Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Uji Ketahanan Luntur dan Karakterisasi Serbuk Tinta Cumi-Cumi (Loligo sp.) sebagai Dasar Pewarna Hitam untuk Kain Tenun Ikat Asal Nusa Tenggara Timur Nitsae, Merpiseldin; Mellissa E. S. Ledo, Egertha Karpada Arsun Banamtuan; Alan Ch. Sabuna, Ronny S. Mauboy
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 2, No 3 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (806.115 KB) | DOI: 10.24002/biota.v3i2.1884

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji sifat karakter dan karakteristik bubuk tinta cumi. Uji ketahanan luntur menggunakan metode Grey Scale dan Staining Scale, sedangkan uji karakteristik tinta cumi-cumi menggunakan metode FT-IR dan SEM. Hasil yang diperoleh menunjukkan pada saat kain katun dicelupkan ke dalam 250 mL tinta cumi-cumi selama 1 jam menghasilkan warna hitam namun mudah luntur sehingga warna yang dihasilkan perlu dipertahankan menggunakan fiksator yaitu kapur tohor dan tawas. Variasi konsentrasi fiksator yang digunakan yaitu: 20, 50, dan 100 g/mL. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa fiksator kapur tohor menghasilkan warna cokelat, sedangkan fiksator tawas menghasilkan warna hitam pekat. Hasil uji menggunakan Grey Scale dan Staining Scale menunjukkan perlakuan terbaik pada konsentrasi fiksator 100 g/mL. Selain itu hasil karakterisasi tinta cumi-cumi menggunakan FT-IR menunjukkan adanya serapan pada peak 3236, 33 cm-1 merupakan gugus –OH dan gugus –NH (tumpang tindih); 2964, 39 cm-1 dan 2927, 74 cm-1 merupakan gugus C-H sp2; 1633, 59 cm-1 dan 1544, 88 cm-1 merupakan ikatan cincin aromatik dari C=C dan C=N. Hasil karakterisasi menggunakan SEM menunjukkan diameter serbuk bervariasi yaitu berukuran 58, 8 µm; 68, 3 µm; dan 68, 8 µm yang tidak teratur (serpihan amorf).
Uji Ketahanan Luntur dan Karakterisasi Serbuk Tinta Cumi-Cumi (Loligo sp.) sebagai Dasar Pewarna Hitam untuk Kain Tenun Ikat Asal Nusa Tenggara Timur Merpiseldin Nitsae; Egertha Karpada Arsun Banamtuan Mellissa E. S. Ledo; Ronny S. Mauboy Alan Ch. Sabuna
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 2, No 3 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v2i3.1884

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji sifat karakter dan karakteristik bubuk tinta cumi. Uji ketahanan luntur menggunakan metode Grey Scale dan Staining Scale, sedangkan uji karakteristik tinta cumi-cumi menggunakan metode FT-IR dan SEM. Hasil yang diperoleh menunjukkan pada saat kain katun dicelupkan ke dalam 250 mL tinta cumi-cumi selama 1 jam menghasilkan warna hitam namun mudah luntur sehingga warna yang dihasilkan perlu dipertahankan menggunakan fiksator yaitu kapur tohor dan tawas. Variasi konsentrasi fiksator yang digunakan yaitu: 20, 50, dan 100 g/mL. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa fiksator kapur tohor menghasilkan warna cokelat, sedangkan fiksator tawas menghasilkan warna hitam pekat. Hasil uji menggunakan Grey Scale dan Staining Scale menunjukkan perlakuan terbaik pada konsentrasi fiksator 100 g/mL. Selain itu hasil karakterisasi tinta cumi-cumi menggunakan FT-IR menunjukkan adanya serapan pada peak 3236, 33 cm-1 merupakan gugus –OH dan gugus –NH (tumpang tindih); 2964, 39 cm-1 dan 2927, 74 cm-1 merupakan gugus C-H sp2; 1633, 59 cm-1 dan 1544, 88 cm-1 merupakan ikatan cincin aromatik dari C=C dan C=N. Hasil karakterisasi menggunakan SEM menunjukkan diameter serbuk bervariasi yaitu berukuran 58, 8 µm; 68, 3 µm; dan 68, 8 µm yang tidak teratur (serpihan amorf).
AJERAN LEAVES ETHANOL EXTRACT (Bidens pilosa L) AS AN ANTIBACTERIAL Staphylococcus aureus Mami Seko; Alan Ch Sabuna; James Ngginak
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 1 (2021): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v7i1.22671

