Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

TIPE KEPRIBADIAN OCEAN DENGAN CAREER DECISION SELF EFFICACY PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR DI JAKARTA Kristiana Yunitri; Devi Jatmika
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2015): August
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (765.49 KB) | DOI: 10.22219/jipt.v3i2.3540

Abstract

Teori Big Five untuk tipe kepribadian OCEAN mampu memprediksi beberapa variabel seputar dunia industri dan organisasi seperti keyakinan dalam mengembangkan karir, dan proses pengambilan keputusan akan karir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepribadian OCEAN dengan career decision self efficacy pada mahasiswa tingkat akhir di Jakarta. Jenis penelitian yaitu korelasional kuantitatif dengan metode pengumpulan data instrumen BFI (Big Five Inventory) dan CDS-SF. Subjek penelitian berjumlah 208 mahasiswa tingkat akhir di Jakarta yang diambil dengan teknik sampling incidental. Analisa menggunakan korelasi pearson product moment. Hasil penelitian menyebutkan adanya hubungan yang positif antara domain extraversion, conscientiousness, agreeableness, openess to experience dengan career decision self efficacy (p= 0.000), serta tidak ada hubungan yang signifikan antara neuroticism dengan career decision self efficacy (p= 0.138) pada mahasiswa tingkat akhir di Jakarta.Kata kunci: Tipe kepribadian OCEAN, career decision self efficacy, mahasiswa tingkat akhirBig Five theory of personality types OCEAN able to predicted some variables about the world of industry and organizations such as the belief in career development, and decision-making process would be a career. The purposed of this study was to determine the relationship OCEAN personality with career decision self-efficacy at final year students in Jakarta. This type of research was quantitative correlation method of data collection instruments BFI (Big Five Inventory) and CDS - SF . Subjects numbered 208 final year students in Jakarta taken by incidental sampling technique. Analysis used Pearson product moment correlation. The results mentioned the existence of a positive relationship between the domain extraversion, conscientiousness, agreeableness, openness to experience with career decision self-efficacy (p=0,000), and there was not significant relationship between neuroticism with career decision self-efficacy (p=0,138) at the student level final in Jakarta. Keyword: OCEAN personality type, career decision self efficacy, final year students
Peran Konflik Peran Ganda Terhadap Spiritualitas Di Tempat Kerja Pada Guru Wanita Sekolah Dasar Negeri (SDN) Di Jakarta Devi Jatmika; Syanthi Dewi Utomo
JURNAL PSIKOLOGI Vol 15, No 2 (2019): Jurnal Psikologi
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jp.v15i2.7526

Abstract

Profesi sebagai seorang guru SD memiliki tantangan bagi guru wanita yang harus berperan sebagai pendidik yang baik dan berkualitas begitupula dengan perannya sebagai seorang ibu dan istri di rumah. Tugas-tugas rumah tangga dan pekerjaan membuat guru wanita menghadapi konflik peran ganda. Pekerjaan merupakan salah satu upaya untuk mencapai aktualisasi diri, sehingga penting untuk memaknai pekerjaan yang sedang dilakukan sebagai seorang guru.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran konflik peran ganda terhadap spiritualitas di tempat kerja. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner konflik peran ganda dan spiritualitas di tempat kerja. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 394 orang. Teknik analisa yang digunakan terdiri dari analisa deskriptif dan multiple regression. Hasil diperolah konflik peran ganda berada dalam kategori rendah, sedangkan spiritualitas di tempat kerja di kategori tinggi. Konflik peran ganda memiliki pengaruh sebesar 20.7 % terhadap spiritualitas di tempat kerja. Strain based conflict merupakan dimensi konflik peran ganda yang paling dapat memprediksi spiritualitas di tempat kerja diikuti dengan behavior based conflict. Namun, time based conflict tidak memiliki peranan signifikan terhadap spiritualitas di tempat kerja. Kata Kunci: konflik peran ganda; spiritualitas di tempat kerja; guru wanita.
Hubungan tipe kepribadian OCEAN dan brand trust pada konsumen maskapai penerbangan low cost carrier Octavianty Octavianty; Devi Jatmika
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 2 No 2 (2015)
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jpu41

