Baenawi, La Ode
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

SEJARAH TRADISI KAMPUA PADA MASYARAKAT DESA LAILANGGA KECAMATAN WADAGA KABUPATEN MUNA BARAT Safitri, Efi; Darnawati, Hj.; Baenawi, La Ode
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.684 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7356

Abstract

ABSTRAKPermasalahan yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana latar belakang sejarah tradisi Kampua pada masyarakat Desa Lailangga Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat? (2) Bagaimana proses pelaksanaan tradisi Kampua pada masyarakat Desa Lailangga Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat? (3) Nilai-nilai apa yang terkandung dalam tradisi Kampua pada masyarakat Desa Lailangga Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat? (4) Perubahan apa yang terjadi dalam tradisi Kampua pada masyarakat Desa Lailangga Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat?. Kajian Pustaka yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Konsep dan Teori Sejarah, Konsep Tradisi, Konsep Aqiqah, Teori Perubahan Kebudayaan, Konsep Nilai dan Penelitian Terdahulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah menurut Helius Sjamsuddin yang terbagi dalam tiga tahapan yaitu: (1) Heuristik (Pengumpulan Sumber), (2) Kritik Sumber, (3) Historiografi (Penulisan Sejarah)Hasil penelitian di lapangan mengungkapkan bahwa: (1) Latar belakang sejarah tradisi Kampua pada masyarakat Desa Lailangga Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat adalah sehubungan dengan masuknya ajaran agama Islam di daerah ini pada abad ke-16. Namun salah satu faktor pelaksanaan tradisi Kampua ini adalah keberhasilan Sayid Arab mengobati istri dari Raja Sangia Latugho yang bernama Wa Ode Sope yang sudah lanjut usia (tua) dan tidak memungkinkan lagi memiliki keturunan. (2) Proses pelaksanaan tradisi Kampua pada masyarakat Desa Lailangga dilakukan dalam lima tahapan yaitu (a) Katununo dupa (pembakaran kemenyan) (b) Kabasano Bharasandi (pembacaan barsanji) (c) Kaalano Wulu (pemotongan rambut) (d) Katanda Wite (peletakan tanah) (e) Kabasano Haroa (pembacaan doa haroa), doa tersebut bertujuan sebagai salah satu kegiatan untuk meminta ketentraman dan kenyamanan hidup anak yang di Kampua. (3) Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Kampua dibagi menjadi tiga yaitu Nilai Religius, Nilai Sosial, dan Nilai Budaya. (4) Perubahan yang terjadi dalam tradisi Kampua dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang semakin kompleks dan modern. Perubahan tersebut adalah pada zaman dahulu dilakukan tepat pada usia bayi empat puluh empat hari tetapi sekarang tidak berpatokan pada umur bayi, melainkan pada kesiapan atau kemampuan keluarga baik secara ekonomi maupun moril. Kata Kunci: Sejarah, Tradisi Kampua, Masyarakat Muna
SEJARAH KECAMATAN KATOBU KABUPATEN MUNA (1960-2014) Arifin, Yandi; Baenawi, La Ode; Hayari, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.789 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7361

