AUTAR ABDILLAH
Unknown Affiliation

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : APRON

PERAN KENTHONGAN SEBAGAI PENANDA PEMENTASAN KETHOPRAK SISWO BUDOYO DI KABUPATEN TULUNGAGUNG (KAJIAN SEMIOTIKA) ARISTIA PUTRA, RENO; ABDILLAH, AUTAR
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 1, No 15 (2020)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPenulisan ini mengangkat sebuah tanda dalam Kenthongan. Kenthongan yang dimaksud bukan Kenthongan pada umumnya, melainkan Kenthongan yang digunakan sebagai tanda dalam sebuah pementasan Kethoprak. Kethoprak yang terkenal dalam lingkup Jawa, paling sukses dan bisa dianggap profesional di segala bidang adalah kelompok Kethoprak Siswo Budoyo dari Tulungagung pimpinan almarhum Ki Siswondo HS. Ciri khas Kethoprak ada pada Kenthongan, karena disetiap pementasan kethoprak terdapat bunyi Kenthongan, Kenthongan disini digunakan sebagai penanda adegan, namun dalam pementasan Kethoprak ada beberapa yang tidak menggunakan Kenthongan sehingga fungsi Kenthongan saat ini sudah mulai berkurang, peran Kenthongan dalam pementasan Kethoprak sudah jarang terlihat, makna tanda dalam Kenthongan juga jarang dipahami. Rumusan masalah adalah bagaimana peran Kenthongan dalam pementasan ketoprak dan bagaimana makna tanda Kenthongan dalam pementasan kethoprak Siswo Budoyo Kabupaten Tulungagung (Kajian Semiotika)?.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, menggunakan metode pengembangan penelitian ?Moleong? untuk melaporkan kejadian yang ada dilapangan atau mendeskripsikan kejadian sebenarnya sesuai dengan fakta dilapangan dengan menyesuaikan tahapan yang di laksanakan. Sumber data diperoleh dari validasi ahli dan observasi (pengamatan), wawancara, atau penelaah dokumentasi.Hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) Sejak lahirnya Siswo Budoyo pada tahun 1958 sudah menggunakan Kenthongan, adanya Kenthongan di Siswo Budoyo Karena zaman dulu tidak ada alat komunikasi lain, komunikasi atas dan bawah artinya panggung dengan pengerawit. (2) Peran Kenthongan dalam pementasan Kethoprak Siswo Budoyo sebagai ciri khas dalam pementasan kethoprak, mengawali dan mengakhiri pementasan, tanda dalam adegan, mengemudi irama gamelan, dan Orang yang memainkan kentongan disebut dengan Pamurbo (Penguasa). (3) Dalam setiap ketukan kenthongan mempunyai makna tanda yang berkaitan dengan pementasan kethoprak diantaranya Meminta Perhatian, digunakan pada saat meminta perhatian kepada seluruh komponen pementasan kethoprak untuk bersiap-siap. Kentong satu digunakan pada saat awal adegan digunakan untuk menguatkan suasana adegan, Kentong dua digunakan di tengah-tengah adegan untuk keluarnya dan masuknya pemain, Kentong 3 digunakan untuk memberhentikan gamelan, dan ada ketukan untuk adegan lawakan. Simpulan dari hasil penelitian bahwa Kenthongan adalah tanda yang dibangun dalam pementasan kethoprak, sebagai alat komunikasi atas bawah artinya panggung dengan pengrawit, secara efektif dan effisien.Kata Kunci: Kenthongan, Kethoprak Siswo Budoyo, Semiotika
PENERAPAN BEGRIP DALAM PEMENTASAN LUDRUK KARYA BUDAYA MOJOKERTO NISA AMANATILLAH, DWI; ABDILLAH, AUTAR
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 12 (2018)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini menjelaskan mengenai proses penerapan begrip menjadi sebuah pementasan ludruk. Begrip adalah sebuah pengejawantahan cerita yang digunakan sebagai pedoman sebelum pementasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang tertulis dalam rumusan masalah diantaranya: 1) Bagaimana Sutradara dalam menerapkan begrip dalam sebuah pementasan ludruk?, 2) Apa kendala yang dihadapi oleh Sutradara ketika proses penerapan begrip menjadi sebuah pementasan ludruk? Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang mana penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek Penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahan, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini pengumpulan datanya menggunakan studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa sejarah lahirnya begrip sendiri belum ada yang mengetahui siapakah dan dimanakah pertama kali begrip ditemukan. Ada beberapa keunikan dari begrip yang tidak ditemukan pada naskah modern saat ini, baik dari segi bahasa, tujuan yang ingin disampaikan, sampai pada improvisasi aktor. Selanjutnya pembahasan mengenai bagian-bagian dari begrip yang secara terperinci dijelaskan mulai dari Remo, Bedhayan, lawakan dan lakon, barulah pembahasan selanjutnya pada proses kreativ Sutradara yakni dimulai dengan menentukan lakon, ngewosno cerita, persiapan pentas, spellan antar aktor, Sutradara sebagai korektor hingga akhirnya pentas. Kendala yang sering dihadapi adalah ketiadaan actor secara mendadak. Untuk yang terakhir yakni pada proses penerapan begrip dalam lakon ?Sarip Tambak Oso?.Kata Kunci: Begrip, Ludruk, Lakon Sarip Tambak Oso
BENTUK PERTUNJUKAN TEATER TRADISIONAL KETOPRAK LUDRUK RUKUN FAMILI DI DESA TANJUNG KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP HASANAH, IRADATUL; ABDILLAH, AUTAR
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 12 (2018)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini terfokus pada bentuk pertunjukan teater tradisional ketoprak Madura yaitu Ketoprak Rukun Famili. Bentuk pertunjukan yang menjadi tanda tanya bagi masyarakat yang memahami pakem Ketoprak sendiri, karena di dalam pertunjukan Ketoprak Madura Rukun Famili memiliki kekhasan tersendiri. Bentuk yang digunakan oleh kelompok tersebut dikombinasikan dengan disentuh sedikit dengan ludruk, hal ini menjadi salah satu ciri khas untuk kesenian tradisional ketoprak Madura. Hal yang membeda tidak menjadikan kelompok ini tidak diterima di tengah-tengah masyarakat, kelompok tersebut dijadikan salah satu pertunjukan yang sering diminati oleh masyarakat khususnya masyarakat Madura. Bentuk pertunjukan dengan menyajikan hal-hal yang baru dengan cerita-cerita kerajaan atau keraton bertujuan untuk mengingatkan masyarakat pada sejarah yang ada. Penelitian di lakukan menggunakan metode kualitatif untuk dapat mendeskripsikan perubahan bentuk yang ada pada Ketoprak Rukun Famili. Beberapa wawancara dengan beberapa narasumber dan penggagas Ketoprak Rukun Famili yang sangat berpengaruh di dalamnya membuat penulis mampu menemukan beberapa informasi yang menarik dari Ketoprak Rukun Famili. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa bentuk pertunjukan Kelompok Rukun Famili adalah Ketoprak, hasil tersebut diperoleh dari beberapa wawancara bersama narasumber dan beberapa pertunjukan yang ditonton oleh peneliti. Beberapa wawancara bersama sutradara kelompok Ketoprak yang ada di Madura memiliki keunikan tersendiri dengan adanya kolaborasi anatara pertunjukan Ketoprak dan Ludruk, hal tersebut dilakukan untuk menghibur para penikmat Ketoprak. Keunikan yang disajikan oleh kelompok Rukun Famili tidak kemudian menjadikan masyarakat menjadi lari atau tidak menyukai pertunjukan yang disajikan, akan tetapi masyarakat masih sangat antusias dan percaya kepada kelompok Ketoprak Rukun Famili. Bentuk yang disajikan dalam kolaborasi ini antara lain adalah; kending-kendingan, tari-tarian, lawakan, kidungan (kejhungan), cerita.Kata kunci: Bentuk, Teater tradisional, Ketoprak
BENTUK PERTUNJUKAN KETOPRAK SARI BUDOYO DALAM LAKON KI AGENG MANGIR DELASARI, ANDRIS; ABDILLAH, AUTAR
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 1, No 15 (2020)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