Abstract

Kebutuhan masyarakat akan transportasi udara semakin hari semakin meningkat, sehingga maskapai penerbangan dengan konsep low cost carrier(berbiaya murah) semakin marak.Namun, pada perusahaan maskapai dengan konsep low cost carrier ini, masih terdapat berbagai masalah terutama dalam hal jaminan keamanan dan keselamatan penumpang yang merupakan prioritas utama dalam penerbangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kepribadian tipe OCEAN dan brand trust pada konsumensalah satu maskapai penerbangan low cost carrier. Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kuantitatif. Subjek penelitian sebanyak 266 orang dari berbagai kalangan yang pernah menggunakan layanan maskapai penerbangan low cost carrier. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Teknik analisa data menggunakanteknik korelasi Spearman. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tipe kepribadian extraversion(r = 0.155; p< .05), conscientiousness(r = 0.216; p< .05), agreeableness(r= 0.254; p< .05), openess to experience (r= 0.613; p< .05) dengan kepercayaan terhadap merek (brand trust), serta terdapat hubungan negatif dan signifikan antara tipe kepribadian neuroticismdengan kepercayaan terhadap merek (brand trust)(r = -0.268; p< .05) pada konsumen salah satu maskapai penerbangan low cost carrier. Hasil analisa deskriptif dari kepercayaan konsumen terhadap merek pada maskapai penerbangan low cost carrier cenderung rendah.
Hubungan resiliensi dengan work engagement pada agen asuransi PT X Marisa Reni Santoso; Devi Jatmika
Jurnal Ecopsy Vol 4, No 2 (2017): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ecopsy.v4i2.3853

Abstract

ABSTRAK Dalam suatu perusahaan asuransi, agen asuransi adalah hal penting, karena menjadi gambaran atau cerminan dari perusahaan asuransi didepan nasabah perusahaan asuransi. Melihat begitu pentingnya agen asuransi dalam perusahaan, perusahaan asuransi memberikan penghargaan untuk mendukung jenjang karir agen sehingga pada akhirnya membuat agen akan terikat dengan perusahaan sehingga munculnya work engagement. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara resiliensi dengan work engagement pada agen asurasni perusahaan X. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional. Data dikumpulkan melalui kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 104 orang agen asuransi dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan positif antara resiliensi dengan work engagement dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,286 (p = 0,003). Dalam penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berarti pada setiap variabel, sehingga dapat dikatakan apabila resiliensi agen tinggi, maka work engagement agen akan tinggi juga dan sebaliknya. Peneliti menyarankan untuk pihak perusahaan asuransi untuk selalu berkembang untuk mendengarkan pendapat dari agen sehingga terjalin hubungan yang baik antara agen dan pekerjaannya. Kata Kunci: Resiliensi, work engagement, agen asuransi ABSTRACT In an insurance company, insurance agent is an important thing. Insurance Agent could become an image or reflection of insurance company in front of clients. By looking at the importance of insurance agent, insurance company will gives reward to support agent's career path which finally is making agents tied to the company and resulting the appearance of work engagement. The purpose of this dissertation is to understand the correlation between resilience and work engagement of insurance agent in X-Company. The method that being used is Correlational Quantitative Research Method. The data is being collected by questionnaire with  104 insurance agent amount of sample and purposive sampling technique. The result of this dissertation shows that there's a positive and strong correlation between resilience and work engagement with 0.286 correlation coefficient value (p = 0.003). It shows that there's a meaningful correlation in each variable so it can be said if the resilience of agent is high, the work engagement of the agent is also high and vice versa. Writer suggest that company can be actively  participate in communicating with its agents so that there will be a good correlation between agents and their job. Keywords : Resilience, Work engagement, insurance
Webinar Growth-Mindset untuk Pembelajaran Online Pada Siswa SMA di Samarinda Devi Jatmika
Altruis: Journal of Community Services Vol. 1 No. 4 (2020): Altruis
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/altruis.v1i4.14669

