Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Psychoeducation Strategy: Acceptance and Commitment Therapy (ACT) to Improve Self-Efficacy of Stroke Patients Tri Wahyuni Ismoyowati; Ratna Puspita Adiyasa
IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices) Vol 5, No 2 (2021): December
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2755.648 KB) | DOI: 10.18196/ijnp.v5i2.10818

Abstract

Background: Stroke is the most common cerebrovascular event. Stroke patients often have biological, spiritual, and psychosocial changes. Psychosocial problems experienced in stroke patients include problems with self-efficacy. Acceptance and Commitment Therapy (ACT) is commonly used to solve psychosocial problems. Objective: This study aims to determine the effect of ACT on the self-efficacy of stroke patients.  Methods: This study utilized quantitative and quasi-experimental designs without a control group. The study was conducted in a selected hospital rehabilitation unit in Yogyakarta. The respondents were selected via the purposive sampling technique. The self-efficacy was assessed using The Strategies Used by Patients to Promote Health (SUPPH) questionnaires and statistically tested with the Wilcoxon test. The total number of respondents of this study was 33 stroke patients. The characteristic of respondents was mostly 45 – 64 years old (72.73% ), male (57.6%) and, had a history of stroke for 1 – 6 months (39 %). Result: Wilcoxon test results showed a computed p-value of 0.000 on the effect of ACT on stroke patients’ self-efficacy; thus, the null hypothesis was rejected. In other words, ACT proves its effectiveness in improving stroke patients’ self-efficacy. Conclusion: Based on the data, this research can be concluded that ACT effectively improved the self-efficacy of stroke patients. The researchers recommend utilizing ACT as a nursing intervention for stroke patients in the hospital rehabilitation unit.
Efektifitas Shaker Exercise terhadap Disfagia pada Pasien Stroke: The Integrative Literature Review Fransisca Winandari; Tri Wahyuni Ismoyowati; Candra Trilukita Nugraha; Lolita Elensari Wahyuning; Maria Raphelina Rosari
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13, No 2 (2022): April 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf13206

Abstract

Stroke is the presence of focal and global neurologic deficits, which can be severe and last for 24 hours or more and can result in death. According to the World Stroke Organization in 2018, in the world there are 13.7 million new cases every year and around 5.5 million deaths occur due to stroke. According to the Indonesian Ministry of Health in 2018, the prevalence of stroke in Indonesia at the age of >15 years was 10.9%. One of the clinical symptoms of stroke is dysphagia which occurs in 37-78% of stroke patients and if left untreated can cause complications such as aspiration and pneumonia. One of the exercises to overcome dysphagia is shaker exercise, which is an exercise that aims to train the suprahyoid muscles. The purpose of this study is to analyze previous research on shaker exercise on dysphagia in stroke patients. This study was an integrative literature review. The databases used were Google Scholar, Proquest, Pubmed, NCBI, Wiley, NIH, EBSCO, Portal Garuda, IJPMR, Springer, JIK, and Elsevier, with the keywords: "Stroke"; “Shaker Exercises”; and "Dysphagia". The inclusion criteria for articles taken were full text journals and articles, published in 2015-2021, using both English and Indonesian, experimental research methods, research samples were stroke patients with dysphagia, mentioning the results of post-intervention shaker exercise. This literature study obtained 105 articles and then it was reduced by screening and obtained 10 research articles that were in accordance with the objectives and criteria of the review. The results of the study concluded that shaker exercise is effective for improving swallowing ability, nutritional status, and reducing the risk of aspiration in stroke patients with dysphagia, so it can be recommended as additional non-pharmacological therapy. This exercise can be done 1-3 times a day and done 5 days a week for at least 2 weeks for optimal results. Researchers are advised to compare the effectiveness of or combine shaker exercise with other therapies that have the potential to overcome dysphagia in stroke patients.Keywords: stroke; exercise shakers; dysphagia ABSTRAK Stroke adalah terdapatnya defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan kematian. Menurut World Stroke Organization tahun 2018, di dunia terdapat 13,7 juta kasus baru setiap tahunnya dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat stroke. Menurut Kemenkes RI tahun 2018, prevalensi stroke di Indonesia pada usia >15 tahun sebanyak 10,9%. Salah satu gejala klinis stroke adalah disfagia yang terjadi pada 37-78% pasien stroke dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan komplikasi seperti aspirasi dan pneumonia. Salah satu latihan untuk mengatasi disfagia adalah shaker exercise, yaitu latihan yang bertujuan melatih otot-otot suprahyoid. Tujuan studi ini menganalisis penelitian sebelumnya tentang shaker exercise terhadap disfagia pada pasien stroke.  Studi ini merupakan integrative literature review. Databased yang digunakan yaitu Google Scholar, Proquest, Pubmed, NCBI, Wiley, NIH, EBSCO, Portal Garuda, IJPMR, Springer, JIK, dan Elsevier, dengan kata kunci: “Stroke”; “Shaker Exercise”; dan “Disfagia”. Kriteria inklusi artikel yang diambil yaitu jurnal dan artikel full text, terbitan tahun 2015-2021, menggunakan bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, metode penelitian eksperimental, sampel penelitian merupakan pasien stroke dengan disfagia, menyebutkan hasil post intervensi shaker exercise.  Studi literatur ini mendapatkan 105 artikel kemudian diperkecil dengan screening dan diperoleh 10 artikel penelitian yang sesuai dengan tujuan dan kriteria review. Hasil telaah menyimpulkan bahwa shaker exercise efektif untuk meningkatkan kemampuan menelan, status nutrisi, dan menurunkan resiko aspirasi pada pasien stroke dengan disfagia, sehingga dapat direkomendasikan sebagai terapi tambahan secara non farmakologis. Latihan ini dapat dilakukan 1-3 kali sehari dan dilakukan 5 hari dalam 1 minggu selama minimal 2 minggu untuk hasil optimal. Para peneliti disarankan membandingkan efektifitas atau mengkombinasikan shaker exercise dengan terapi lain yang berpotensi dapat mengatasi disfagia pada pasien stroke.Kata kunci: stroke; shaker exercise; disfagia
Kondisi Fisik Post Kemoterapi dan Self Efficacy Pasien Kanker di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Feliks Hendrikjayanto Laoli; Tri Wahyuni Ismoyowati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13, No 2 (2022): April 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf13222

