Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Pengaruh Model Pembelajaran STAD Berbantu Media Film Situs Astana Gede Kawali Terhadap Kesadaran Sejarah Siswa (Studi Penelitian Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMAN 1 Baregbeg) Yadi Kusmayadi; Aan Suryana
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : UNIVERITAS PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (756.734 KB) | DOI: 10.25273/ajsp.v9i1.3413

Abstract

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Student Team’s Achievment Division (STAD) Berbantuan Media Film Situs “Astana Gede Kawali Terhadap Kesadaran Sejarah Siswa (Studi Penelitian Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMAN 1 Baregbeg). Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan perbedaan pengaruh model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievment Division (STAD) berbantuan media film situs “Astana Gede Kawali” terhadap kesadaran sejarah siswa pada mata pelajaran sejarah, serta menemukan pengaruh kesadaran sejarah terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan menggunakan Desain Kelompok Kontrol Non-ekuivalen.  Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Baregbeg. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu pemilihan secara acak atau random sampling dengan cara pengundian. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X  di SMAN 1 Baregbeg dan kelas XIPA 1 dan X IPA 2. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertama, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar dan kesadaran sejarah siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD berbantuan media film Situs Astana Gede Kawali dengan siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD berbantuan media film, yaitu hasil belajar rata-rata  76,19 untuk kelas eksperimen dan 69,29 untuk kelas kontrol. Kedua, terdapat pengaruh kesadaran sejarah dan hasil belajar siswa.
Tradisi Sawer Panganten Sunda Di Desa Parigi Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Yadi Kusmayadi
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : UNIVERITAS PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (729.619 KB) | DOI: 10.25273/ajsp.v8i2.2470

Abstract

Secara garis besar tradisi sawer panganten dilakukan setelah selesai akad nikah, pasangan pengantin duduk di kursi yang disimpan di depan rumah mempelai wanita yang disaksikan ratusan pasang mata. Tempat yang digunakan untuk upacara sawer merupakan tempat terbuka yang biasa disebut tempat panyaweran.  Pasangan pengantin tersebut didampingi oleh seorang pemegang payung dan didepannya berdiri juru sawer atau biasa disebut penyawer.  Juru sawer ini umumnya kaum wanita.Upacara sawer diawali dengan mengucapkan ijab kabul oleh penyawer, kemudian dilanjutkan dengan melantunkan syair/puisi sawer. Puisi sawer adalah puisi yang biasa dilagukan pada waktu upacara sawer seperti pada waktu upacara khitanan dan perkawinan. Kata sawer mengandung arti tabur atau sebar. Setelah melantunkan satu bait syair sawer, penyawer menyelinginya dengan menaburkan beras, irisan kunir, permen, uang logam dan bermacam – macam bunga rampai yang disimpan di dalam baskom (tempat menyimpan benda saweran) ke atas payung atau ke arah pengantin. Sehingga dalam waktu bersamaan, anak-anak ataupun orang dewasa yang bergerombol di belakang pengantin saling berebut memungut uang sawerdan permen.
Pengaruh Konferensi Asia Afrika (KAA) Tahun 1955 Terhadap Kemerdekaan Negara-Negara Di Benua Afrika Yadi Kusmayadi
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 8, No 01 (2018)
Publisher : UNIVERITAS PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.576 KB) | DOI: 10.25273/ajsp.v8i01.1586