Abstract

Tumbuhan ajeran memiliki kandungan senyawa kimia seperti flavanoid, saponin dan fenol yang berpotensi sebagai antibakteri. Antibakteri adalah zat yang dapat membunuh atau menekan pertumbuhan atau reproduksi bakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ekstrak etanol daun ajeran (Bidens pilosa L) sebagai antibakeri Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Analisis menggunakan uji Anova satu jalur (One Way Anova). Jika ada pengaruh yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji DMRT. Dalam penelitian ini pembentukan Zona bening menunjukan bahwa ekstrak etanol daun ajeran memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus. Semakin luas zona bening yang terbentuk maka semakin kuat senyawa bioaktif dalam menghambat pertumbuhan bakteri.  Pembuktian daya hambat ekstrak daun ajeran terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dapat pula diukur melalui menghitung jumlah koloni. Apabila konsentrasi ekstraknya meningkat maka jumlah koloni bakteripun semakin berkurang. Hasil uji daya hambat menunjukan bahwa ekstrak etanol daun ajeran tidak memiliki pengaruh daya hambat yang signifikan terhadap pertumbuhan bakteri S aureus. Dalam penelitian ini perlakuan ekstrak etanol daun ajeran memiliki pengaruh daya antibakteri yang signifikan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Uji lanjut DMRT menunjukan bahwa (perlakuan P1 10,67 CFU/mL) memiliki nilai yang berbeda nyata.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA MERAH (Punica granatum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN (Vibrio cholera) Ferdinan Migu Yunus; alan ch sabuna; Sonya T.M Nge
Indigenous Biologi : Jurnal Pendidikan dan Sains Biologi Vol 1 No 3 (2018): Indigenous Biologi
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kristen Artha Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33323/indigenous.v1i3.5

Abstract

Kolera adalah penyakit infeksi saluran usus yang bersifat akut dan disebabkan oleh bakteri Vibriocholerae. Bila bakteri ini mencemari makanan dan terkonsumsi dalam jumlah yang banyak, maka dapatmenyebabkan penyakit diare. Upaya mencegah penyakit diare yaitu salah satu alternatif untuk mengatasiresistensi antibiotik yang berpotensi mengobati diare adalah kulit buah delima merah. Tujuan penelitian untukmengetahui pengaruh ekstrak kulit buah delima merah dan konsentrasi yang efektif ekstrak kulit buah delimamerah terhadap pertumbuhan Vibrio cholerae. Uji antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram kertas.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksperimen, yang terdiri dari 5 perlakuan A0= 0(kontrol), A1= 25 mg/ml, A2= 50 mg/ml, A3= 75 mg/ml dan A4= 100 mg/ml dan 3 kali ulangan. Hasilpengamatan dianalisis secara statistik menggunakan analisis variansi (ANOVA) satu jalur dengan tarafsignifikansi 5%. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Hasil penelitianmenunjukan bahwa adanya pengaruh ekstrak kulit buah delima merah terhadap pertumbuhan Vibrio choleradan efektif konsentrasi 100 mg/ml dan dapat di lihat pada nilai signifikan menunjukan 0,00 dalam hal ini lebihkecil dari pada 0,05 (0,00≤0,005) yang artinya ada perbedaan antara kontrol dengan perlakuan A1, A2, A3 danA4. Sehingga dibuktikan dengan terbentuknya diameter rata-rata zona bening pada setiap konsentrasi ekstrakkulit buah delima merah secara berturut-turut yaitu: 25 mg/ml = 6,7 mm, 50 mg/ml = 7,3 mm,75 mg/ml = 8,0 mmdan 100 mg/ml = 11,3 mm.
TUMBUHAN PEWARNA ALAMI KAIN TENUN IKAT SUKU METO DI KECAMATAN NUNKOLO, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN fransina th nomleni; alan ch sabuna
Indigenous Biologi : Jurnal Pendidikan dan Sains Biologi Vol 2 No 1 (2019): Indigenous Biologi
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kristen Artha Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33323/indigenous.v2i1.25

