I NYOMAN ADI SURATMA
Laboratorium Parasitologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Kampus Jln. P.B. Sudirman Denpasar, Bali

Published : 40 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

SENSITIVITY AND SPECIFICITY OF ELISA TEST USING 30 KDA RECOMBINANT ANTIGEN TO DETECT Toxoplasma gondii INFECTION IN PIG WITH MICE BIOASSAY AS A GOLD STANDARD Nyoman Adi Suratma1????, I Made Bakta2, I Made Damriyasa3 Adi Suratma, Nyoman; Bakta, I Made; Damriyasa, I Made
INDONESIAN JOURNAL OF BIOMEDICAL SCIENCES Vol. 3, No. 1 Januari 2009
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.06 KB)

Abstract

Toxoplasmosis is a zoonotic disease caused by the protozoa Toxoplasma gondii.Primary infection in pregnant women can cause abortion, neonatal death or abnormalityof fetus. Accurate diagnosis is needed to prevent infection especially related to thepresence of cyst in the tissuesThe aim of this research was to study sensitivity and specificity of ELISAmethod with 30 kDa protein antigen to detect T.gondii infection in pig with micebioassay as gold standard.. Samples were 171 pigs slaughtered at pig slaughter house inDarmasaba BadungThe result showed that sensitivity of ELISA method was 100% and 90,7% inspecificity.Research about sensitivity using ELISA test to predict cysts presence in tissuewere needed in the future.
Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Mubarok, Fajar; Suratma, Nyoman Adi; Dwinata, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 4 (1) 2015
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.024 KB)

Abstract

Sapi Bali merupakan tipe sapi yang berukuran kecil namun peluang pengembangannya sangat potensial, karena memiliki kemampuan reproduksi dan adaptasi yang tinggi. Selain itu, diketahui bahwa Sapi Bali rentan terhadap berbagai penyakit, salah satunya disebabkan oleh parasit. Infeksi parasit cacing masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan sapi bali dan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, dan jenis cacing trematoda pada Sapi Bali di sentra pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Sampel penelitian adalah feses induk Sapi Bali berjumlah 290 sampel yang diambil dari sentra pembibitan Sapi Bali. Sampel feses diperiksa dengan metode Parfitt dan Bank yang telah modifikasi. Parameter yang diamati adalah morfologi telur cacing untuk mengetahui jenis cacing trematoda yang menginfeksi Sapi Bali. Prevalensi infeksi cacing trematoda pada sapi bali sebesar 5,51%. Setelah diindentifikasi, jenis cacing trematoda yang menginfeksi Sapi Bali adalah cacing Paramphistomum spp (2,41%) dan Fasciola spp (3,1%). Pemberian obat cacing secara berkala sebaiknya tetap dilakukan untuk menekan infeksi cacing trematoda. Manajemen pemeliharaan intensif sebaiknya tetap di pertahankan supaya tingkat prevalensi cacing trematoda tetap rendah atau tidak ada sama sekali.
Isolasi dan Identifikasi Oosista Toxoplasma Gondii pada Feses Kucing dengan Metode Pengapungan Gula Sheater Joy Simamora, Adven Three Any; Suratma, Nyoman Adi; Apsari, Ida Ayu Pasti
Indonesia Medicus Veterinus Vol 4 (2) 2015
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.202 KB)