Abstract

Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa Konferensi Asia Afrika merupakan gagasan yang diajukan dalam Konferensi Kolombo, yang dihadiri oleh Indonesia, India, Birma, Pakistan dan Srilangka pada bulan April 1954. Selanjutnya usul tersebut di tindak lanjuti dalam Konferensi Bogor yang diadakan akhir bulan Desember 1954. Sehingga pada bulan April 1955 Konferensi Asia Afrika diselenggarakan yang dihadiri oleh 29 negara. Pengaruh Konferensi Asia Afrika terhadap negara-negara di Afrika merupakan jawaban yang positif terhadap perjuangan bangsa-bangsa terjajah terhadap kaum kolonialis yang berada di Afrika. Maka rakyat di Afrika bangkit mengadakan perlawanan terhadap penjajah bangsa Eropa Barat, menyadari akan pentingnya semangat Bandung karena mempunyai dampak yang tak ternilai terhadap gerak perjuangan dalam usaha membebaskan diri dari kaum imperialis. Konferensi Asia Afrika dapat dianggap sebagai momentum histroris yang sangat penting dalam sejarah dunia. Semangat Bandung menaikkan citra di dunia Internasional khususnya bagi bangsa Afrika.
Hubungan Antara Pemahaman Sejarah Nasional Indonesia dan Wawasan Kebangsaan Dengan Karakter Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Galuh Ciamis) Yadi Kusmayadi
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 7, No 2 (2017)
Publisher : UNIVERITAS PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.47 KB) | DOI: 10.25273/ajsp.v7i2.1486

Abstract

Penelitian Kuantitatif ini bertujuan untuk mengungkap tingkat hubungan pemahaman sejarah nasional Indonesia dan wawasan kebangsaan terhadap karakter mahasiswa. Hipotesisnya adalah (1). terdapat hubungan antara pemahaman sejarah nasional indonesia dengan karakter mahasiswa, (2). terdapat hubungan antara wawasan kebangsaan dengan karakter mahasiswa, (3). terdapat hubungan pemahaman sejarah nasional indonesia dan wawasan kebangsaan secara bersama-sama dengan karakter mahasiswa. Subjek penelitian adalah mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Galuh Ciamis tingkat III semester 6 dan tingkat IV semester VIII. Pengumpulan data menggunakan instrumen tes, dan angket.Teknik analisis data menggunakan analisis korelasi, regresi sederhana dan regresi ganda pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat hubungan positif yang signifikan antara Pemahaman SNI (X1) dengan karakter mahasiswa (Y) dapat diterima dengan koefisien korelasi sebesar 0.590, koefisien regresi sebesar 0.159 pada konstanta 100.876 dan thit(5.535) >ttab (1.663) dengan taraf signifikansi 5%; (2) terdapat hubungan positif yang signifikan antara wawasan kebangsaan (X2) dengan karakter mahasiswa (Y) dapat diterima dengan koefisien korelasi sebesar 0.604, koefisien regresi sebesar 0.442 pada konstanta 52.272 dan thit(6.867) >ttab(1.663) dengan taraf signifikansi 5%; (3) terdapat hubungan positif yang signifikan pemahaman SNI (X1) dan wawasan kebangsaan (X2) secara bersama-sama dengan karakter mahasiswa (Y) dapat diterima dengan koefisien korelasi sebesar 0.605, koefisien regresi pemahaman SNI sebesar 0.079, koefisien regresi wawasan kebangsaan sebesar 0.441 pada konstanta 50.215, koefisien determinasi sebesar 0.366 dengan persamaan gars regresi ganda = 50.215 + 0.079X1 + 0.441X2 dan Fhit (23.376) >Ftab (3.111) dengan taraf signifikansi 5%.
PENGEMBANGAN POTENSI WISATA SITUS GANDOANG WANASIGRA UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI MASYARAKAT DESA WANASIGRA KECAMATAN SINDANGKASIH KABUPATEN CIAMIS Yadi Kusmayadi
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.806 KB) | DOI: 10.30870/candrasangkala.v4i1.3432

Abstract

Abstrak: Latar belakang penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan tentang: peninggalan arkeologis yang ada di Situs Gandoang Desa Wanasigra dan Upaya pengembangan wisata Situs Gandoang untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Desa Wanasigra. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik (kritik intern dan kritik ekstern), interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peninggalan arkeologis yang ada di Situs Gandoang Desa Wanasigra Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis antara lain naskah kuno yang terbuat dari tambaga dan kertas daluang, makam-makam, dan tombak. Serta peninggalan intangible yaitu tradisi Merlawu. Upaya pengembangan yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Wanasigra umumnya dan masyarakat sekitar Situs Gandoang khususnya adalah membuat souvenir dan membuka usaha warung. Sedangkan untuk usaha keberlangsungan dari pengembangan wisata Situs Gandoang adalah dengan membuat biografi tokoh-tokoh yang ada di Situs Gandoang, membuat buklet Situs Gandoang, dan publikasi Situs Gandoang di internet dengan membuat blog, facebook, dan media sosial lainnya.
LOCAL KNOWLEDGE IN BABAD PANJALU MANUSCRIPT Abdul Muin Muin; Yeni Wijayanti Wijayanti; Yadi Kusmayadi Kusmayadi
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v6i2.9159

Abstract

The Babad Panjalu manuscript is a local cultural heritage that has not been uplifted and is widely known by the community, especially the Panjalu community, Babad Panjalu is one of the most useful sources of local knowledge today. This study aims to determine an overview of the contents of the manuscript and local knowledge contained in the Babad Panjalu text. This study used a historical method design with research steps, namely heuristics, criticism, interpretation, and the last stage, namely historiography, using a qualitative approach with data collection techniques, namely literature study or literature study. The results of this study indicate that Babad Panjalu is a copy manuscript which was completed on July 10, 1905, written by Prajadinata from Panjalu Ciamis. Babad Panjalu is a collection of C.M. Pleyte, which is stored in box 121 at the Jakarta National Library Museum, uses Sundanese as the medium and is written in the form of dangding or pupuh. Babad Panjalu reveals various local knowledge including knowledge about the world of fauna and flora, Sundanese musical instruments, Sundanese paribasa, sacred places in Panjalu, and the history of Panjalu.
POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MASA KONFRONTASI INDONESIA-MALAYSIA TAHUN 1963-1966 Yadi Kusmayadi
Jurnal Artefak Vol 4, No 1 (2017): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (733.324 KB) | DOI: 10.25157/ja.v4i1.732

Abstract

Tindakan Indonesia dalam pengunduran diri sebagai anggota PBB pada tanggal 7 Januari 1965 ketika Malaysia dinyatakan menjadi anggota tidak tetap dewan keamanan PBB. Tujuan penulisan ini untuk menganalisi peristiwa terjadinya politik nuar negeri pada tahun 1963-1966. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan historis. Politik luar negeri Indonesia pada masa konfrontasi Indonesia dengan Malaysia tahun 1963-1966 melenceng dari garis politik luar negeri bebas aktif. Namun jika dilihat dari sisi positif, tindakan Presiden Soekarno melakukan konfrontasi kepada Malaysia sangat tepat. Sesuai dengan garis kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, Indonesia tidak menghendaki negara tetangganya menjadi antek-antek negara kolonialis dan imperialis. Apabila sebuah negara di Asia Tenggara dapat dikuasai oleh kekuatan kolonialis dan imperialis, maka wilayah tersebut akan dijadikan basis bagi penyebaran pengaruh mereka dan bahkan penguasaan mereka atas bangsa-bangsa dan negara-negara di sekitarnya. Jika dilihat dari sisi negatif, konfrontasi ini telah menyebabkan bangsa Indonesia melenceng dari garis kebijakan politik luar negeri bebas dan aktif. Terbukti pada waktu itu Indonesia menyatakan keluar dari keanggotaan di PBB, dan setelah itu ada kesan bahwa bangsa Indonesia dikucilkan dari pergaulan dunia internasional. Selain itu pula, peristiwa konfrontasi Indonesia-Malaysia ini dimanfaatkan oleh PKI untuk kepentingannya mendekatkan negara Indonesia dengan negara-negara komunis seperti USSR, Korea Utara dan RRC.Indonesia's actions in resignation as a member of the United Nations on 7 January 1965 when Malaysia was declared a non-permanent member of the UN security council. The purpose of this paper is to analyze the occurrence of national politics in the year 1963-1966. This research method uses a historical approach. Indonesia's foreign policy during the Indonesian confrontation with Malaysia in 1963-1966 deviated from the line of active free foreign policy. However, if viewed from the positive side, the action of President Soekarno to confrontation to Malaysia is very appropriate. In accordance with the line of active foreign policy of Indonesia, Indonesia does not want its neighbors to be agents of the colonialist and imperialist countries. If a country in Southeast Asia can be dominated by colonialist and imperialist forces, then the region will serve as a basis for the spread of their influence and even their control over the surrounding nations and nations. If viewed from the negative side, this confrontation has caused the Indonesian nation deviated from the line of free and active foreign policy. Evident at that time Indonesia declared out of membership in the United Nations, and after that there is the impression that the Indonesian nation is ostracized from the international community. In addition, Indonesia-Malaysia confrontation event is utilized by the PKI for its interests to bring the country of Indonesia with the communist countries such as the USSR, North Korea, and the PRC.
"GALUH” DAN CIAMIS: SEBUAH TINJAUAN HISTORIS DAN FILOSOFIS DALAM URGENSI PERUBAHAN NAMA KABUPATEN Yadi Kusmayadi
Jurnal Artefak Vol 9, No 1 (2022): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.033 KB) | DOI: 10.25157/ja.v9i1.6981