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tumbuhan pewarna alami, organ tumbuhan yang digunakan, warna yang dihasilkan, dan proses pengolahan tumbuhan hingga menghasilkan warna. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara semi struktural. Penelitian ini pada masyarakat Kecamatan Nunkolo, Kabupaten Timor Tengah Selatan di Desa Haumeni, Desa Putun dan Desa Nunkolo. Jumlah informen dalam penelitian ini 30 orang yang terdiri atas kepala Desa, tokoh masyarakat, pengrajin dan masyarakat yang mengetahui tentang pemanfaatan tumbuhan pewarna alami. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh 5 jenis tumbuhan pewarna alami yaitu rimpang dari famili Zingiberaceace yaitu Kunyit/Huki (Curcuma domestica L) menghasilkan warna kuning yang diolah dengan cara ditumbuk, warna merah dihasilkan dari kulit batang famili Rubiaceace yakni Mengkudu/Baok’ulu (Morinda citrifolia L) yang direbus, warna hijau dihasilkan dari famili Fabaceace yakni daun kacang Arbila/Koto (Phaseolus lunatus L) yang ditumbuk, warna hitam dihasilkan dari famili Rubiaceace yakni daun Tarum/Taum (Indigofera tinctoria L) yang direndam, dari famili Euphorbiaceae yang diambil adalah daun Pohon Buah Tinta/Meko (Phylantus reticulatus Poir) untuk warna biru diolah dengan direndam dan dicampuran tepung jagung, Selain itu terdapat tumbuhan yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam pewarnaan yaitu daging buah kelapa/Noa (Cocos nucifera) dan kapur sirih. Tumbuhan yang digunakan dalam proses perendaman awal adalah Kemiri/Fenu (Aleurites mollucana L) dan Jagung/Pena (Zea Mays L). Tujuan penambahan kapur adalah sebagai penguat warna sehingga tidak mudah luntur. Tumbuhan yang berpotensi sebagai pewarna alami tenun ikat sebagian besar telah dibudidayakan. Tumbuhan yang dibudidayakan adalah Tarum, Kunyit dan kacang Arbila.
Pemanfaatan Tumbuhan Dalam Proses Pewarnaan Kain Tenun Ikat Di Desa Harona Kalla Kecamatan Laboya Barat Kabupaten Sumba Barat Vianros Ana Ate; Yanti Daud; Alan Ch Sabuna
Indigenous Biologi : Jurnal Pendidikan dan Sains Biologi Vol 3 No 1 (2020): Indigenous Biologi
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kristen Artha Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33323/indigenous.v3i1.75

Abstract

This study aims to determine the types of natural dye plants, organs or plant parts used in the process of coloring woven cloth, and the processing of plants to produce colors as dyes of woven cloth, colors produced from plants dyed woven cloth dyes in Harona Kalla Village, West Laboya sub-district, West Sumba Regency. The method used is a qualitative method with semi-structural observation and interview techniques that refer to the list of questions that have been prepared. Based on the results of research in Harona Kalla Village, west Laboya sub-district, West Sumba Regency, three types of natural coloring plants were found, namely turi leaves (Sesbania grandiflora), turmeric rhizome (Curcuma domestica L), mahogany (Swietenia mahagoni L). In addition to coloring plants there are plants that are used as additives in coloring namely fence kedondong (Lannae nigritana), baiduri (Calotropis gigantea), betel lime and iron rust / vinegar. The organs in the coloring process are bark, rhizome and leaves. And the processing of plant organs is done pounding and boiling. The purpose of adding lime is to lock the color so that it does not fade easily. Based on the results of the study, the colors produced from plants in the village of Harona Kalla are turi leaves (Sesbania grandiflora) which are pounded and produce a green color. Turmeric (Curcuma domestica L) which is pounded and boiled produces yellow, mahogany bark (Swietenia mahagoni L) which is boiled produces a black color. The conclusion of this research is that it is necessary to design efforts to cultivate color-producing plants which are non-wood forest products to support the sustainable industry in Harona Kalla Village, for the cultivation of species of color-producing plants.
UJI DAYA HAMBAT PEWARNA ALAMI KULIT BATANG JAMBLANG (Syzygium cumini) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli, Staphylococcus aureus DAN JAMUR Aspergilus niger Febriana Bani Utang; Anggreini D.N Rupidara; Alan Ch Sabuna
Indigenous Biologi : Jurnal Pendidikan dan Sains Biologi Vol 3 No 3 (2020): Indigenous Biologi
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kristen Artha Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33323/indigenous.v3i3.91

