Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

IPerforma Larva Lalat Tentara Hitam (Hermetia illucens) sebagai Biokonversi Limbah Industri Pengolahan Carica Dieng (Vasconcellea pubescens) di Wonosobo Irma Fatmanintyas; Trisnowati Budi Ambarningrum; Atang Atang; Trisno Haryanto; Eko Setiyono
Metamorfosa: Journal of Biological Sciences Vol 9 No 1 (2022)
Publisher : Prodi Magister Ilmu Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p13

Abstract

Limbah berupa kulit dan biji yang berasal dari industri pengolahan carica Dieng (Vasconcellea pubescens) dapat menjadi permasalahan lingkungan apabila tidak tertangani dengan baik . Larva BSF (Hermetia illucens) sebagai agen biokonversi diharapkan mampu menjadi solusi untuk permasalahan tersebut. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan meliputi perlakuan kontrol, P1 = 100% kulit, P2 = 75% kulit + 25% biji, P3 = 50% kulit + 50% biji, P4 = 25% kulit + 75% biji, dan P5 = 100% biji. Waktu pengamatan penelitian dilakukan selama 21 hari. Parameter utama yang diamati adalah nilai konsumsi pakan dan indeks pengurangan limbah (WRI), sedangkan parameter pendukung berupa biomassa larva, diameter kapsul kepala dan tingkat kelulusan hidup (survival rate). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA dengan tingkat kesalahan 5%, dan apabila perlakuan berpengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji DMRT dengan tingkat kesalahan 5%. Hasil penelitian dengan jenis pakan yang bervariasi menunjukkan nilai konsumsi pakan tercerna oleh larva BSF berkisar antara 60,42% - 81,26%. Sedangkan untuk nilai indeks pengurangan limbah (WRI) berkisar antara 2,82% - 3,73%. Nilai reduksi limbah lebih dari 50% menunjukkan adanya efektivitas larva BSF dalam mendegradasi limbah organik. Dengan demikian penggunaan jenis pakan berupa pakan penggunaan larva BSF efektif dalam mereduksi limbah pengolahan carica Dieng (V. pubescens).
VARIATIONS OF FEED AMOUNT AND DIFFERENT TEMPERATURES ON THE DEVELOPMENT OF BSF LARVAE DURING FOURTEEN DAYS OF REARED Trisno Haryanto; Eko Setiyono
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 1 (2021): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v7i1.21240

Abstract

Pertumbuhan larva Black Soldier Fly/BSF secara optimal dapat berlangsung selama 14 hari dengan kualitas dan kuantitas makanan yang ideal. Siklus hidup BSF dipengaruhi oleh media pakan dan temperatur. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi pemberian pakan dan temperatur terhadap perkembangan larva BSF. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan variasi komposisi pakan (100; 150; dan 200 mg/larva/hari) dan kombinasi temperatur dengan variasi 25oC; 27oC; 30oC: 35oC). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga ada 36 unit percobaan. Data dianalisis mengunakan uji Kruskal Wallis pada taraf signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan pertambahan bobot dan panjang larva secara bertahap dipengaruhi oleh variasi jumlah pakan dan temperatur (P<0,05). Penambahan panjang dan bobot larva sangat berhubungan dengan adanya variasi jumlah pakan dan temperatur yang diberikan dalam perlakuan. Variasi jumlah pakan dan temperatur mempengaruhi perkembangan larva BSF (P<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variasi jumlah pakan dan temperatur mempengaruhi perkembangan larva BSF. 
Keragaman Kupu-kupu Pemakan Buah Busuk di Perbatasan Zona Rehabilitasi Taman Nasional Gunung Ciremai Kecamatan Cigugur, Kuningan Trisno Haryanto; Imam Widhiono; Bambang Heru Budianto
Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal Vol 37, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Biologi | Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.724 KB) | DOI: 10.20884/1.mib.2020.37.2.1116

Abstract

Butterflies can be classified based on their feed sources into a nectar-feeding and frugivorous butterfly. Frugiforus butterflies are very sensitive to environmental changes. Furthermore, they are easy to be observed by using a simple sampling method. The research on the diversity of frugivorous butterflies was carried out in the rehabilitation zone of the Ciremai Mountain National Park (TNGC) Region Cigugur, Kuningan. The purpose of this study was to obtain information about the diversity of frugivorous butterflies in the rehabilitation zone of TNGC Region Cigugur, Kuningan, as an indicator of land fragmentation and improve the management of TNGC in the use of natural resources, especially for research activities. Butterflies were sampled using a survey method with purposive sampling using bait traps with rotten bananas as bait. Research locations were in the frontier of the rehabilitation area, Cigugur, Kuningan, West Java, perpendicular to the forest frontier along 200 m, which is at a distance of 0-50 m, 50-100 m, 100-150 m, and 150-200 m. The results showed that the diversity of frugivorous butterfly was relatively high with the discovery of 11 types of butterflies from 1 family Nymphalidae.
Tingkat Resistensi Lipas Jerman (Blattella germanica L.) asal Tiga Pasar di Kota Purwokerto terhadap Fipronil Menggunakan Metode Kontak dan Umpan Trisnowati Budi Ambarningrum; Endang Srimurni Kusmintarsih; Trisno Haryanto; Edi Basuki; Dwi Sarwani Sri Rejeki
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 14 No 1 (2022): Jurnal Aspirator Volume 14 Nomor 1 2022
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.563 KB) | DOI: 10.22435/asp.v14i1.4495