Abstract

Panjangnya rentang waktu kekuasaan Galuh baik dimulai dari Kerajaan sampai ke Kabupaten menjadi perkara sulit untuk menentukan sejak kapan kita mesti mengubah nama Kabupaten Ciamis menjadi Galuh. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan empat tahapan kerja, yaitu, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Semenjak Kabupaten Galuh diubah menjadi Kabupaten Ciamis pada tanggal 12 Juni 1642 merupakan idiom negatif yang semestinya sudah kita tinggalkan. Bagaimana semangat bisa dihadirkan jika sampai saat ini kita menggunakan etimologi kata negatif untuk membangun sebuah peradaban yang sejak abad ke-7 berdiri tegak dan berkuasa hampir seribu tahun lebih. Aspek etimologi Galuh menjadi lebih baik dan positif dari berbagai segi, seperti aspek historis, filosofis, psikologis, sosial budaya, agama, ekonomi dan politik. Dengan diubahnya nama Kabupaten Ciamis menjadi Galuh sebaiknya tidak menggunakan landasan atau latar belakang yang salah atau tidak sesuai dengan kajian ilmiah dalam penelusuran sumber sejarah. The long span of Galuh's power from the Kingdom to the Regency is a difficult matter to determine since when we have to change the name of Ciamis Regency to Galuh. This study uses the historical method with four stages of work, namely, heuristics, criticism, interpretation and historiography. Since Galuh Regency was changed to Ciamis Regency on June 12, 1642, it is a negative idiom that we should have abandoned. How can the spirit be presented if until now we have used the etymology of negative words to build a civilization that since the 7th century has stood tall and reigned for almost a thousand years. The etymological aspects of Galuh have become better and more positive from various aspects, such as historical, philosophical, psychological, socio-cultural, religious, economic and political aspects. By changing the name of Ciamis Regency to Galuh, it is better not to use a base or background that is wrong or not in accordance with scientific studies in tracing historical sources.
EKSISTENSI MASYARAKAT ETNIK SUNDA DI DESA CIMRUTU KECAMATAN PATIMUAN KABUPATEN CILACAP Yadi Kusmayadi
Jurnal Artefak Vol 3, No 2 (2015): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.909 KB) | DOI: 10.25157/ja.v3i2.1098