Abstract

Pandemi COVID 19 telah membuat perubahan yang cepat dalam dunia pendidikan terutama dalam kegiatan belajar siswa. Kegiatan belajar tatap muka di sekolah diganti dengan belajar daring dari rumah. Adanya perubahan ini membutuhkan kemampuan adaptasi dan ketangguhan karena belajar daring masih memiliki kendala seperti siswa menjadi tidak bersemangat, merasa malas, bosan dan menunjukkan menurunnya motivasi belajar. Sikap ini akan menghambat siswa dalam mencapai tujuan belajar dan mengalami stress akademik. Siswa yang memiliki growth mindset akan lebih dapat berusaha lebih, melihat tantangan dan kegagalan dari sisi positif serta mencari strategi baru untuk menghadapi masalah. Edukasi mengenai mindset dibutuhkan untuk prevensi dan membangun pribadi siswa yang tangguh selama belajar jarak jauh di masa pandemi COVID-19.
HUBUNGAN ANTARA WORK FAMILY CONFLICT DENGAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA PADA KARYAWATI YANG TELAH MENIKAH DI PT. K Rika Cristy; Devi Jatmika
Psyche: Jurnal Psikologi Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36269/psyche.v1i2.94

Abstract

Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin maju di era globalisasi ini, sudah tidak asing bagi masyarakat melihat wanita yang meniti karirnya dalam perusahaan. Wanita yang telah menikah dan juga meniti karirnya seringkali mengalami work family conflict.work family conflictyang tinggi dialami oleh karyawati yang bekerja di PT.K. Melihat adanya fenomena work family conflictyang dialami oleh karyawati di PT.K, peneliti tertarik untuk melihat kaitannya dengan kualitas kehidupan kerja yang dimiliki oleh karyawati di PT.K. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Subjek dari penelitian ini adalah 116orang karyawati yang telah menikah, memiliki anak, dan juga merupakan karyawan tetap PT.K. Data diperoleh melalui instrumen penelitian yang disusun sendiri oleh peneliti. Untuk melihat apakah terdapat hubungan antara work family conflictdengan kualitas kehidupan kerja peneliti menggunakan korelasi pearson. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif signifikan yang cukup kuat antara work family conflictdengan kualitas kehidupan kerja. Perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan kerja pada perusahaan agar dapat membantu karyawati untuk dapat menyeimbangkan perannya, sehingga perusahaan dapat memiliki sumber daya yang baik dan dapat mencapai tujuan perusahaan. Kata kunci: Konflik kerja keluarga, kualitas kehidupan keja, karyawati yang telah menikah
LEARNING AGILITY PADA KARYAWAN GENERASI MILLENNIAL DI JAKARTA Devi Jatmika; Karentia Puspitasari
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.3446

Abstract

Globalisasi mengakibatkan perkembangan dunia ekonomi dan bisnis bergerak sangat cepat, dinamis dan terus berubah. Generasi millennial atau generasi Y merupakan generasi terbanyak saat ini dan menjadi aset bagi kemajuan perusahaan. Sehingga, untuk menghadapi tantangan perubahan ini generasi millennial memerlukan learning agility, yaitu kesediaan untuk belajar dan menerapkan hal yang telah dipelajari dalam situasi baru. Namun, generasi millennial dikenal sebagai generasi yang instan, cepat bosan, dan kurang tangguh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuck mengetahui gambaran learning agiity pada generasi millennial di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif. Kuesioner dibuat berdasarkan empat dimensi learning agility dari Choices Quetionnaire (Eichinger & Lombardo, 1997). Empat dimensi dari learning agility terdiri dari people agility, results agility, change agility, dan mental agility. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 136 orang dengan kriteria usia generasi millennial, berusia 18- 37 tahun dan merupakan karyawan tetap di sebuah organisasi di Jakarta. Teknik analisa data deskriptif menggunakan perbandingan mean hipotetik dan mean empirik. Hasil penelitian menunjukkan learning agility karyawan generasi millennial berada pada kategori tinggi. Dari hasil penormaan setiap dimensi, diketahui keempat dimensi juga berada di kategori tinggi. Karyawan generasi millennial memiliki keinginan yang tinggi untuk belajar, fleksibel untuk menghadapi perubahan.  Globalization promotes rapid, dynamic, and constantly changing development in the economic and business world. Being the current most prominent generation, the millennial generation, also known as generation Y serves as an asset for company development. Therefore, in order to overcome this challenge of change, the millennial generation requires learning agility, which i a willingness to learn and apply what has been learned in new situations. The work attitude of the millennial generation in overcoming change still requires investigation, that organizations can have better understanding of their employees. The purpose of this study was to determine the level of learning agility of millennial employees in Jakarta. The research method used was descriptive quantitative research. The research instrument was constructed based on four dimensions of learning agility, namely = people agility, results agility, change agility, and mental agility. The sampling technique used was convenience sampling. Participants of the study were 136 millenials who worked as full-time employees aged 18-37 years. Descriptive data analysis was conducted by comparing hypothetical mean and empirical mean, along with differential test with independent sample t-test and one-way ANOVA. Results show that the learning agility of millennial generation employees was considered high. The mean score of mental agility was the highest, followed by results agility, change agility and the lowest mean score was people agility. The differential test found no differences in learning agility based on age and gender.
Hubungan Psychological Capital dengan Coping Stress pada Mahasiswa yang Bekerja Kezia Subandy; Devi Jatmika
Psibernetika Vol 13, No 2 (2020): Psibernetika
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/psibernetika.v13i2.2382