Abstract

ABSTRAK            Fokus penelitian ini mengacu pada tiga permasalahan utama yaitu (1) Apa yang melatarbelakangi terbentuknya Kecamaan Katobu Kabupaten Muna? (2) Bagaimana perkembangan Kecamatan Katobu Kabupaten Muna? (3) Faktor-faktor apa  yang mendukung perkembangan Kecamatan Katobu Kabupaten Muna?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin, yang menempuh tiga tahapan yaitu : (1) Heuristik, yakni pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, (2) Verifikasi, yakni penilaian terhadap keautentikan dan keabsahan data, dan  (3) Historiografi, yakni mencakup penafsiran (interpretasi), penjelasan (eksplanasi), dan penyajian (ekspose). Sedangkan kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalahkonsep sejarah, konsep pembangunan daerah, konsep kecamatan, konsep pemerintahan daerah serta konsep otonomi daerah.Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa: (1)Latar belakang terbentuknya Kecamatan Katobu Kabupaten Muna yaitu merupakan salah satu pelengkap dari syarat pembentukan Kabupaten Muna. Hal ini diketahui bahwa ketika proses pembentukan Kabupaten Muna, Distrik Katobu disertakan sebagai salah satu dari empat kecamatan yang mendukung dari syarat administrasi terbentuknya Kabupten Muna. (2) Perkembangan Kecamatan Katobu Kabupaten Muna dari tahun 1960-2014 yaitu terlaksana dari sektor pertanian dan perkebunan, kelautan dan perikanan, pendidikan, kesehatan, kepemerintahan kecamatan dan lingkup desa/kelurahan serta sosial budaya. Hal ini menunjukan dengan meningkatnya sektor-sektor tersebut dari tahun ke tahun yang dilihat dari pemerintahan masing-masing Camat Katobu sejak terbentuknya (1960) sampai dengan masa pemerintahan sekarang (2014). (3) Faktor-faktor yang mendukung perkembangan Kecamatan Katobu Kabupaten Muna yaitu (a) faktor wilayah, yang terdiri dari sub faktorperekonomian dan daerah sentral/pusat kota kabupaten. (b) Faktor pemerintahan dalam hal ini peningkatan kualitas dan kuantitas kerja aparat pemerintah kecamatan hingga para kepala desa dan kelurahan. (c) Faktor sosial budaya ditandai dengan terlaksananya hubungan antar  sesama masyarakat serta hubungan masyarakat dengan pemerintah Kecamatan Katobu dalam mendukung pembangunan pemerintah baik pemerintah Kecamatan Katobu maupun pemerintah Kabupaten Muna.Kata Kunci: Sejarah, Perkembangan, Kecamatan Katobu
PERKEMBANGAN MASYARAKAT DESA TERAPUNG DI KECAMATAN MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH (1970-2015) Novita, Novita; Baenawi, La Ode
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.456 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i2.6107

Abstract

ABSTRAK                                                                                            Ulasan dan fokus penelitian ini mengacu pada permasalahan (1) Bagaimana proses terbentuknya Desa Terapung di Kecamatan Mawasangka  Kabupaten Buton Tengah? (2) Bagaimana perkembangan kehidupan masyarakat di Desa Terapung Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah sesuai dengan yang ditulis oleh Helius Sjamsuddin Adapun tata kerja dalam metode sejarah tersebut adalah: (a) Heuristik yaitu pengumpulan data (b) Verifikasi atau kritik sejarah yaitu penilaian terhadap keabsahan data (c) Historiografi yaitu penulisan dan penyusunan sejarah. Hasil Penelitian ini menggambarkan (1) proses terbentuknya desa Terapung yaitu pada tahun 1970 lahir Desa Terapung, Dinamakan Desa Terapung karena terapung di atas air, dimana rumah-rumah yang di dirikan menggunakan tiang selain itu mayoritas masyarakatnya bajo sehingga jika ada air pasang desa ini tidak tenggelam sebab Desa berdekatan dengan Pulau Watandabulawa di situlah ketertarikan masyarakat untuk tinggal di Desa ini karena ada pasir yang membumbung tinggi seperti pulau. (2) Perkembangan kehidupan Masyarakat Desa Terapung lebih baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya, hal itu antara lain dilihat dari perkembangan Ekonomi yang sudah memadai, salah satunya sumber perikanan. Dimana dalam hal penangkapan ikan yang paling menonjol yaitu alat transportasi laut.Dulu masyarakat menangkap ikan menggunakan perahu, sekarang seiring dengan perkembangan zaman mulai menggunakan Bagang.Selain itu juga desa Terapung yang kini dimekarkan menjadi beberapa desa dan satu kelurahan, kemudian terbentuk satu kecamatan yaitu Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. Kata Kunci:  Masyarakat, Desa Terapung, Perkembangan
SEJARAH KAMPUNG DANDILA MENJADI DESA MAROBEA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT (1960-2015) Dadaswati, Dadaswati; Hadara, Ali; Baenawi, La Ode
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.943 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7362