Abstract

Secara garis besar, hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : Keberadaan gerakan DI/TII yang bersifat radikal sedikit banyak telah membuat keresahan di kalangan warga masyarakat, khususnya wilayah Kecamatan Parigi. Hal inilah yang mendorong masyarakat Sunda dari Parigi bermigrasi ke Desa Cimrutu Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap sekitar tahun 1949-1950. Akibat pembauran antara masyarakat etnik Sunda dan suku Jawa, maka terjadi akulturasi, baik dalam hal bahasa, perkawinan antar suku, kesenian, dan bentuk-bentuk rumah. Manfaat yang hendak dicapai dari hasil penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang berarti bagi perkembangan sejarah lokal dan sejarah nasional, khususnya tentang sejarah sosial dan budaya. Selain itu, hasil penelitian diharapkan pula dapat dijadikan bahan informasi bagi para peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji permasalahan ini lebih lanjut.Kata Kunci: Etnik Sunda dan Akulturasi BudayaABSTRACTBroadly speaking, the results of this study are as follows: The existence of motion DI / TII that are radical to some extent has made anxiety among residents, especially the District of Parigi. This has encouraged the Sundanese people migrated to the village of Parigi Cimrutu Patimuan District of Cilacap circa 1949-1950. As a result of mixing between ethnic communities Sundanese and Javanese, then there acculturation, both in terms of language, intermarriage, the arts, and other forms of home. The benefits to be achieved from the results of this study are expected to provide a meaningful contribution to the development of local history and national history, especially about the social and cultural history. In addition, the research is also expected to be used as information for other researchers who are interested to study this matter further.Keywords: Ethnic Sundanese and Acculturation
SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI PRIANGAN 1900-1942 Yadi Kusmayadi
Jurnal Artefak Vol 4, No 2 (2017): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.374 KB) | DOI: 10.25157/ja.v4i2.908

Abstract

Kebijakan pemerintah kolonial di Hindia Belanda (Indonesia) ketika memasuki awal abad ke-20 berubah. Diawali dengan kebijakan konservatif (kebijakan pemerintah kolonial sebelum tahun 1870, kemudian beralih ke kebijakan liberal (dengan menerapkan sistem politik pintu terbuka), dan terakhir kebijakan etis. Kebijakan politik etis ini didasari karena balas jasa dari hutang budi tanah jajahan Hindia Belanda yang telah membantu Negara induk (Belanda) secara ekonomi. Kebijakan pemerintah kolonial sebelumnya (politik etis) dinilai sangat merugikan penduduk pribumi, eksploitasi tanah dan tenaga diberlakukan ketika pemerintah kolonial masih menerapkan sistem konservatif atau tanam paksa (cultuurestelsel). Awal abad ke-20 tepatnya tahun 1902, Hindia Belanda resmi menerapkan sistem politik etis dengan memperbaharui tiga poin penting untuk kemajuan penduduk pribumi, tiga poin tersebut adalah: 1. Pendidikan, 2. Irigasi (perbaikan dalam sistem pertanian), 3. Emigrasi (perbaikan dalam masalah pemerataan penduduk). Semangat politik etis atau politik balas jasa oleh pemerintah kolonial di Hindia Belanda akhirnya melahirkan penduduk pribumi yang berpendidikan. Melalui Pendidikan, penduduk pribumi akhirnya mengetahui hal-hal yang dipelajari oleh orang-orang Belanda. Lebih jauhnya para penduduk pribumi yang berfikiran kritis akhirnya melahirkan satu kelas sosial baru di Hindia Belanda yang mengingkan sebuah kemerdekaan. Pentingnya perkembangan sejarah pendidikan pada masa politik etis ini menjadi sebuah dasar dari perubahan tatanan sosial di Hindia Belanda. Lahirnya kelas intelektual pribumi membuat perjuangan menuju kemerdekaan tidak lagi menggunakan segala bentuk kekerasan, angkat senjata dan peperangan. Perjuangan intelektual pribumi akhirnya berubah kedalam bidang politik dan pendidikan.