Abstract

Lipas jerman telah resisten terhadap berbagai macam insektisida, dibuktikan dengan adanya kasus resistensi lipas jerman yang dilaporkan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Meskipun demikian, di wilayah Kota Purwokerto sampai saat ini belum ada laporan mengenai kasus resistensi tersebut. Tujuan khusus penelitian ini adalah mengetahui status resistensi lipas jerman dari tiga pasar tradisional yang ada di Kota Purwokerto terhadap fipronil. Metode yang digunakan adalah metode kontak dan umpan dengan menggunakan sepuluh ekor lipas jantan dan diulang lima kali untuk masing-masing strain. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis probit untuk menghitung waktu kematian (Lethal Time), untuk kemudian dihitung tingkat resistensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu kematian (LT50) lipas lapangan menggunakan metode kontak pada tingkat resistensi tertinggi adalah dari strain Pasar-1 dengan nilai LT50 sebesar 3,05 jam, sedangkan terendah adalah strain Pasar-3 dengan nilai LT50 sebesar 1,83 jam. Hasil pengujian dengan metode umpan menggunakan gel bait mengandung fipronil 0.03% diperoleh nilai LT50 lipas asal Pasar-1 sebesar 14,16 jam, sedangkan lipas dari Pasar-3 mempunyai nilai LT50 sebesar 8,02 jam. Hasil penghitungan nilai rasio resistensi (RR50) menunjukkan bahwa semua lipas asal tiga pasar tradisional di Kota Purwokerto tidak menunjukkan resistensi terhadap fipronil yang diujikan dengan nilai rasio resistensi semua strain lapangan di bawah 1. Simpulan hasil penelitian ini adalah lipas strain pasar tradisional di Kota Purwokerto masih rentan terhadap insektisida berbahan aktif fipronil. Bahan aktif fipronil dalam formulasi umpan dimungkinkan untuk digunakan dalam monitoring dan pengendalian lipas jerman.
Rediscovery of Bombus rufipes Lepeletier 1835 (Hymenoptera: Apoidea: Bombidae) on Mount Slamet Imam Widhiono; Trisno Haryanto; Eming Sudiana; Elly Proklamasiningsih; Edy Yani
Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology Vol 7, No 2 (2022): August
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jtbb.70620

Abstract

Bombus rufipes Lepeletier 1835 (Hymenoptera: Bombidae) is the only species of Bombidae found in Java. Recent information suggests that it occurs in Java on Mounts Salak 1200 m asl., Mt. Halimun, Mt. Pangrango Gede Complexes, Mt.Cermai, (West Java) Mt.Slamet , Mt. Merapi, Mt. Merbabu, Mt Telomoyo (Central Java) and Mt Argopuro (East Java) , at altitudes above 1,500 m asl. We sought to rediscover this species on Mount Slamet by surveying natural forests at altitudes of 1,500–2,500 m asl on the eastern slopes of Mount Slamet, from August to October 2020 and August to October 2021. Descriptive and morphometric data were obtained and analyzed. The survey revealed five colonies nesting on the ground at an average depth of ca. 70 cm; the colonies contained 18–24 individuals and 22–36 cells (brood, honey, and pollen cells). Based on morphometric measurements and the description of Frison (1930), the species was identified as Bombus rufipes Lepeletier 1835. Therefore, Bombus rufipes still occurs on Mount Slamet. These results provide basic information that should aid further research on this species. 
Frekuensi Pemberian Pakan Limbah Carica (Vasconcellea pubescens A.DC) terhadap Perkembangan Larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens L.) Annanda Nuranisah; Trisnowati Budi Ambarningrum; Atang Atang; Trisno Haryanto; Eko Setiyono
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 4 No 2 (2022): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.bioe.2022.4.2.4621

Abstract

Carica (Vasconcellea pubescens A.DC) waste in Wonosobo can be a problem. Black Soldier Fly/ BSF (Hermetia illucens L.) is biodegradator insect can be right solution. BSF able to convert organic waste into nutrients for growth and development. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the frequency of feeding carica industrial waste on the development of BSF larvae, to determine the effect of feeding frequency on the increase in larval biomass and to determine the survival rate of BSF larvae. The study used an experimental method with RAL factorial. The first factor is type of feed, carica and chicken pellets. Frequency of feeding as the second factor is the frequency of once a day, every two days and three days. Variable of the experiment is head capsule, number of prepupae larvae, larval biomass and survival rate. The data obtained were analyzed by ANOVA at an accuracy level of 95%, if it had a significant effect, it would be continued with the DMRT test. The results of the study The frequency of feeding both once a day (F1), twice a day (F2), and every three days (F3) had no effect on the development of BSF larvae (P> 0.05). The frequency of feeding affects biomass of larvae, the frequency of feeding every day (F1) has the highest biomass while the mechanism of feeding frequency every three days (F3), although given the same quantity of feed weight per day has the lowest biomass. The survival rate of carica feeding is lower, which is about 60-70% at the three different frequencies with chicken pellet feeding which still reaches 90% in each treatment.