Abstract

One of the cancer therapies, namely chemotherapy, causes physical effects such as alopecia, nausea, and other effects. Self efficacy can change the health behavior of cancer patients in a positive direction in carrying out treatment. The purpose of this study was to determine the relationship between post-chemotherapy physical condition and self-efficacy of cancer patients at Bethesda Hospital, Yogyakarta. The design of this study was cross-sectional. The subjects of this study were 33 cancer patients in the post-chemotherapy phase, which were selected by accidental sampling technique. Data were collected through filling out the C-SAS and SUPPH questionnaires as measuring tools. From the results of Kendall's tau_b test, it is known that the p value = 0.301. Furthermore, it was concluded that there was no relationship between post-chemotherapy physical condition and self-efficacy. Future researchers need to pay attention to sample size, inclusion criteria and length of data collection in cancer patients with chemotherapy, which may reduce the accuracy of the study.Keywords: physical condition; elf efficacy; cancerABSTRAK Salah satu terapi kanker yaitu kemoterapi menumbulkan dampak secara fisik seperti alopesia, mual, dan efek lainnya. Self efficacy dapat merubah perilaku kesehatan pasien kanker ke arah positif dalam menjalankan pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik post kemoterapi dengan self efficacy pasien kanker di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Subyek penelitian ini yaitu 33 pasien kanker pada fase post kemoterapi, yang dipilih dengan teknik accidental sampling. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner C-SAS dan SUPPH sebagai alat ukur. Dari hasil uji Kendall’s tau_b diketahui nilai p = 0.301. Selanjutnya disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kondisi fisik post kemoterapi dengan self efficacy. Peneliti selanjutnya perlu memperhatikan ukuran sampel, kriteria inklusi dan lama pengambilan data pada pasien kanker dengan kemoterapi, yang mungkin menurunkan akurasi penelitian.Kata kunci: kondisi fisik; elf efficacy; kanker
Domas (Dompet Masker) Sebagai Inovasi Pemanfaatan Limbah Plastik dan Kain Perca Bermotif Keanekaragaman Indonesia di Era Pandemic COVID-19 Ella Ardini; Eka Kristin Ellisabeth; Fajar Ferdianto; Tri Wahyuni Ismoyowati
Jurnal Pengabdian Masyarakat - PIMAS Vol 1 No 3 (2022): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Harapan Bangsa Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.141 KB) | DOI: 10.35960/pimas.v1i3.819