Abstract

Kuliah sambil bekerja bukanlah hal yang mudah dan memiliki keterbatasan dan dapat menimbulkan stres atau tekanan ketika melakukan kuliah sambil bekerja. Dalam melakukan kedua hal ini tampaknya mahasiswa memerlukan suatu kondisi psikologis positif. Kondisi psikologis positif ini disebut sebagai Psychological Capital. Ketika seseorang mengalami masalah yang cukup kompleks dan menimbulkan stres, psychological capital membantu untuk mengatasi tekanan. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara psychological capital dengan coping stress yang pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini  seluruh mahasiswa yang kuliah sambil bekerja di Jakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 387 dengan teknik sampling cluster sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan kuat antara psychological capital dengan coping stress pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dengan nilai r = 0,613. Saran untuk mahasiswa dengan tetap menjaga keyakinan, harapan, rasa optimis, dan adanya ketahanan ketika melakukan kuliah sambil bekerja agar tetap dapat mengatasi dan melalui masalah yang ada ketika melakukan kuliah dan bekerja.
MENGENAL BAHAYA ADIKSI GADGET DAN CARA MENGATASINYA Mutiara Mirah Yunita; Teguh Lesmana; Devi Jatmika; Alfina Damayanti; Theresia Finda Kusuma
Jurnal Pengabdian dan Kewirausahaan Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Pengabdian dan Kewirausahaan
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/jpk.v5i2.2980

Abstract

The use of gadgets is nothing new for teenagers. Through gadgets, teenagers can seek information, connect with friends and seek entertainment. BPS Indonesia stated that the development of cellular phone users in Indonesia increased to around 65.53% (341.28 million subscribers) in 2019, which previously only reached 38.05% in 2010. Moreover, during the Covid-19 pandemic, In this regard, the use of gadgets as a means of work and schooling has also increased drastically, both in terms of users and in terms of duration of use. Excessive use of gadgets can cause negative impacts, some of which are stress and symptoms of gadget addiction. Through this service activity, a series of events starts on Friday, April 16, 2021 at 13.00 - 15.00 WIB using the online method via google meet which is divided into three sessions, starting with a brief survey on the use of gadgets by participants, material sessions about gadgets, stress, gadget addiction, and how to deal with the addiction, and finally the question and answer session. The results of this service received a pretty good response and participants experienced an increase in understanding of this gadget addiction. The hope is that the results of this dedication can improve adolescents' understanding of the relationship between stress and gadget use, gadget addiction and how to deal with gadget addiction. 
GAMBARAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA KARYAWAN TETAP PT. “JCT” STEEL MILLS Dorcas Ayu Lestari; Devi Jatmika
Psibernetika Vol 7, No 2 (2014): Psibernetika
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.384 KB) | DOI: 10.30813/psibernetika.v7i2.501

Abstract

Globalization has created great changes towards industrial companies in Indonesia. As the result, competition among industrial companies become very tough. Manufacture industries is still a leading sector for economic growth. ”JCT” Steel Mills company is one of large steel mills industrial company that established since 1992. This research is going to describe Organization Citizenship Behavior (OCB) of employees in ”JCT” Steel Mills company. OCB is known as one‟s willing behaviors to support organization effectiveness. This research is quantitative descriptive research. OCB questionnaire is distributed to 95 employees. Data has been analysed with T-scale. The general result reveals all employees is in moderate level of OCB. The dimension of OCB which are: civic virtue and consciousness is 74.7%, helping behavior is 71.6%, sportmanship is 68.4% , courtesy is 69.5%. Some factors like communication problem among senior and junior level and other divisions are indicated as barriers of courtesy and sportmanship. Keywords: Organizational Citizenship Behavior, Employees, Organization