Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KAJIAN ETNOBOTANI, FITOKIMIA, FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI SUKUN (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) Gharsina Ghaisani Yumni; Sitarina Widyarini; Nanang Fakhrudin
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 14 No 1 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v14i1.3944

Abstract

ABSTRACT Indonesia is a country with large plant biodiversity with medicinal properties, such as “sukun” (Artocarpus altilis) or known as “breadfruit”. Breadfruit is a woody evergreen plant that has been used traditionally for various purposes, including medication. The fruit is rich in carbohydrates and fibers as a food source. The leaf and cortex are the most widely used for treating various diseases and other health benefits. This article aimed to present a comprehensive review on the potency of breadfruit from the perspective of ethnobotany, phytochemistry, pharmacology, and toxicology. The data in this narrative review was obtained from the scientific journals in the databases of Google Scholar, PubMed, Scopus, and ScienceDirect. Other credible sources, such as textbooks, student thesis, and patents were also used to support the main data. Based on the literature study, breadfruit has been used empirically in Indonesia as a medicinal herb. The scientific data of breadfruit showed antiinflammatory, antiplatelet, antioxidant, antiatherosclerosis, antihyperlipidemic, antimalaria, antidiabetic, cardioprotective, and anticancer activities. Breadfruit contains terpenoids, flavonoids, alkaloids, and phenolics as bioactive compounds. However, the unique compounds are geranylated and prenylated flavonoids such as cycloartenol, artonin V, and cyclomulberin. These compounds are distributed in the leaf, cortex, wood, and fruit. Limited data is available regarding the toxicology profile of breadfruit. Breadfruit leaves ethanol extract did not show any significant toxic effects in the animal experiments. However, the toxicity of the water extract is unclear, and thus, needs to be investigated to ensure its safety. Keywords: Artocarpus communis, bioactivity, chemical constituents, ethnopharmacology ABSTRAK Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keragaman tumbuhan berpotensi obat, diantaranya sukun (Artocarpus altilis). Sukun merupakan tanaman berkayu yang secara tradisional dimanfaatkan untuk berbagai keperluan termasuk pengobatan. Buah sukun mengandung karbohidrat dan serat sebagai sumber pangan. Daun dan batang sukun merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan dalam pengobatan dan kesehatan. Reviu artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara komprehensif potensi sukun dari sudut pandang etnobotani, fitokimia, farmakologi, dan toksikologi. Artikel narrative review ini ditulis berdasarkan data yang diperoleh dari kajian literatur hasil penelitian yang ada di basis data Google Scholar, PubMed, Scopus, dan ScienceDirect. Beberapa sumber pustaka lain seperti buku, naskah tugas akhir dan paten juga digunakan untuk memperkaya penulisan. Hasil kajian literatur sukun menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki riwayat empiris digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia. Hasil penelitian ilmiah menunjukkan sukun memiliki aktivitas antiinflamasi, antiplatelet, antioksidan, antiatherosklerosis, antihiperlipi-demia, antimalaria, antidiabetes, kardioprotektif, dan antikanker. Sukun mengandung senyawa terpenoid, flavonoid, alkaloid, dan senyawa fenolik. Senyawa khas dari tumbuhan genus Artocarpus ini adalah flavonoid dengan gugus geranil atau prenil, misalnya sikloartenol, artonin V, dan siklomulberin. Senyawa tersebut tersebar dalam daun, kulit kayu, batang, dan buah. Data terkait profil toksikologi sukun masih terbatas. Ekstrak etanol daun sukun tidak menunjukkan efek toksik pada hewan uji. Namun, ekstrak airnya belum memiliki profil toksikologi yang jelas sehingga perlu dilakukan pengujian untuk memastikan keamanannya. Kata kunci: Artocarpus communis, bioaktivitas, kandungan kimia, etnofarmakologi
PROFIL ANTIOKSIDAN DAN KADAR FLAVONOID TOTAL FRAKSI AIR DAN ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L.) Gharsina Ghaisani Yumni; Sumantri Sumantri; Ida Nuraini; Ika Jauharoh Nafis
CENDEKIA EKSAKTA Vol 7, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/ce.v7i1.6547

Abstract

Bunga telang (Clitoria ternatea L.) adalah tanaman obat herba yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Bunga ini juga sering digunakan sebagai pewarna alami makanan. Bunga telang mengandung berbagai senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan, salah satunya adalah flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dengan metode ABTS serta kadar flavonoid total fraksi etil asetat dan air ekstrak etanol bunga telang. Serbuk simplisia bunga telang diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% dan difraksinasi bertingkat secara partisi cair-cair dengan pelarut n-heksan, air dan etil asetat. Penetapan kadar flavonoid total menggunakan senyawa pembanding kuersetin dengan pereaksi AlCl3 pada panjang gelombang 430 nm. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode ABTS dengan pembanding trolox pada panjang gelombang 745 nm menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan fraksi air dan etil asetat ekstrak etanol bunga telang memiliki flavonoid total dengan kadar secara berurutan adalah 10,9±2,029 dan 47±3,026 mgQE/gram ekstrak. Fraksi air dan etil asetat ekstrak etanol bunga telang memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 33,42 dan 27,018 ppm yang termasuk dalam kategori antioksidan sangat kuat. Pembanding digunakan trolox dengan nilai IC50 17,11 ppm. Kata kunci: ABTS, Bunga Telang, Trolox, Fraksinasi
ISOLASI SENYAWA 2-GERANIL-2’,3,4,4’-TETRAHIDROKSI DIHIDROKALKON DARI DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) DENGAN FLASH COLUMN CHROMATOGRAPHY: Isolation of 2-Geranyl-2',3,4,4'-Tetrahydroxy Dihydrochalcone from Breadfruit Leaf (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) Using Flash Column Chromatography Gharsina Ghaisani Yumni; Krisna Kharisma Pertiwi; Yuli Widiyastuti; Nanang Fakhrudin
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 16 No. 1 (2023): JURNAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/jtoi.v16i1.599

Abstract

Breadfruit is one of the Indonesian plants traditionally used in medication. The main active compound in breadfruit leaves is a geranylated flavonoid namely 2-geranyl-2',3,4,4'-tetrahydroxy dihydrochalcone (GTD). Previous study showed that the separation and isolation of GTD from sukun leaves is time consuming and laborious as it requires a long procedure (extraction, liquid-liquid partition, Vacuum Liquid Chromatography (VCC), Sephadex Column Chromatography (SCC), and preparative Thin Layer Chromatography (TLC). This process is ineffective and inefficient. Thus, the more effective and shorter method of isolation is needed. This study aimed to isolate GTD from breadfruit leaves utilizing flash column chromatography (FCC). The breadfruit leaves were extracted using ethanol and the extract was partitioned with the solvent n-hexane: ethyl acetate: methanol: water (3:1:3:1). The lower phase containing GTD was subjected to VCC and the fraction containing GTD was purified with FCC (using n-hexane, ethyl acetate, and methanol in a gradient polarity as mobile phases; and silica gel as a solid phase) to isolate GTD. The isolated GTD was analyzed by thin-layer chromatography (TLC) and purity was determined using high-performance liquid chromatography. This method was able to produce 138 mg of GTD (purity of 88.49 %) from 15 g of breadfruit leaf extract (0.92% yield). This study demonstrated that GTD, a main bioactive compound of breadfruit leaves, could be effectively isolated by using FCC instead of SCC and preparative TLC.