Abstract

ABSTRACTJamblang (Syzygium cumini) belongs to the family of the guava tribe which has benefits as a food ingredient as well as herbal medicines. Jamblang bark produces tanners (tannins) to color the nets. The purpose of this study was to determine the inhibition of natural dyes of jamblang (Syzygium cumini) bark against Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Aspergillus niger fungi. The method used in this study wis an experimental method, which consists of 3 treatments of natual dyes of the bark cuminis where 40%, 60%, and 80% consentrations and 3 replicates. Data of the inhibitory activity where tested using paper disk method and was analyzed statistically using ANOVA test with SPSS 16.0. statistic aplication. The natural dyes from each concentration showed a inhibitoryactivity against E. coli, S. aureus, and A. niger. The effective concentration of inhibitory activity in E. Coli was 60%, natural dyes category zonas 4.0 mm or weak inhibitory activity The effective concentration of inhibitory activity in S. aureus was 40%, natural dyes category zonas was 7.0 mm or moderateinhibitory activity. The effective concentration of inhibitory activity in A. Niger was 80% natural dyes category zonas was 4.0 mm or weak inhibitory activity.Kaywords :Antibacterial test,Jamblang (Syzygiumcumini) bark, natural coloring Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Aspergillus niger.
PEMANFAATAN TUMBUHAN DALAM PROSES PEWARNAAN KAIN TENUN IKAT DI PULAU NDAO, DESA NDAO NUSE, KABUPATEN ROTE NDAO Delfi Yulianti Ledoh; Alan Ch Sabuna; Yanti Daud
Indigenous Biologi : Jurnal Pendidikan dan Sains Biologi Vol 4 No 2 (2021): Indigenous Biologi Agustus 2021
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kristen Artha Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33323/indigenous.v4i2.151

Abstract

ABSTRACT This study aims to determine the types of natural coloring plants, organs plant or parts used, the processing to the colors produced from plants organs used in the process of coloring woven cloth on Ndao Island, Ndao Nuse Village, Ndao Nuse sub-district, Rote Ndao Regency. The method used is a qualitative descriptive method. The technique used in this study is direct observation techniques in the field and semi-structured interviews. Semi-structured interviews are interview processes that use interview guides derived from the development of topics and ask questions to ikat weaving craftsmen, the aim is to explore and obtain information related to the data needed. Based on the results of research in Ndao Nuse Village, Ndao Nuse sub-district, Rote Ndao Regency, found 5 types of natural coloring plants that are utilized by the Ndao Nuse community in the process of coloring woven cloth, namely tarum (Indigofera tinctoria L) producing black, turmeric rhizome (Curcuma domestica L) producing yellow, legundi (Vitex trifolia L) produces a light yellow color, kedondong fence (Lannea nigratana) produces a brown color, the green color is produced red distance (Jatrhopa gossiphofolia). Parts or organs of plants used are leaves, rhizomes and bark. The process of processing plant parts or organs that are used to produce color includes collision, boiling, and soaking. In addition to the 5 types of plants that are used as basic dyes there are also plants and other additives used in the coloring process are lime, whiting, and alum. The benefits of this additional material are as a color enhancer so that the color produced does not fade easily. Most of the plants that have potential as natural dyes for connective weaving have been cultivated. Plants that are cultivated are tarum, turmeric, and kedondong fence. Keywords: Weaving, Natural Staining Plants ABSTRACTThis study aims to determine the types of natural coloring plants, organs plant or parts used, the processing to the colors produced from plants organs used in the process of coloring woven cloth on Ndao Island, Ndao Nuse Village, Ndao Nuse sub-district, Rote Ndao Regency. The method used is a qualitative descriptive method. The technique used in this study is direct observation techniques in the field and semi-structured interviews. Semi-structured interviews are interview processes that use interview guides derived from the development of topics and ask questions to ikat weaving craftsmen, the aim is to explore and obtain information related to the data needed. Based on the results of research in Ndao Nuse Village, Ndao Nuse sub-district, Rote Ndao Regency, found 5 types of natural coloring plants that are utilized by the Ndao Nuse community in the process of coloring woven cloth, namely tarum (Indigofera tinctoria L) producing black, turmeric rhizome (Curcuma domestica L) producing yellow, legundi (Vitex trifolia L) produces a light yellow color, kedondong fence (Lannea nigratana) produces a brown color, the green color is produced red distance (Jatrhopa gossiphofolia). Parts or organs of plants used are leaves, rhizomes and bark. The process of processing plant parts or organs that are used to produce color includes collision, boiling, and soaking. In addition to the 5 types of plants that are used as basic dyes there are also plants and other additives used in the coloring process are lime, whiting, and alum. The benefits of this additional material are as a color enhancer so that the color produced does not fade easily. Most of the plants that have potential as natural dyes for connective weaving have been cultivated. Plants that are cultivated are tarum, turmeric, and kedondong fence. Keywords: Weaving, Natural Staining Plants
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI PEWARNA ALAMI TENUN IKAT DARI DESA HUNDIHOPO , KECAMATAN ROTE TIMUR, KABUPATEN ROTE NDAO Alan Charis Sabuna; Arnold Christian Hendrik; Novi I. Bullu
Indigenous Biologi : Jurnal Pendidikan dan Sains Biologi Vol 4 No 3 (2021): Indigenous Biologi
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kristen Artha Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33323/indigenous.v4i3.271