THE FORM OF KETOPRAK SARI BUDOYO PLAY IN LAKON KI AGENG MANGIRByAndris DelasariE-mail : andrisdelasari16020134009@mhs.unesa.ac.id Dr. Autar Abdillah, S.Sn., M.Si.autarabdillah@unesa.ac.idEducational Sendratasik Department, Language and Art FacultyState University of Surabaya ABSTRACTTulungagung is one of East Java district which has traditional theater called Ketoprak. Ketoprak traditional theater is familiar to East Java society. One of the most famous ketoprak from Tulungagung is Ketoprak Siswo Budoyo who succeed in creating a breakthrough in the Ketoprak Play. However, as time passed by Ketoprak Siswo Budoyo existence began to fade until a new group of Ketoprak came up which still has relation with Ketoprak Siswo Budoyo owner and founder. The ketoprak is called Ketoprak Sari Budoyo.The Growth of Ketoprak Sari Budoyo is not as great as Ketoprak Siswo Budoyo. Nowadays, Ketoprak is rarely to be invited in certain events. In order to stage the play, the ketoprak group members should raise funds by themselves to make the play runs. That is in purpose since the young generation have to know the ancestor heritage and also to keep this traditional art. The Ketoprak Sari Budoyo play schedule is not routine but within a year it certainly has the show once.The research problems that studied are as follows: 1) How is the form of the Ketoprak Sari Budoyo play in the Lakon Ki Ageng Mangir ?. The researcher used qualitative method as the research design to describe the information by using data collection method: observation, interview and documentation. The researcher also used triangulation technique to examine the validity and reliability of the study. The result of the study showed that the form of Ketoprak Sari Budoyo play has its speciality which took the audiences interest to watch all over the play. Ketoprak Sari Budoyo uses Mataraman Style in the whole all its play, which in its performances the actor looks natural or not based on stage blocking, there is also keprak or kentongan that is used as a sign for the players entering and exiting the stage, as a sign for accompaniment starting and ending, and also some jokes during the play. Ketoprak Sari Budoyo is included breakthrough Ketoprak which did not have all night long play. This has been done to avoid the young generation boredom thus they could enjoy until the end of the play. Keywords : The Play Form, Ketoprak, Sari Budoyo, Lakon
PROSES KREATIF KIRUN DALAM KESENIAN KETOPRAK DAN LUDRUK BANGKIT ALFARIZS, RIZCKY; ABDILLAH, AUTAR
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 1, No 15 (2020)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Kirun is a talented ludruk artist and also a talented ketoprak. When he was young he often studied and played ludruk in various places. People can learn to be funny but there are people who are really funny. Abah Kirun made this hermitage intending to treat traditional arts and culture. In addition, Abah Kirun preserves art so it is not lost by the current of globalization. He was also born from ludruk and ketoprak artists since he was young. With the creative ideas from Abah Kirun, Indonesian people love their culture more. In the art of Ketoprak and Ludruk Abah Kirun has a unique creativity starting from the cultivation of the play to another interesting thing there are several performances of Ludruk from Abah Kirun, Jula Juli. Her chants are in round 4 or mid-staging. Abah Kirun also often directs Ketoprak and Ludruk which he created himself. The research method used is qualitative. Data collection techniques used in this study were interviews, observation, and documentation validated using triangulation of sources, techniques, and methods. Furthermore, the data obtained will be reduced data, data interventions, and drawing conclusions The results of this study indicate that Ketoprak and Ludruk Abah Kirun work together with one another. Starting from the method of cultivation of the round, cultivation techniques, factors of creativity to those raised in cultivation are almost synergized with each other. The commercial problems of Ketoprak and Ludruks art have an impact on the continuity of this traditional art, so there are also several factors in creativity ranging from environmental factors to social factors. Frequent achievement also increases the selling price and manages the creativity of Ketoprak and Ludruk Abah Kirun Abah Kirun. Keywords: Creativity, Ludruk, Ketoprak, Abah Kirun
PROSES KREATIF KIRUN DALAM KESENIAN KETOPRAK DAN LUDRUK BANGKIT ALFARIZS, RIZCKY; ABDILLAH, AUTAR
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 1, No 15 (2020)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Kirun is a talented ludruk artist and also a talented ketoprak. When he was young he often studied and played ludruk in various places. People can learn to be funny but there are people who are really funny. Abah Kirun made this hermitage intending to treat traditional arts and culture. In addition, Abah Kirun preserves art so it is not lost by the current of globalization. He was also born from ludruk and ketoprak artists since he was young. With the creative ideas from Abah Kirun, Indonesian people love their culture more. In the art of Ketoprak and Ludruk Abah Kirun has a unique creativity starting from the cultivation of the play to another interesting thing there are several performances of Ludruk from Abah Kirun, Jula Juli. Her chants are in round 4 or mid-staging. Abah Kirun also often directs Ketoprak and Ludruk which he created himself. The research method used is qualitative. Data collection techniques used in this study were interviews, observation, and documentation validated using triangulation of sources, techniques, and methods. Furthermore, the data obtained will be reduced data, data interventions, and drawing conclusions The results of this study indicate that Ketoprak and Ludruk Abah Kirun work together with one another. Starting from the method of cultivation of the round, cultivation techniques, factors of creativity to those raised in cultivation are almost synergized with each other. The commercial problems of Ketoprak and Ludruks art have an impact on the continuity of this traditional art, so there are also several factors in creativity ranging from environmental factors to social factors. Frequent achievement also increases the selling price and manages the creativity of Ketoprak and Ludruk Abah Kirun Abah Kirun. Keywords: Creativity, Ludruk, Ketoprak, Abah Kirun
PROSES KREATIF KIRUN DALAM KESENIAN KETOPRAK DAN LUDRUK BANGKIT ALFARIZS, RIZCKY; ABDILLAH, AUTAR
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 1, No 15 (2020)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Kirun is a talented ludruk artist and also a talented ketoprak. When he was young he often studied and played ludruk in various places. People can learn to be funny but there are people who are really funny. Abah Kirun made this hermitage intending to treat traditional arts and culture. In addition, Abah Kirun preserves art so it is not lost by the current of globalization. He was also born from ludruk and ketoprak artists since he was young. With the creative ideas from Abah Kirun, Indonesian people love their culture more. In the art of Ketoprak and Ludruk Abah Kirun has a unique creativity starting from the cultivation of the play to another interesting thing there are several performances of Ludruk from Abah Kirun, Jula Juli. Her chants are in round 4 or mid-staging. Abah Kirun also often directs Ketoprak and Ludruk which he created himself. The research method used is qualitative. Data collection techniques used in this study were interviews, observation, and documentation validated using triangulation of sources, techniques, and methods. Furthermore, the data obtained will be reduced data, data interventions, and drawing conclusions The results of this study indicate that Ketoprak and Ludruk Abah Kirun work together with one another. Starting from the method of cultivation of the round, cultivation techniques, factors of creativity to those raised in cultivation are almost synergized with each other. The commercial problems of Ketoprak and Ludruks art have an impact on the continuity of this traditional art, so there are also several factors in creativity ranging from environmental factors to social factors. Frequent achievement also increases the selling price and manages the creativity of Ketoprak and Ludruk Abah Kirun Abah Kirun. Keywords: Creativity, Ludruk, Ketoprak, Abah Kirun