Abstract

Kucing merupakan hewan kesayangan yang sangat banyak digemari oleh masyarakat untuk dipelihara namun banyak juga yang hidup liar. Hampir setiap individu hewan khususnya kucing dapat terinfeksi parasit, salah satunya adalah parasit Toxoplasma gondii. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi Oosista T. gondii dengan menggunakan metode pengapungan gula sheater dan mengidentifikasi Oosista T.gondii berdasarkan morfologi dan morfometrinya. Penelitian ini menggunakan 35 sampel feses kucing yang diambil dari sejumalah pasar dan sekitar perumahan di Denpasar. Hasil penelitian mendapatkan, 35 sampel feses yang digunakan ditemukan satu sampel yang positif terinfeksi Oosista T.gondii. Dasar identifikasi Oosista yang ditemukan, morfologinya berbentuk lonjong, memiliki dinding yang jelas dan terdapat dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit, dan morfometrinya ukuran Oosista dengan 9,37 x 11,25µm. Metode pengapungan gula sheater dapat dipakai untuk isolasi oosista T.gondii.
Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Putra, Rencong Dwi; Suratma, Nyoman Adi; Oka, Ida Bagus Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 3 (5) 2014
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.731 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian pada sapi bali yang dipelihara di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung untuk mengetahui hubungan perbedaan pemberian pakan (pemberian hijauan saja dibandingkan pemberian hijauan dan konsentrat) terhadap prevalensi infeksi dan jenis-jenis cacing trematoda yang menginfeksi. Sampel penelitian berupa feses sapi bali berjumlah 100 sampel, 50 sampel berasal dari sapi yang hanya diberi pakan hijauan dan 50 sampel dari sapi yang diberi pakan hijauan dan konsentrat. Sampel tinja diperiksa dengan metode konsentrasi sedimentasi dan untuk membedakan telur Fasciola spp dengan Paramphistomum spp dilakukan dengan metoda Parfit dan Bank dengan modifikasi. Parameter yang diamati adalah morfologi dan warna telur cacing untuk mengetahui jenis cacing trematoda yang menginfeksi sapi. Untuk membedakan prevalensi infeksi cacing terhadap sapi yang diberikan pakan hijauan dengan hijauan yang ditambahkan konsentrat dianalisis menggunakan analisis khi-kuadrat. Prevalensi infeksi trematoda pada sapi bali di Desa Sobangan sebesar 27%. Prevalensi infeksi cacing Fasciola spp sebesar 36% dan cacing Paramphistomum spp sebesar 18 %. Setelah dianalisis dengan khi-kuadrat terdapat hubungan nyata (P<0,05) antara jenis pakan hijauan yang ditambahkan konsentrat lebih sedikit terinfeksi dibandingkan sapi bali yang diberikan pakan hijauan. Jenis cacing trematoda yang menginfeksi sapi bali adalah Fasciola spp dan Paramphistomum spp.
Distribusi Cacing pada Berbagai Organ Ikan Tongkol SILABAN, BERNA NATALIA; DAMRIYASA, I MADE; ADI SURATMA, NYOMAN
Indonesia Medicus Veterinus Vol.1 (1) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan intensitas infeksi cacing serta mengetahui distribusi cacing pada berbagai organ ikan tongkol (Auxis rochei) yang dipasarkan di Kedonganan, Badung. Telah dilakukan penelitian terhadap 35 ekor ikan tongkol (Auxis rochei) dengan pengamatan terhadap cacing yang ditemukan dengan menggunakan mikroskop, dan diidentifikasi berdasarkan morfologi umumnya (Nurhayati et al., (2007)), Rohde (2005), Yanong (2008)). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium bersama Centre for Studies on Animal Diseases (CSAD) Bukit Jimbaran. Data yang berhasil dikumpulkan dianalisa secara deskriptif dan untuk mengetahui hubungan antara intensitas dengan panjang dan berat ikan digunakan uji Rank Spearman.Hasil penelitian didapatkan prevalensi infeksi cacing pada ikan tongkol (Auxis rochei) yang dipasarkan di Kedonganan, Badung adalah 100% dengan intensitas berkisar antara 4-339 ekor cacing dan rata-rata 31,4 serta distribusi infeksi cacing pada ikan tongkol (Auxis rochei) yang dipasarkan di Kedonganan, Badung terjadi pada berbagai organ diantaranya operculum, insang, rongga insang, lambung, usus, hati, sekum, gonad dan rongga tubuh ikan.
Prevalensi dan Distribusi Cacing Pada Berbagai Organ Ikan Selar Bentong FRISKA TAMBA, MORI; DAMRIYASA, I MADE; ADI SURATMA, NYOMAN; THEISEN, STEFAN
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (4) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.704 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan distribusi cacingpada berbagai organ ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) yangdipasarkan di Kedonganan, Badung. Sampel yang digunakan adalah 35 ekor ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) yang berasal dari pasar ikan Kedonganan. Ikan diperiksa di laboratorium secara kasat mata yang dilanjutkan dengan pemeriksaan dibawah mikroskop. Selanjutnya data mengenai distribusi cacing pada berbagai organ yang didapat dalam penelitian dapat digunakan rancangan penelitian Crosss Sectional Study yang dilaporkan secara deskriptif. Hasil pengamatan terhadap sampel adalah ditemukannya 4 jenis parasit cacing, yaitu dari filum cacing Nemathelminthes (Anisakis spp, Camallanus spp, dan Acanthocephala) dan Plathyhelminthes (Digenea). Cacing Anisakiss spp ditemukan pada organ rongga perut, usus, pylorik, perut, dan gonad. Hal ini diakibatkan karena Anisakis spp pada ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) masih berupa larva yang hidupnya motil sehingga bisa berpindah tempat. Sedangkan Anisakis spp dewasa terdapat pada mamalia laut (lumba-lumba dan paus), dimana cacingnya sudah bersifat dormant/ menetap pada jaringan otot. Organ alami Camallanus spp adalah pada organ usus, tetapi dalam penelitian ini cacing Camallanus spp ditemukan pada organ gonad. hal ini disebabkan karena adanya migrasi cacing. Acanthocephala merupakan cacing berkepala duri, karena kekhasan tubuhnya yang memiliki proboscis yang dilengkapi dengan kait. Dalam penelitianini Acanthocephala ditemukan pada organ usus. Serta cacing lainnya dari filum Plathyhelminthes yaitu Digenea. Dimana Digenea memiliki ciri yang khas yaitu mempunyai oral sucker dan ventralsucker. Anisakis spp merupakan cacing yang paling banyak ditemukan yaitu 83,8% dari total jumlah cacing yang ditemukan. Sedangkan cacing Camallanus spp dan Acanthocephala merupakan parasit cacing yang paling sedikit ditemukan yaitu sekitar 0,95%. Serta cacing lainnya adalah Digenea yaitu sekitar 14,3%.
Infeksi Larva Cacing Anisakis spp. pada Ikan Layur (Trichiurus lepturus) YUSTISIA SEMARARIANA, I WAYAN; OKA, IDA BAGUS MADE; ADI SURATMA, I NYOMAN
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (2) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.993 KB)

