Prianto, Robi
Sekolah Tinggi Teologi Studi Alkitab Untuk Pengembangan Pedesaan Indonesia, Ciranjang

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan)

Makna “Injil yang Lain” dalam Galatia 1:6-7 Robi Prianto; Kezia Lawira; Novianto Novianto
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 10 No 2 (2021): Januari-Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v10i2.38

Abstract

Injil adalah Kabar Baik dari Allah tentang Kristus. Berita mengenai keselamatan yang bukan dari Allah tidak bisa disebut sebagai Injil. Paulus dalam Galatia 1:6-7 menegur jemaat Galatia karena telah beralih dari Injil kepada suatu ajaran keselamatan yang lain yang Paulus sebut sebagai “injil yang lain”. Artikel ini meneliti apa yang dimaksud mengenai “Injil yang lain” dalam Galatia 1:6-7. Melalui metode penelitian historis-gramatikal, penulis menemukan bahwa “Injil yang lain” yang dimaksud oleh Paulus adalah suatu ajaran yang menambahkan budaya sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan orang Kristen untuk memperoleh keselamatan yang sempurna.
Pandangan Eskatologi dalam Daniel 12:1-13 Robi Prianto
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 8 No 1 (2018): Juli-Desember 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v8i1.45

Abstract

Masalah mengenai akhir zaman dalam kitab Daniel sering menjadi perdebatan yang sengit di kalangan kekristenan. Padahal masalah akhir zaman dalam kitab Daniel, secara khusus Daniel 12:1-3, dapat diselesaikan dengan mempelajari kitab Daniel secara teliti dan seksama. Akhir zaman tidak bisa di kira-kira ataupun diketahui oleh siapa pun. Seperti yang dinyatakan dalam Injil Matius 24:36, “tetapi tentang hari dan saat itu, tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan anak pun tidak, hanya bapak sendiri.” Akan tetapi, sebagian kalangan yang mempercayai penafsiran harfiah terhadap alkitab menegaskan bahwa ramalan mengenai tanggal-tanggal atau waktu adalah sia-sia dan sebagian penulis lainnya percaya bahwa Yesus meramalkan tanda-tanda yang akan menunjukan bahwa akhir zaman sudah dekat, namun mengenai tanggal kejadiannya bahwa zaman akhir akan datang seperti pencuri dimalam hari.
Tradisi Pemberian Kanaan dan Pemilihan dalam Kepercayaan Israel Robi Prianto
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 4 No 2 (2015): Januari-Juni 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v4i2.65

Abstract

Tradition of awarding Canaan and elections in Israel confidence occur simultaneously. When the Israelites were brought out of the land of Egypt to the land of Canaan, at that time the people of Israel was born into humanity of God. Canaan for the Israelites is a testament to the inclusion and the presence of a God over them, so no matter the people of Israel kept the land claim and maintain Canaan as their inheritance.Therefore Israelities were failed to become humanity of God, so is God to give status humanity of God to every body without to seeing is ethnic nation, provided they to belive to Jesus Christ as God and savior.
Pendidikan Perdamaian dalam Konteks Indonesia Robi Prianto
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 5 No 2 (2016): Januari-Juni 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v5i2.108

Abstract

Pendidikan formal di Indonesia dewasa ini banyak terkotak-kotak oleh label suatu agama tertentu. Sehingga, di dalam pengajaran kepada para peserta didiknya lebih banyak menekankan pendidikan agama dari pada pendidikan umum. Jika masing-masing agama menerapkan pola seperti itu, maka akan terjadi sikap eksklusif dari para peserta didiknya terhadap penganut agama lain. Hal itu dapat berkembang menjadi benih-benih yang menyebabkan konflik. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pendidikan perdamaian yang harus terus-menerus diajarkan kepada semua peserta didik, sehingga mereka dapat mengerti dan menghargai mengenai keberagaman yang ada disekitarnya. Begitu pula dengan pendidikan perdamaian Kristen dalam konteks Indonesia, sangatlah dibutuhkan dalam kurikulum pendidikan Kristen untuk menanamkan kepada setiap peserta didik mengenai pentingnya memiliki relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama. Banyak metode yang bisa dipakai untuk membangun sikap saling menghargai dan mengormati tersebut, salah satunya dengan cara berdialog dan gotong royong.
Tradisi Perang Suci dalam Perjanjian Lama Robi Prianto
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 5 No 1 (2015): Juli-Desember 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v5i1.115

Abstract

Tradisi perang suci dalam Perjanjian Lama tidak muncul begitu saja, tetapi melalui proses yang panjang dalam sejarah budaya bangsa Israel. Tradisi Perang Suci dalam Perjanjian Lama terjadi bersamaan dengan munculnya kebudayaan Israel itu sendiri. Perang suci dalam kepercayaan Israel merupakan suatu bentuk perjanjian yang sakral antara umat Israel dengan Allah. Di mana bangsa Israel mengikat perjanjian dengan Allah di surga untuk memberikan kemenangan kepada mereka dari serangan musuh-musuhnya. Dalam perkembangannya perang suci menjadi suatu lembaga yang sakral, kultus dan kuat dalam kepercayaan bangsa Israel.
“Takut akan Tuhan” sebagai dasar pertumbuhan spiritualitas remaja Kristen Robi Prianto; Hesron Yuswanto; Yohanes Hasiholan Tampubolon
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 12 No 1 (2022): Juli-Desember 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v12i1.242

Abstract

Takut akan Tuhan adalah sikap yang harus dimiliki setiap orang Kristen. Takut akan Tuhan diajarkan dalam Alkitab. Salah satu kitab mengajarkan tentang takut akan Tuhan adalah kitab Amsal, khususnya Amsal 1:1-7. Ada banyak pendapat mengenai penafsiran takut akan Tuhan dalam Amsal 1:1-7. Ajaran tentang takut akan Tuhan ini sangat baik untuk diajarkan kepada para remaja. Masa remaja merupakan masa yang labil dan mudah dipengaruhi, juga oleh pengaruh buruk yang dapat merusak kehidupan remaja. Dengan menggunakan metode penafsiran eksegesis. Takut akan Tuhan yang dimaksud dalam Amsal 1:1-7 adalah takut atau hormat kepada Tuhan karena kesucian-Nya. Rasa takut atau rasa hormat dapat membangun seseorang menjadi penyembah Tuhan yang sejati. Ketakutan akan penghormatan kepada Tuhan adalah dasar dari pengetahuan atau kebijaksanaan. Beberapa implikasi praktisnya adalah, pertama, remaja perlu untuk hidup dalam firman Tuhan. Kedua, hidup dalam kekudusan. Ketiga, hidup dalam kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama.