Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PKM UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI KELOMPOK TANI NIJBAKI DAN FEN HET NAO MAT DI DESA OELETSALA KECAMATAN TAEBENU Maria Krova; Melkianus Tiro; Upik Syamsiar Rosnah
Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan
Publisher : Jurusan Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (900.598 KB) | DOI: 10.35726/jpmp.v4i2.329

Abstract

Nao Mat adalah rendahnya produktivitas dan lemahnya kedudukan tawar menawar peternak dalam penentuan harga ternak sapi. Solusi yang ditawarkan dari kegiatan PKM ini, adalah: 1) meningkatkan pemahaman dan keterampilan peternak dalam teknis perkandangan yang layak, pakan bernutrisi, manajemen pemasaran, pentingnya mempertimbangkan pembukuan usaha dan keuntungan usaha, serta pengelolaan keuangan dan literasi keuangan perbankan dan koperasi; 2) meningkatkan keterampilan peternak dalam penyusunan ransum bernutrisi sesuai kebutuhan ternak. Metode pendekatan yang digunakan adalah penyuluhan dan diskusi, pelatihan, dan pendampingan. Hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan diskusi, pelatihan, serta pendampingan menunjukkan bahwa peternak anggota kelompok mitra telah memiliki pemahaman, keasadaran, dan keterampilan yang semakin meningkat. Hal ini telah ditindaklanjuti dalam beberapa hal seperti: perbaikan kandang yang layak oleh 6 persen peternak anggota kelompok mitra dan pemberian pakan tambahan tongkol jagung dan dedak walaupun belum mempertimbangkan nutrisi yang dibutuhkan ternak oleh 10 persen peternak. Kendala yang dihadapi dalam mengimplementasi pengetahuan yang diperoleh adalah keterbatasan bahan pakan penyusun ransum dan dana yang dimiliki.
KOMPOSISI JENIS DAN JUMLAH PEMBERIAN PAKAN TERNAK SAPI BALI PENGGEMUKAN PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT Upik Syamsiar Rosnah; Marten Yunus
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 5 No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v5i1.833

Abstract

The present study aimed at evaluating the production and economic performances of Bali cattle fattened on traditional system. Seventeen farmers and thirty six cattle were randomly interviewed and observed, respectively. The collected data were analyzed for the average and standard deviation. 12 forages species were used to fatten Bali cattle in traditional system. Feed compositions were calculated in % fresh weight as followed: Leucaena leucocephala 85.2 ± 13.13; Sesbania grandiflora 5.49 ± 7.31; Ficus sp 2.92 ± 6.2; Musa paradisiacal stem 2.52 ±4.22; Acacia leucophloea 1.33 ± 3.79; Manihot utilisima stem 1.17 ±3.04; Brousonetia papyritera 0.52 ±1.18; Timonius timun 0.38 ±0.97; Hibiscus rosasinensis 0.37 ±1.06, and Melochiaum bellata 0.28 ±0.70. The average of daily feeds offered to cattle were: 19.923 ± 6.44 kg. It can be concluded that majority feeds offered to cattle were forages as protein sources, however still below the daily nutrients requirement. Therefore, it is recommended that additional of edible feeds are required to meet the animal needs. ABSTRAK Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui komposisi botani dan jumlah pemberian pakan sapi bali penggemukan pada kondisi peternak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adaah metode survey (wawancara dan observasi). Sebanyak 17 orang peternak sebagai responden dan 36 ekor ternak sapi penggemukan diambil secara acak untuk observasi. Data dianalisis dengan menghitung rataan dan simpangan baku. Hasil analisis data diperoleh bahwa komposisi botani (persen dasar bahan segar) yaitu lamtoro (Leucaena leucocephala)85.2 ± 13.13, turi (Sesbania grandiflora ) 5,49± 7,31, beringin (Ficus sp ) 2,92 ± 6,2, batang pisang (Musa paradisiacal)2,52 ±4,22, kabesak (Acacia leucophloea ) 1,33 ± 3,79, batang ubi kayu (Manihot utilisima) 1,17 ±3,04, kname/babui (Brousonetia papyritera) 0,52 ±1,18, timo (Timonius timun)0,38 ±0,97, kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) 0,37 ±1,06, dan busi (Melochiaum bellata ) 0,28 ±0,70; Rata-rata jumlah pemberian pakan 19,923 ± 6,44 kg/ekor/hari. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komposisi botani didominansi oleh hijauan pohon sebagai sumber protein dan dengan jumlah pemberian pakan yang cukup akan tetapi belum memisahkan bagian edibel dan non edibel sehingga berpotensi pada pertambahan berat badan yang rendah.
Social Cultural Characteristics of Farmers and Types of Plant Cultivated on Local Native Forage Sources in Kupang Regency Edi Djoko Sulistijo; Upik Syamsiar Rosnah
Buletin Peternakan Vol 46, No 2 (2022): BULETIN PETERNAKAN VOL. 46 (2) MAY 2022
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v46i2.71548

Abstract

The local native forage sources in Kupang Regency have their own specifications due to different management. This research is aimed at describing socio- cultural characteristics of farmers and the types of plant cultivated on local native forage sources planted in the farms in Kupang Regency. It was conducted in Oeletsala Village, Taebenu Sub-District, Kupang Regency from August 2015 to April 2017. The research method was survey, direct observation and measurement in the field as well as secondary data collection. The data were analyzed descriptively in the form of averages, tables and graphs. The results showed that amarasi farm were more widely distributed than dry mamar and selobua. Most of the farmers were at their productive age, have elementary school education, and 1-4 family members. The background of farming and the reasons for choosing the type of farms were varied. Likewise, the types of plants were also varied. Utilization of the types of plants have experienced a shift from conservation goals to multi-function. In amarasi, dry mamar and selobua farm were found 62, 77 and 53 types of plants. Forage which is commonly used at the farmer level were 13 species dominated by Leucaena leucocephala. While, 23 other commodities were not forage and they were harvested in certain seasons and for household needs. In conclusion, the farmers were at their productive age, with low education, and small family size. The background of establishing the farms and the reasons for choosing the type of farms varied. The types of plants have been shifted from conservation goals to being multi-purposes. The types of plants that were widely developed other than forage are dominated by food crops and horticulture. The three types farms can have a positive impact on feed and food security, source of farmer’s income and land conservation
Pengaruh suplementasi pakan yang mengandung bonggol pisang terfermentasi EM4 terhadap konsumsi dan kecernaan protein dan energi sapi bali penggemukan dengan pakan basal pola peternak Lisia P. Nainupu; Upik Syamsiar Rosnah; Heroini T. Handayani
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 2 No. 1 (2020): Maret
Publisher : Jurnal Peternakan Lahan Kering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.2 KB)

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Oeletsala, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang yang berlangsung dari bulan Mei sampai Juli 2018. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrat yang mengandung bonggol pisang terfermentasi menggunakan probiotik EM4 dengan pakan basal pola peternak terhadap konsumsi dan kecernaan protein dan energi sapi Bali penggemukan, menggunakan sapi Bali jantan sebanyak 9 ekor dengan kisaran umur 2-2,5 tahun dan berat badan awal 77-138kg dengan rata-rata 102,8kg dan KV=19,31%. Dengan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak kelompok (RAK) (3x3), perlakuan (P0= pakan pola peternak + konsentrat tanpa tepung bonggol pisang, P1= pakan pola peternak + konsentrat yang mengandung 10% tepung bonggol pisang terfermentasi dan P2= pakan pola peternak + konsentrat yang mengandung 20% tepung bonggol pisang terfermentasi), dengan ulangan sebanyak 3 kali. Variabel yang diukur adalah konsumsi protein kasar(g/e/h), kecernaan protein kasar(%), konsumsi energi (kkal/g/e/h) dan kecernaan energi (g/e/h). Data yang diperoleh di analisis dengan Analisis Of Variance(Anova). Nilai rata-rata konsumsi protein kasar P0 (867,45±0.01g/e/h), P1 (871,51±0.09g/e/h), P2 (1.056,76±0.26g/e/h), kecernaan protein kasar P0 (88,52±0,005%), P1 (88,33±0.005%), P2 (89,85±0.015%) konsumsi energi P0 (15.959±0.01kkal/g/e/h), P1 (16.635±0.08 kkal/g/e/h), P2 (17.158±0.001 kkal/g/e/h) dan kecernaan energi P0 (65,86±0.74g/e/h), P1 (65,49±0.74g/e/h), P2 (71,04±1.73g/e/h). Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi protein kasar, kecernaan protein kasar, konsumsi energi dan kecernaan energi. Kesimpulan: pemberian pakan konsentrat yang mengandung bonggol pisang terfermentasi hingga 20% mempunyai kecenderungan yang sama dengan konsentrat yang mengandung jagung giling 30% terhadap konsumsi protein kasar, kecernaan protein kasar, konsumsi energi dan kecernaan energi ternak sapi Bali penggemukan dengan pakan basal pola peternak. Kata kunci: konsumsi, kecernaan, bonggol, fermentasi, sapi Bali, pakan pola peternak. ABSTRACTThe study was conducted in Oeletsala Village, Taebenu Sub-District, Kupang Regency for 8 weeks. The purpose of this study is to evaluate the effect of feeding containing EM4 fermented banana corm concentrate on the intake and digestibility of on farm fattening Bali cattle. There were 9 Bali cows 1.5-2.5 years old with 77-138 (average of 102.8) kg and CV = 19.31%. Trial method using randomized block design (RBD) 3 treatments with 3 replicates was applied in the study. The 3 treatments offered were formulated as (P0 = on farm feed + concentrate without fermented banana corm meal, P1 = on farm feed + 10% containing banana corm concentrate; and P2 = on farm + 20% containing banana corm concentrate. The variables measured were crude protein (CP) intake, CP digestibility, energy intake, and energy digestibility. The data obtained was analyzed using Analysis of Variance (Anova). The average data of each variable was: CP intake: P0 (867.45±0.01g); P1 (871.51±0.09g); P2 (1.056.76±0.26g); CP digestibility: P0 (88.52±0.005%); P1 (88.33±0.005%); P2 (89.85±0.015%); energy intake P0 (15.959±0.01Kcal/g); P1 (16.635±0.08 Kcal); P2(17.158±0.001 Kcal), and energy digestibility P0 (65,86±0.74%); P1 (65,49±0.74%); P2 (71,04±1.73g%). Statistical analysis shows that the effect of treatment is not significant effect (P> 0.05) on on either intake or digestibility of crude protein or energy. The conclusion is that feeding containing EM4 fermented banana corm concentrate up to 20% tends to performs the similar results of feeding concentrate containing 30% maize corn in both intake and digestibility of both crude protein and energy of on farm fattening Bali cattle.Keywords: intake, digestibility, corm, fermentation, on farm
Pengaruh Pemberian Pakan Kombinasi Silase Jerami Jagung dan Konsentrat Terhadap Ukuran Linear Tubuh Sapi Bali: Effect of Feeding Combination of Corn Straw Silage and Concentrates on Linear Body Size of Bali Cattle Maximus Marianus Butta; Upik Syamsiar Rosnah; M. S. Abdullah
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 4 No. 3 (2022): September
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh dari pemberian pakan komplit (kombinasi silase jerami jagung dan konsentrat) dengan level berbeda terhadap ukuran linear tubuh Sapi Bali penggemukan. Pengujian dilakukan terhadap Sapi Bali berumur 1-1,5 tahun sebanyak 12 ekor, bobot badan 66-93 kg dan rataan 82 kg, serta koefisien variasi (KV) 10,28%. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap, terdiri dari 4 perlakuan dan 3 pengulangan. Rancangan perlakuan dalam penelitian ini adalah P0 = 80% silase jerami jagung + 20% konsentrat, P1 = 60% silase jerami jagung + 40% konsentrat, P2 = 40% silase jerami jagung + 60% konsentrat dan P3 =20% silase jerami jagung + 80% konsentrat. Pengukuran ukuran linear tubuh dilakukan dengan bantuan alat meter ukur merek Animeter dan tongkat ukur dengan satuan terkecil 1 mm. Pengukuran ukuran linier tubuh menggunakan meter ukur  merek Animeter dan tongkat ukur dengan satuan terkecil 1mm. Rataan hasil penelitian menunjukan pertambahan panjang badan (cm) (cm) P00=0,09, P1=0,11, P2=0,10, P3=0,12, pertambahan lingkar dada (cm) (cm) P00=0.15, P1=0,16, P2=0,18, P3=0,15, pertambaan tinggi pundak (cm) (cm) P00=0,9, P1=0,11, P2=0,10, P3=0,11. Analisis statistik statistic menunjukkan