Abstract

Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan mengamati adanya larva cacing Anisakis spp. pada 32 ekor ikan layur (Trichiurus lepturus) yang ditangkap di perairan laut Kedonganan Badung. Dengan hasil yang didapatkan prevalensi infeksi larva cacing Anisakasis spp. pada ikan layur di perairan laut Kedonganan sebesar 31,25%. Pada ikan berukuran < 100 cm sebesar 26,67 % dan pada ikan berukuran > 100 cm sebesar 100%. Intensitas infeksi larva cacing Anisakis spp. pada ikan layur di perairan laut Kedonganan rata-rata 9,2 larva per ekor ikan, pada ikan berukuran < 100 cm dengan intensitas infeksinya rata-rata 2,63 larva per ekor ikan dan pada ikan berukuran > 100 cm intensitas infeksinya rata-rata 35,5 larva per ekor ikan. Terdapat kolerasi yang sangat nyata (p<0,01) antara ukuran ikan dengan intensitas infeksi. Distribusi larva cacing Anisakis spp. pada ikan layur adalah pada rongga abdomen, lambung, usus dan otot. Pada ikan berukuran < 100 cm distribusi infeksinya pada rongga abdomen dan usus. Pada ikan berukuran > 100 cm distribusinya infeksinya pada rongga abdomen, lambung, usus dan otot. Dengan presentasi adalah pada rongga abdomen 100%, lambung 10%, usus 50% dan otot 10%.
HUBUNGAN ANTARA TITER ANTIBODI DENGAN KEBERADAAN SISTA Toxoplasma gondii PADA JARINGAN OTOT DAN DARAH BABI Darmadi, I Putu; Adi Suratma, Nyoman; Made Oka, Ida Bagus
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.436 KB)