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini diarahkan pada tiga aspek utama yaitu (1) sejarah terbentuknya kampung Dandila (2) Proses perubahan status Kampung Dandila menjadi Desa Marobea Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna Barat (3) Perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi Desa Marobea Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna Barat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Sjamsuddin (2007) yang terdiri dari 3 (tiga) tahapan yakni (1) Heuristik: pengumpulan data melalui, penelitian kepustakaan, pengamatan, wawancara dan studi dokumen; (2) Verifikasi yaitu untuk mengkaji keaslian dan kebenaran data yang terdiri dari  kritik ekstern (kritik luar) dan kritik intern (kritik dalam), (3) Historiografi (penulisan sejarah) yang terdiri atas: a) penafsiran (interpretasi), b) penjelasan (eksplanasi), dan c) penyajian (ekspose).            Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Sejarah terbentuknya Kampung Dandila berawal dari Kapitalao La Ode Muhammad, dimana pada saat itu dia ditugaskan untuk menjaga keamanan kerajaan Tiworo dibagian timur, sehingga atas dasar pengamatannya daerah pertahanan tersebut dibentuk menjadi sebuah kampung dengan nama Kampung Dandila. Berdasarkan tradisi lisan yang mengungkapkan asal-usul nama Dandila yang berasal dari nama tanaman “kadandi-dandila” yang berarti kelam atau untuk sekarang ini lebih dikenal dengan nilam. Menurut cerita bahwa, tanaman kelam atau nilam ini merupakan tanaman liar yang banyak dijumpai sekitar daerah hutan belukar tersebut, sehingga pada saat daerah pertahanan tersebut dibentuk menjadi sebuah kampung dinamakan Kampung Dandila. (2) Proses perubahan status Kampung Dandila menjadi Desa Marobea dari sebuah pengusulan masyarakat yang dipimpin oleh La Aku Pada 1967 dan berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Muna Nomor 30 Tahun 1968 tentang pembentukan Desa Marobea, Kampung Dandila terbentuk menjadi sebuah desa dengan nama Desa Marobea yang berada dalam cakupan Kecamatan Lawa. Nama tersebut berasal dari Kapitalao Marobea yang bertempat di Dandila  dan dijabat oleh Laode Muhammad pada saat itu. (3) Perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi Desa Marobea dilihat dari perkembangan pembangunan fisik maupun non fisik cukup menunjang peningkatan dan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Seiring perkembangnya Desa Marobea Kecamatan Sawerigadi pembangunan terjadi dibeberapa bidang baik itu pembangunan fasilitas umum maupun sarana dan prasarana yang menjadi kegiatan pembangunan pemerintahan yang menunjang kehidupan ekonomi masyarakat Desa Marobea. Kata Kunci: Sejarah, Pembentukan Desa, dan Perkembangan
SEJARAH WATA-WATANGKE PADA MASYARAKAT MUNA awansyah, La Ode; Darnawati, Hj.; Baenawi, La Ode
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.528 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7367

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang 1) Latar belakang  tradisi wata-watangke, 2) Proses penyampaian tradisi wata-watangke dalam masyarakat Muna, dan  3) Makna yang terkandung dalam tradisi Wata-watangke.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsudin dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) Heuristik (pengumpulan data), (2) Kritik sumber (eksternal dan internal), (3) Historiografi, penulisan sejarah yang terdiri atas: penafsiran, penjelasan dan penyajian. Kajian pustaka dalam penelitian ini menggunakan konsep sejarah, konsep kebudayaan, konsep wata-watangke (teka-teki), konsep pendidikan, konsep moral dan penelitian relevan.Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) latar belakang tradisi wata-watangke menjelaskan bahwa munculnya wata-watangke dimulai pada masa pengaruh Islam di Muna dimasa pemerintahan Raja Sugi Manuru pada abad XVI Dalam tahap perkembangannya tradisi wata-watangke dimainkan oleh pasangan muda-mudi yang sedang jatuh cinta., tradisi wata-watangke yang hanya mainkan oleh  muda-mudi, permainan wata-watangke berkembang dan dimainkan dari rumah ke rumah, bahkan dari kampung ke kampung dan  ini digunakan untuk membangun hubungan silaturahim agar tetap terjalin dengan baik. Dengan demikian, tradisi wata-watangke memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting untuk menjaga hubungan kekeluargaan dan komunikasi antarsesama dalam kehidupan masyarakat Muna. 2) Proses pengungkapan tradisi Wata-watangke, Dalam permainan wata-watangke terbagi atas dua bagian yaitu penanya dan penjawab. Biasanya pertanyaan dalam wata-watangke diajukan untuk dijawab atau ditebak lawan dalam permainan wata-watangke tersebut. orang atau kelompok yang mengajukan pertanyaan bertanya kepada orang atau kelompok yang dituju, maka kelompok tersebut harus menebak atau menjawab pertanyaan tersebut. 3) Permainan wata-watangke pada masyarakat Muna banyak memuat makna pendidikan, baik bentuk permainannya sampai pada ungkapan dalam wata-watangke itu sendiri diantaranya adalah nilai pendidikan agama, moral, sosial, dan karakter. Kata Kunci: Wata-watangke, Sejarah, dan Masyarakat Muna