Abstract

Background: One of the efforts funded by Dikti in implementing the Student Creativity Program in the field of entrepreneurship gave us the opportunity to produce a Dompet Mask (DOMAS) product made using modified patchwork waste and mica polyvinyl chloride plastic waste with a thickness of 0.4 mm. The tools and materials we use are very affordable during this COVID-19 pandemic. Objective: Provide quality Domas innovation, practical, and safety of the waste material. Providing business opportunities through student creativity programs. Marketing DOMAS offline and online throughout Indonesia by actively promoting and improving the quality of products handmade. Methods: The implementation of activities is carried out outside the network (offline) and within the network (online). The activity was carried out at the production house located at Jatisawit Housing, Sleman, Yogyakarta. The production period starts on 08/08/2021 until 12/09/2021. Product marketing online and offline. Result: The selling price per unit is Rp. 20,000. For five weeks producing 250 DOMAS. DOMAS sales resulted in a profit of Rp. 3,000,000 with a cost of Rp. 1,549,080, a profit of Rp. 418,200 was obtained. The number of DOMAS that have been sold is 150 units. The profit per DOMAS unit is IDR 2,788. The original price per wallet is Rp. 17,212. Conclusion: The "DOMAS" mask wallet is a new breakthrough in the era of the COVID-19 pandemic. DOMAS has the advantage of being able to store clean and dirty masks in one place. In addition to the unique and attractive design of the mask, the materials used are also environmentally friendly, made from plastic waste mica PVC and waste batik patchwork with the motifs of the diversity of the archipelago.
Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien Pasca Stroke dalam Fisioterapi pada Masa Pandemi Tri Wahyuni Ismoyowati; Vicky Maranata Saputra
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13 (2022): Nomor Khusus Desember 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf13nk454

Abstract

During the Covid-19 pandemic there was a decrease in the number of post-stroke rehabilitation visits at Bethesda Hospital Yogyakarta. So research is needed that aims to determine the factors associated with post-stroke patient compliance in undergoing physiotherapy during the Covid-19 pandemic. This study applied a cross-sectional approach, involving 40 patients selected by purposive sampling technique. Data was collected through filling out questionnaires and then analyzed using a correlation test. The p-value for each factor was education = 0.006, length of physiotherapy = 1.000, economic status = 0.01, motivation = 0.150. It was concluded that post-stroke patient adherence was related to educational factors and economic status.Keywords: post stroke; obedience; Covid-19; education; economic status ABSTRAK Selama pandemi Covid-19 terjadi penurunan jumlah kunjungan rehabitasi pasca stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Maka diperlukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien pasca stroke dalam menjalani fisioterapi pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menerapkan pendekatan cross-sectional, dengan melibatkan 40 pasien yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner lalu dianalisis menggunakan uji korelasi. Nilai p untuk masing-masing faktor adalah pendidikan = 0,006, lama fisioterapi = 1,000, status ekonomi = 0,01, motivasi = 0,150. Disimpulkan bahwa kepatuhan pasien pasca stroke berhubungan dengan faktor pendidikan dan status ekonomi.Kata kunci: pasca stroke; fisioterapi; kepatuhan; Covid-19; pendidikan; status ekonomi
Intervensi Fisioterapi Dada terhadap Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada Klien Stroke Hemoragik: Studi Kasus Wayan Agus Wijane; Tri Wahyuni Ismoyowati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 14 (2023): Nomor Khusus April 2023
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v14i0.3118

Abstract

Stroke merupakan kondisi emergency karena iskemia atau hemoragik serebral yang menyebabkan defisit neurologis. Defisit neurologis yang dapat terjadi adalah gangguan menelan dan refleks batuk menurun dan dapat meningkatkan sputum. Penumpukan sputum berlebih berakibat bersihan jalan napas tidak efektif dan menganggu oksigenasi. Hal itu dapat diatasi dengan tindakan fisioterapi dada. Mengetahui Intervensi Fisioterapi Dada terhadap Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada Klien Stroke Hemoragik di Ruang Galilea II Saraf Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2022. Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian pada 13-14 Oktober 2022. Teknik pengambilan sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel satu orang pasien stroke hemoragik. Metode pengambilan data: wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi. Analisa data dengan reduksi, penyajian, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah dilakukan intervensi fisioterapi dada didapatkan hasil masih suara napas stridor, pasien belum dapat batuk, saturasi 97%, respirasi 22x/menit. Rontgen thorax terdapat vaskuler paru meningkat. Fisioterapi dada terbukti efektif dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas. Peneliti lain dapat melakukan penelitian literatur review nursing management untuk mengatasi bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien stroke hemoragikKata kunci: fisioterapi; jalan napas Tidak efektif; stroke.
Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Non Hemoragik Dengan Gangguan Menelan Dengan Intervensi Shaker Exercise Di Rumah Sakit Yogyakarta Puji yanti; Tri Wahyuni Ismoyowati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 14 (2023): Nomor Khusus April 2023
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v14i0.3103