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi antioksidan dan antibakteri dari ekstrak pewarna alami tenun ikat dari desa Hundihopo, Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2018 di Laboratorium Biosains Universitas Nusa Cendana Kupang untuk uji antioksidan, dan Laboratorium Biologi Universitas Kristen Artha Wacana untuk uji antibakteri. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental di laboratorium yang terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama ekstraksi dengan memanaskan bahan pewarna dengan air, dilanjutkan tahap kedua uji antioksidan menggunakan metode DPPH dan uji antibakteri menggunakan metode difusi agar. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ekstrak pewarna alami mengkudu, mengkudu + loba, dan tarum memiliki nilai IC50 6367,5 ppm, 3707,77 ppm, dan 3037,5 ppm sehingga berpotensi sebagai sumber antioksidan alami kategori sangat lemah. Diameter zona hambat ekstrak pewarna alami mengkudu + loba memiliki diameter zona hambat 10,1 ± 0,22 mm pada konsentrasi 5000 ppm sehingga termasuk antibakteri alami kategori lemah.
PENGARUH GEL EKSTRAK DAUN AKASIA (Acacia auriculiformis) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT (Mus musculus) Sriyanti Aoetpah; Alan Ch. Sabuna; Sonya Titin Nge
JURNAL KAJIAN VETERINER PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-7
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jkv.v0i0.1601

Abstract

Acacia plant (Acacia auriculiformis) contains chemical compounds they are saponin, tanin and flavonoid. These compounds potentially in healing cut. This research used acacia leaf extract (Acacia auriculiformis) making in form of gel for the process of wound healing cut on mouse (Mus musculus). The purpose of this research are to know the influences of extract gel acacia leaf (Acacia auriculiformis) and to know the optimum concentracion extract gel acacia leaf that affective in wound healing cut on mouse (Mus musculus). Concentration variation of extract acacia leaf are 7%, 9% and 11%. The method used in research is experimental method with the complete random desing (CRD). Physical test supply gel that doing including pH test and homogenitas. Effective test gel in healing cut doing on 15 mice which separated became three treatments and two controls. Each treatment and control contains three mice which get cut with size 1,5 cm. The first treatment give 7% gel cocentration, the second treatment give 9% gel concentration, the first treatment give 11%, negative control give base gel and positive control give bioplacenton. Data analyze used Anova test one way and continue test LSD. Research result showed that extract gel acacia leaf with concentration variation 7%, 9% and 11% fulfill physic test gel supply that are pH test and homogenitas. Analysis result Anova one way showed that extract gel acacia leaf (Acacia auriculiformis) influence in the process of wound healing cuts on miouse (mus musculus). Based on the continue test LSD then known optimum concentration extract gel acacia leaf (Acacia auriculiformis) that effective of wound healing cuts on mouse (Mus musculus) that are 11%.