Subuh, Subuh
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Iringan Kuda Lumping Ngesti Budaya SUBUH -; YUNI PRASETYO
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 10, No 1 (2009): Juni 2009
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v10i1.467

Abstract

Musical accompaniment of Ngesti Budaya horse dance. This article describes and analyzes a unique formperformance, presentation structure and growth of accompaniment of Ngesti Budaya horse dance through a descriptiveanalysis method. This dance represents a performing art owning characteristic, colour and also typical motion.One of the typical characteristic or element of this genre is a role of its musical accompaniment. Musical accompanimentalways accommodates dance movement pattern, assuring dance character, nguripke joget and develop;building dance plot atmosphere. At its growth, musical accompaniment does not only accompany dance, but withvarious its till can become important shares of dance and have to position is same in its presentation.
Garap Gending Sekaten Keraton Yogyakarta Subuh Subuh
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 17, No 3 (2016): Desember, 2016
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1765.433 KB) | DOI: 10.24821/resital.v17i3.2227

Abstract

Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi garap gending sekaten keraton Yogyakarta. Metode deskriptif analitis digunakan untuk menganalisis unsur-unsur musikal gending melalui transkripsi notasi dan analisis garap. Gending Sekaten Keraton Yogyakarta merupakan salah satu jenis gending tradisi pakurmatan yang memiliki keunikan garap dan fungsi penting dalam upacara ritual. Gending Sekaten menjadi bagian integral dalam tata upacara Keraton Yogyakarta. Dalam sebuah catatan dari masa Sultan Hamengku Buwono VIII, ditulis 63 titi laras gending, 16 di antaranya adalah gending khusus untuk sekaten yang ditulis lengkap dengan racikan yang digunakan dalam penyajian gending tersebut. Selebihnya adalah gending-gending mares (mars) atau gending gati. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa bahwa faktor yang mempengaruhi garap gending sekaten adalah keharmonisan antar unsur garap yang didominasi oleh pembonang sebagai pimpinan penggarap, karena bonang berfungsi sebagai pamurba lagu dan pamurba wirama, sedang pengrawit lainnya merupakan pendukung yang berkontribusi dalam suatu kerja kolektif untuk mewujudkan sajian yang ideal.
INOVASI JATHILAN PRODI SENDRARIYA SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN KEEKSISANNYA DI YOGYAKARTA Asep Saepudin; Subuh Subuh; Sabatinus Prakasa
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jpks.v6i2.12442

Abstract

Abstract : The purpose of this research is to find out the various innovations made by Sendrariya Prodi Group in maintaining its existence in the Jathilan lovers community.  A descriptive method of analysis is used in this research which is to explain the existing data followed by analysis. The research phase includes data collection, classification, and analysis. Data collection is conducted through observation, interviews, and documents, while data analysis is conducted in the research laboratory after all data is collected.  Prodi Sendrariya is one of the lumping horse art communities or communities that is currently popular among actors and connoisseurs of Art in Yogyakarta. Prodi Sendrariya was established on December 24, 2017. This group chose to innovate in its art to stand out from other communities in Yogyakarta. Sendrariya is one of the groups that follow the development of the market by preparing what the public wants through its various innovations. The results of the research were obtained that Prodi Sendrariya has made various innovations to keep the group exists in the community, among others in the pattern of performances (including governance, costumes, performance packaging, working on other genres outside Jathilan) as well as incorporating jaipong drum instruments into the group in various performances. Kendang jaipong functioned to accompany Balinese, Banyuwangi, Banyumas, Javanese, and Sundanese style performances. 
Kendang Sunda Di Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja Desa Kembaran Bantul Yogyakarta Asep Saepudin; Ela Yulaeliah; Subuh Subuh
TAMUMATRA Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/tmmt.v4i2.5787

Abstract

Tujuan penulisan ini untuk menelusuri bagimana perkembangan dan peranan kendang Sunda di Pusat Latihan Tari dalam iringan karawitan tari Bagong Kussudiardja. Seringnya digunakannya kendang Sunda dalam iringan tari karya Bagong Kussuadiardja merupakan hal yang sangat menarik untuk dikaji keberadaannya mengingat di Yogyakarta sudah memiliki kendang Jawa yang secara tradisi masih berlaku pada waktu itu. Metode sejarah digunakan dalam penelitian ini meliputi pencarian data lapangan dan pustaka (heuristik), kritik, interpretasi, dan histografi. Hasil kesimpulan menunjukkan bahwa keberadaan kendang Sunda di Pusat Tari Bagong Kussudiardja dimulai dengan minat Bagong pada seni Tjetje Somantri, yang memberinya inspirasi untuk menciptakan langkah-langkah baru, terutama dalam gerakan, variasi tepak kendang, dan masalah waktu. Para seniman pertama kali berkenalan dengan kendang Sunda dimulai pada tahun 1962 ketika ada pertunjukan seni di tiga wilayah: Yogya, Sunda dan Solo dengan misi untuk membawa pertunjukan di luar Indonesia, seperti RRC, Thailand, Korea, dan Filipina. Pengembangan kendang Sunda terdiri dari dua elemen yaitu dalam instrumen dan pola-pola musik. Kendang Sunda sebagai instrumen di PLT berkembang menjadi dua jenis yaitu kendang Sunda asli dan kendang Sunda dengan pengaruh Jawa. Adapun pengembangan pola-pola kendang Sunda meliputi tahap penghargaan, imitasi, pembelajaran, pencarian identitas, dan tahap kreativitas. Kendang Sunda memiliki pengaruh besar pada iringan musik (karawitan) pada masing-masing karya tari Bagong Kussudiardja, meliputi: Tari Wira Pertiwi, Tari Mulat Wani, Tari Nyai Ronggeng, Tari Lenggotbawa, Tari Satria Tangguh, Tari Tenun, dll. Meskipun banyak iringan karawitan dipengaruhi oleh kendang Sunda, namun masih digunakan dalam kapasitasnya sendiri, di mana kendang Sunda digunakan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan karya yang dibuat. Kendang Sunda berfungsi sebagai instrumen yang dapat dimainkan secara bebas, tidak digunakan sebagai instrumen etnis tertentu.