Abstract

Stroke non hemoragik terjadi akibat pembuluh darah tersumbat. Permasalahan pada pasien stroke bervariasi, termasuk gangguan menelan akan menyebabkan risiko aspirasi. Tindakan untuk melatih menelan dengan shaker exercise untuk melatih otot-otot menelan. Tujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan menelan dengan intervensi Shaker Exercise  di Rumah Sakit Yogyakarta. Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan sampel dengan purposive sampling. Populasi satu pasien stroke non hemoragik dengan masalah gangguan menelan. Pelaksanaan 13-14 Oktober 2022, analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data disesuaikan dengan proses keperawatan. Pengkajian didapatkan data pasien mengalami gangguan menelan, terdapat 9 diagnosa dengan prioritas gangguan menelan. Rencana implementasi dengan shaker exercise. Responden diberikan intervensi shaker exercise dilakukan selama dua hari dalam satu hari diberikan dua kali 30 menit setelah makan pagi dan siang. Hasil intervensi shaker exercise selama dua hari reflek menelan meningkat. Shaker exercise dapat meningkatkan kemampuan menelan dan dapat mencegah terjadinya komplikasi langsung maupun tidak langsung akibat disfagia. Intervensi shaker exercise  dapat diterapkan di Rumah Sakit sebagai tindakan mandiri perawat pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan menelan.Kata kunci: Stroke non hemoragik; gangguan menelan; shaker exercise
Studi Kasus: Cylindrical Grip Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Di Rumah Sakit SwastaYogyakarta Tahun 2022 Rahmawati Vita Kurniasari; Tri Wahyuni Ismoyowati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 14 (2023): Nomor Khusus Juni 2023
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v14i0.3113