perlakuan berpengaruh berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan ukuran linear tubuh Sapi Bali penggemukan. Dapat Dapat disimpulkan bahwa kombinasi silase jerami jagung dan konsentrat dengan level pemberian berbeda terhadap pertambahan ukuran linear tubuh Sapi Bali penggemukan memberikan kecendrungan yang relatif sama. The aim of this research was to measure The aim of this research was to measure the effect of providing complete feed (a corn straw silage and concentrate) with different levels on body linear size in fattening Bali cattle. The test was carried out on 12 Bali cattle aged 1-1.5 years with a body weight 66-93 kg and an average of 82 kg, and the coefficient of variation (KV) was 10.28%. The research method used a completely randomized design consisting of 4 treatments, 3 repititions. The treatments in this study were P0 = 80% corn straw silage + 20% concentrate, P1 = 60% corn straw silage + 40% concentrate, P2 = 40% corn straw silage + 60% concentrate and P3 = 20% corn straw silage + 80  % concentrate.  Linear measurement of body size using a measuring tape from Animeter and measuring stick with the smallest unit 1 mm. The average of the results showed an increase in body length (cm) P0 = 0.09, P1 = 0.11, P2 = 0.10, P3 = 0.12, an increase in chest circumference (cm) P0 = 0.15, P1 = 0.16, P2 = 0.18,  P3=0,15, increase in shoulder height (cm) P0=0,9, P1=0,11, P2=0,10, P3=0,11. The statistic analysis showed that the  treatments had no significant effect (P>0,05 ) to increase in body linear size of fattening Bali cattle.  Can be concluded that the combination of corn straw silage and concentrate treatment with different levels of giving to the increase in body linear size of fattening Bali cattle gives a relatively similar tendency.  
Tampilan Reproduksi Sapi Bali pada Pola Pemeliharaan Ekstensif Tradisional di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang: Balinese Cattle Reproduction Display on the Pattern of Traditional Extensive Breeding in Sulamu District, Kupang Regency Daniel K Tulle; Yohanis Umbu Laiya Sobang; Johny Nada Kihe; Upik Syamsiar Rosnah
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 6 No. 1 (2024): Maret
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to determine the reproductive appearance of Bali cattle in traditional extensiverearing patterns in Sulamu District, Kupang Regency. The material used is the mother of Bali cattle ownedby farmers in Sulamu District. This study uses a survey method, the determination of the sample is taken29% of the total villages in Sulamu District, and the determination of farmers - breeders is done purposively.The variables measured were age at first giving birth, calving interval, percentage of pregnancy, percentageof births, percentage of death, and assessing body condition scores. The results of statistical analysis showthat there is a difference in average (t count > t table), while the percentage of pregnancy there is nodifference in average (t count < t table). The results showed the reproductive appearance of Bali cattle, withthe following results: Age of first calving in Pantai Beringin Village 3.13 ± 0.32 years, Pitay Village 4 ± 0.26years, calving interval in Pantai Beringin Village 12.45 ± 0.67 months , Pitay Village 15.98 ± 2.74 months,the percentage of pregnancy in Pantai Beringin Village 94% ± 0.85, Pitay Village 83% ± 0.14, the percentageof births in Pantai Beringin Village 78% ± 0.17, Pitay Village 67% ± 0.13, the mortality percentage in PantaiBeringin Village is 11% ± 0.15, Pitay Village 27% ± 0.21, and the assessment of body condition score(SKT/BCS) in Pantai Beringin Village is 3.25 ± 0.55 and Pitay 2 Village, 65 ± 0.49. It was concluded that thereproductive performance of Bali cattle in the traditional extensive rearing system in Sulamu District,Kupang Regency was still said to be quite good. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tampilan reproduksi sapi Bali pada pola pemeliharaanekstensif tradisional di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang. Materi yang digunakan adalah induk sapiBali milik peternak di Kecamatan Sulamu. Penelitian ini menggunakan metode survey, penentuan sampelnyadiambil 29% dari jumlah desa di Kecamatan Sulamu, dan penentuan petani – peternak dilakukan secarapurposive. Variabel yang diukur adalah umur pertama beranak, calving interval, presentase kebuntingan,presentase kelahiran, presentase kematian, dan menilai skor kondisi tubuh. Hasil analisis statistikmenunjukkan, terdapat perbedaan rata – rata (t hitung > t tabel), sedangkan presentase kebuntingan tidakterdapat perbedaan rata – rata (t hitung< t tabel). Hasil penelitian menunjukkan tampilan reproduksi sapi Bali,dengan hasil sebagai berikut: Umur pertama beranak Desa Pantai Beringin 3,13 ± 0,32 tahun, Desa Pitay 4 ±0,26 tahun, calving interval Desa Pantai Beringin 12,45 ± 0,67 bulan, Desa Pitay 15,98 ± 2,74 bulan,presentase kebuntingan Desa Pantai Beringin 94% ± 0,85, Desa Pitay 83% ± 0,14, presentase kelahiran DesaPantai Beringin 78% ± 0,17, Desa Pitay 67% ± 0,13, presentase kematian Desa Pantai Beringin 11% ± 0,15,Desa Pitay 27% ± 0,21, dan penilaian skor kondisi tubuh (SKT/BCS) Desa Pantai Beringin 3,25 ± 0,55 danDesa Pitay 2,65 ± 0,49. Disimpulkan bahwa tampilan reproduksi sapi Bali pada system pemeliharaanekstensif tradisional di Kecamatan Sulamu Kabupaten Kupang masih dikatakan cukup baik.