penanganan yang baik pada saat panen. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS, 2016) menunjukkan bahwa susut hasil panen padi di Indonesia saat ini masih cukup tinggi, yaitu 9,5% yang terjadi pada saat panen dan 4,8% saat perontokan. Penanganan pascapanen yang baik dan tepat dapat menekan susut dan menghasilkan kualitas gabah/beras yang tinggi sehingga dapat meningkatkan harga jual gabah/beras petani. Teknologi penekanan kehilangan hasil yang dipilih untuk diterapkan harus teknologi yang sesuai dengan spesifik lokasi. Teknologi tersebut tidak bertentangan dengan masyarakat pengguna, baik secara teknis, ekonomis maupun sosial budaya masyarakat setempat. Secara umum metode atau teknologi untuk menekan kehilangan hasil panen dapat ditempuh dengan sistem panen beregu, yang dilengkapi dengan unit alat perontok dengan penerapan proses yang baik. Pada daerah dengan pemilikan lahan sempit, penerapan teknologi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pengembangan sistem panen yang dilengkapi dengan mesin perontok padi atau Power Thresher. Permasalahan di atas mengindikasikan bahwa teknologi tepat guna berupa perontok gabah (power thresher) sangat dibutuhkan oleh petani di kelurahan Banyorang kecamatan Tompobulu, mengingat topografi persawahan yang terletak di daerah perbukitan (ketinggian ± 500 mdpl) dengan persawahan berbentuk terasering sehingga tidak memungkinkan alat dan mesin panen modern (combine rice harvester) beroperasi di daerah tersebut.
Penerapan Irigasi Tetes Untuk Peningkatan Produksi Tanaman Apel dan Strawberi di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan Munir, Ahmad; Faridah, Sitti Nur; Suhardi, Suhardi; Haerani, Haerani; Mursalim, Mursalim; Muhidong, Junaedi; Supratomo, Supratomo; Astuti, J
Abdi Techno Jurnal AbdiTechno, Vol. 1, Nomor 1, Januari 2021
Publisher : Departemen Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.464 KB) | DOI: 10.70124/abditechno.v1i1.111

Abstract

Microdripper irigasi tetes yang telah dikembangkan, digunakan untuk mengatasi defisit kelengasan tanah. pada tanaman strawberry dan apel di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Metoda pendekatan yang digunakan adalah pada tahap pertama diimplementasikan dengan pembuatan plot percontohan, scale up penerapan 0.25 ha dan tahap selanjutnya adalah sekolah lapang tentang pembuatan dan penerapan irigasi tetes. Dari hasil observasi, diperoleh gambaran bahwa pada umummnya petani berpendapat bahwa teknologi yang diintroduksikan ‘mudah’ diterapkan (80 persen berpendapat mudah diterapkan), teknologi yang diintroduksikan ‘siap’ diterapkan (80 persen berpendapat siap diterapkan), pada umummnya petani mengharapkan agar teknologi yang diintroduksikan dapat meningkatkan produksi usaha taninya (60 persen berpendapat agar usaha yang dikembangkan dapat meningkat produksinya setelah teknologi ini diterapkan)