Setianingsih, Rini
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : MATHEdunesa

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Self-Confidence Anisa Nur Aini; Rini Setianingsih
MATHEdunesa Vol 11 No 3 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (930.81 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p812-825

Abstract

Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan ide matematika baik dalam tulisan maupun secara lisan. Kemampuan komunikasi matematis perlu ditumbuhkan dalam diri siswa agar dapat menyampaikan ide dan pemikirannya terhadap suatu konsep tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis siswa SMA dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi program linear ditinjau dari self-confidence. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang siswa dimana subjek diperoleh dari penyebaran angket self-confidence kepada 32 orang siswa kelas XI IPA 5 pada salah satu SMA di Sidoarjo yang dipilih masing-masing satu siswa dengan self-confidence tinggi, sedang, dan rendah. Teknik pengumpulan data menggunakan 2 butir soal tes esai materi program linear, angket self-confidence, dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan indikator kemampuan komunikasi matematis melalui tiga tahapan yaitu kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan self-confidence tinggi mempunyai kemampuan komunikasi matematis yang tinggi dan mampu memenuhi semua indikator kemampuan komunikasi matematis, sedangkan siswa dengan self-confidence sedang dan rendah memiliki kemampuan komunikasi matematis sedang dan hanya mampu memenuhi dua indikator kemampuan komunikasi matematis dari tiga indikator yang ada. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan memperbanyak kegiatan diskusi bersama, presentasi, sesi tanya jawab antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa serta memberikan banyak latihan soal kepada siswa agar self-confidence yang dimiliki siswa juga meningkat.
Analisis Kemampuan Numerasi Siswa SMA dalam Menyelesaikan Soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Katherina Estherika Anggraini; Rini Setianingsih
MATHEdunesa Vol 11 No 3 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1148.139 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p837-849

Abstract

AKM berfungsi untuk mengukur kompetensi siswa maka soal AKM terdiri dari berbagai konten atau topik, beragam konteks serta beberapa tingkat proses kognitif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan numerasi siswa SMA dalam meyelesaikan soal AKM. Subjek penelitian ini adalah tiga orang siswa dari kelas X dengan diberikan soal tes AKM dan melakukan wawancara. Hasil penelitian ini yaitu berdasarkan hasil tes soal AKM dari 15 siswa terdapat 11 siswa dengan kemampuan numerasi rendah, tiga siswa dengan kemampuan numerasi sedang, dan satu orang siswa dengan kemampuan numerasi tinggi. Berdasarkan hasil wawancara, siswa dengan kemampuan numerasi rendah pada level pemahaman menentukan informasi dari bacaan dengan tepat, pada level penerapan siswa belum mampu memberikan solusi penyelesaian dari soal, dan pada level penalaran siswa belum mampu menganalisis dan menyelesaikan soal. Siswa dengan kemampuan numerasi sedang pada level pemahaman mendapatkan informasi dari bacaan dengan tepat, pada level penerapan siswa memberikan solusi penyelesaian dari soal, dan pada level penalaran siswa cukup mampu dalam menganalisis dan menyelesaikan soal dan disertai alasan yang tepat. Sedangkan siswa dengan kemampuan numerasi tinggi pada level pemahaman mendapatkan informasi dari bacaan dengan tepat sehingga siswa memahami soal, pada level penerapan siswa memberikan solusi penyelesaian dari soal, dan pada level penalaran siswa mampu menganalisis dan menyelesaikan soal disertai alasan yang tepat. Peneliti menyarankan agar guru dan siswa memperbanyak latihan soal AKM untuk melatih kemampuan numerasi siswa dalam pemahaman, penerapan, dan penalaran siswa agar siswa menjadi terbiasa dalam proses kognitifnya serta mempersiapkan siswa menghadapi soal AKM.
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Aljabar Mengacu pada Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal Dwi Fatmarani; Rini Setianingsih
MATHEdunesa Vol 11 No 3 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (799.893 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p904-923

Abstract

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan 4c harus dimiliki oleh siswa sebagai generasi abad 21. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa SMP dalam menyelesaikan soal aljabar mengacu pada Watson Glaser Critical Thinking Appraisal. Analisis kemampuan berpikir kritis penelitian ini menggunakan kriteria dari Ennis yaitu Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan instrumen utama yaitu peneliti sendiri dan instrumen pendukung berupa tes tertulis kemampuan berpikir kritis dan pedoman wawancara. Subjek yang dipilih adalah siswa kelas VII masing-masing satu siswa pada tiap kategori kemampuan berpikir kritis siswa yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berkategori tinggi memiliki kemampuan berpikir kritis tertinggi dengan memenuhi 6 kriteria yaitu FRISCO pada tiap soal WGCTA dengan hasil sangat kritis. Siswa berkategori sedang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan memenuhi 5 kriteria yaitu FRISC pada soal penarikan kesimpulan dan menafsirkan informasi dengan hasil sangat kritis, 4 kriteria yaitu FISC pada soal asumsi dengan hasil kritis, dan 3 kriteria FRS pada soal deduksi dan menganalisis argumen dengan hasil kritis. Siswa berkategori rendah memiliki kemampuan berpikir kritis terendah dengan memenuhi 2 kriteria yaitu FC pada soal asumsi dengan hasil tidak kritis dan 1 kriteria yaitu F pada soal penarikan kesimpulan, deduksi, menafsirkan informasi, dan menganalisis argumen dengan hasil tidak kritis. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi guru untuk mendorong siswa meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui kegiatan didalam kelas seperti diskusi agar terjadinya interaksi antar siswa dan siswa dengan guru untuk memudahkan siswa mengolah informasi pada soal, serta guru dapat memberikan latihan soal kepada siswa dengan tipe WGCTA seperti penarikan kesimpulan, asumsi, deduksi, menafsirkan informasi, dan menganalisis argumen untuk melatih berpikir kritis siswa. Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Kategori Subjek, FRISCO.