Abstract

Stroke merupakan penyakit disebabkan karena gangguan pembuluh darah otak yang bermanifestasi berupa defisit neurologi fokal dan global. Salah satu defisit neurologi adalah disfungsi motorik area broadman empat dan enam, pada pasien stroke berakibat mengalami keterbatasan gerak tubuh atau gangguan mobilitas fisik. Hal ini dapat diatasi dengan latihan Cylindrical Grip. Mengetahui Cylindrical Grip terhadap kekuatan otot pasien Stroke Non Hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik Di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2022. Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan Stroke Non Hemoragik. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien mengalami kelemahan ekstremitas kiri mengakibatkan gangguan mobilitas fisik. Salah satu upaya untuk meningkatkan kekuatan otot dengan cylindrical grip. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot dari 3 menjadi 4 dengan dilakukan Cylindrical Grip. Cylindrical Grip merupakan genggam benda berbentuk silinder yang efektif meningkatkan kekuatan otot, hasil penelitian sebelum dilakukan intervensi kekuatan otot 3 pada tangan kiri setelah intervensi selama 2 hari kekuatan otot 4 di tangan kiri. Bagi peneliti lain penelitian ini dapat dikembangkan dengan teori terbaru terkait nursing management serta didukung jurnal penelitian untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke.Kata Kunci: Cylindrical Grip; Mobilitas Fisik; Stroke
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY (ACT) UNTUK MENCEGAH GANGGUAN PSIKOSOSIAL PADA MASYARAKAT DENGAN PTM MASA PASCA PANDEMI: Community Empowerment Strategy With Acceptance And Commitment Therapy (ACT) To Prevent Psychosocial Disorders In Communities With Ncds In The Post Pandemic Period Tri Wahyuni Ismoyowati
JAMAS : Jurnal Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 3 (2023)
Publisher : Forind Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah gangguan kronis yang menurunkan sistem kekebalan tubuh, erat kaitannya degan perilaku seperti gaya hidup dan pola hidup sehat sehingga untuk pengendalian PTM di masyarakat memerlukan kesadaran dari. Kematian akibat penyakit tidak menular tertinggi sebesar 80% disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. PTM yang di derita dalam jangka waktu lama atau kronis akan menimbulkan masalah baik fisik maupun psikologi. ntervensi keperawatan yang telah dilakukakan dalam menangani masalah adalah dengan terapi Acceptance And Commitment Therapy (ACT). Tujuan PKM : meningkatkan pemberdayaan masyarakat dengan ACT untuk mencegah gangguan psikososial pada masyarakat dengan PTM Masa Pasca Pandemi. Metode : Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan bulan Maret sampai Juni 2023 dengan sasaran kader dan Masyarakat di Kelurahan Suryodiningratan Yogyakarta dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD), pretest gangguan psikososial yaitu depresi, Pemberian Edukasi tentang ACT dengan 3 sesi, Simulasi terapi dan post test. Jumlah Populasi adalah 30 responden dengan Teknik purposive sampling. Hasil pretest gangguan psikososial didapatkan Masyarakat yang memiliki tingkat depresi sedang adalah 50%. Setelah diberikan Intervensi hasil tingkat depresi 50% adalah ringan. Kesimpulan : Sebagian besar masyarakat memiliki penyakit tidak menular Diabetes Mellitus dan Hipertensi. Intervensi ACT memiliki dampak positif terhadap gangguan Psikososial seperti depresi karena penyakit PTM pada Masyarakat.
MEMBANGUN MASYARAKAT SEHAT DAN PRODUKTIF DENGAN INOVASI ACT UNTUK OPTIMALISASI FUNGSI FISIK DAN PSIKOSOSIAL PADA MASA PASCA PANDEMI: BUILDING A HEALTHY AND PRODUCTIVE COMMUNITY WITH THE INNOVATION ACT FOR THE OPTIMIZATION OF PHYSICAL AND PSYCHOSOCIAL FUNCTIONS IN THE POST-PANDEMIC ERA Tri Wahyuni Ismoyowati; Gian Lisuari Adityasiwi; Ch. Hatri Istiarin; I Wayan Sudarta; Ratna Puspita Adiyasa
JAMAS : Jurnal Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 3 (2023)
Publisher : Forind Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Berdasarkan data dari WHO tahun 2018 sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Hipertensi, Diabetes dan PTM lainnya adalah gangguan kronis yang menurunkan sistem kekebalan tubuh manusia secara bertahap dan sangat rentan terhadap infeksi. PTM yang di derita dalam jangka waktu lama atau kronis akan menimbulkan masalah baik fisik maupun psikologi. Intervensi keperawatan yang telah dilakukakan dalam menangani masalah adalah dengan terapi Acceptance And Commitment Therapy (ACT), Eduksi tentang PTM, Pelatihan Hydroterapi. Tujuan PKM : meningkatkan kesehatan masyarakat dengan membangun masyarakat sehat dan produktif dengan inovasi ACT untuk optimalisasi fungsi fisik dan psikososial pada masa pasca pandemi. Metode : Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan bulan Maret sampai Juni 2023 dengan sasaran kader dan Masyarakat di Kelurahan Suryodiningratan Yogyakarta dilakukan 2 tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan, Tahap pelaksanaan dilakukan 4 proses pelatihan yang masing-masing proses dilakukan pre-test, skrining lalu pemberian pelatihan lalu dilanjutkan dengan evaluasi. Hasil : Setelah Pemberian Edukasi tentang Intervensi ACT didapatkan hasil 15 orang (50%) memiliki tingkat Ansietas dan Stres yang ringan, sedangkan 15 orang (50%) memiliki tingkat Ansietas dan Stres yang sedang, Setelah masyarakat diberikan Edukasi tentang DM, nilai pemeriksaan GDS rata nilai sebesar 12,93 (86,24%), Dari 33 orang partisipan 23 orang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, sedangkan 10 sisanya memperoleh nilai yang sama sebelum dan sesudah dilaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan. Setelah dilakukan Pelatihan Perawatan Luka dengan hasil Hasil pre test yaitu 1,7 sedangkan hasil post test yaitu 3,9. Terjadi kenaikan pengetahuan tentang rawat luka pada lansia, kader dan calon kader. Pelatihan Hydroterapi terjadi penurunan tekanan darah sebanyak 75%. Kesimpulan: Sebagian besar masyarakat memiliki penyakit tidak menular Diabetes Mellitus dan Hipertensi. Intervensi ACT, pemberian Edukasi, Pelatihan perawatan Luka dan Hydroterapi memiliki dampak positif terhadap gangguan Fisik dan Gangguan Psikososial pada Masyarakat.