Abstract

Toxoplasmosis merupakan penyakit yang dapat menginfeksi hewan dan bersifat bersifat zoonosis pada manusia. Toxoplasmosis disebabkan oleh parasit protozoa Toxoplasma gondii. Hewan akan terinfeksi Toxoplasma gondii, bila menelan sista bradizoit pada daging yang tidak dimasak dengan sempurna atau ookista yang bersporulasi bersama makanan dan minuman. Diagnosis toxoplasmosis bisa dilakukan secara langsung dengan metode digesti dan secara tak langsung dengan serologi (ELISA). Metode digesti digunakan untuk mendeteksi sista Toxoplasma gondii dan jumlah kista pada jaringan babi, sedangkan metode ELISA digunakan untuk mendeteksi antibodi Toxoplasma gondii dan jumlah titernya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara titer antibodi dengan keberadaan sista terhadap Toxoplasma gondii pada jaringan babi. Sampel yang diperiksa adalah serum, organ jantung dan diafragma dari 171 ekor babi yang didapat di tempat pemotongan hewan tradisional di Darmasaba, Kecamatan Abian Semal, Kabupaten Badung. Pemeriksaan serum dilakukan dengan ELISA dan pemeriksaan organ (jantung dan diafragma) dilakukan dengan metode digesti. Kedua metode pemeriksaan tersebut dilakukan di Laboratorium Central for Study on Animal Disease dan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Hasil penelitian didapatkan 35 atau sebesar 20,47% sampel positif terdeteksi antibodi Toxoplasma gondii menggunakan metode ELISA, dengan titer antibodi berkisar antara 35-512. Pada metode digesti sampel organ yang positif sejumlah 9 atau sebesar 5,26%. Dari hasil metode digesti didapat intensitas kista Toxoplasma gondii berkisar antara 8-56. Berdasarkan hasil dengan menggunakan uji korelasi spearman didapatkan hubungan yang sangat bermakna (p<0,01) antara titer antibobi dengan keberadaan sista Toxoplasma gondii pada jaringan babi, dengan koefisien korelasi : rs = 0,618 dan r² = 0,38 serta persamaan regresi y = -0,77 + 0,05 x.
Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Mengwi, Badung Fadli, Muhsoni; Oka, Ida Bagus Made; Suratma, Nyoman Adi
Indonesia Medicus Veterinus Vol 3 (5) 2014
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.501 KB)

Abstract

Infeksi parasit cacing masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan sapi bali dan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, pengaruh perbedaan tempat pemeliharaan (lantai kandang), dan jenis-jenis cacing nematoda gastrointestinal yang menginfeksi sapi bali yang dipelihara peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Sampel penelitian adalah feses sapi bali berjumlah 100 sampel, diambil dari 50 sampel sapi bali yang dipelihara dengan lantai kandang semen, dan 50 sampel sapi bali yang dipelihara dengan lantai kandang tanah, yang dipelihara peternak sapi yang ada di Desa Sobangan. Sampel tinja diperiksa dengan metode apung menggunakan larutan NaCl jenuh. Parameter yang diamati adalah morfologi dan morfometri telur cacing untuk mengetahui jenis cacing nematoda gastrointestinal yang menginfeksi sapi. Kejadian infeksi cacing nematoda gastrointestinal dianalisis menggunakan analisis chisquare untuk mengetahui hubungan lantai kandang tanah dan lantai kandang semen. Prevalensi cacing nematoda gastrointestinal pada sapi bali yang dipelihara peternak di Desa Sobangan sebesar 21%. Prevalensi cacing nematoda gastrointestinal pada sapi bali yang dipelihara peternak berdasarkan lantai kandang tanah dibandingkan lantai kandang semen tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Jenis cacing nematoda gastrointestinal  yang ditemukan terdiri dari : Bunostomum phlebotomum, Chabertia ovina, Nematodirus filicollis, Strongyloides papillosus, Toxocara vitulorum, Trichostringylus axei, dan Trichuris ovis. Meskipun ditemukan beberapa jenis cacing, namun tidak membahayakan, karena intensitasnya rendah.
Prevalensi Cacing Nematoda pada Babi INDRA PERMADI, I MADE; ADI SURATMA, NYOMAN; DAMRIYASA, I MADE
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.121 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi dan mengetahui prevalensi cacing yang menginfeksi lambung babi yang berasal dari Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua. Lambung babi yang diperiksa berjumlah 30 sampel, 10 sampel berasal dari Lembah Baliem dan 20 sampel berasal dari Pegunungan Arfak. Pemeriksaan dilakukan secara Makroskopis dan Mikroskopis, identifikasi cacing berdasarkan acuan yang dimiliki. Untuk mengetahui perbedaan prevalensi antar tempat pengambilan sampel di analisis secara statistik menggunakan uji chi-square.Hasil pemeriksaan terhadap lambung babi yang berasal dari Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua, didapatkan infeksi cacing Nematoda dengan prevalensi 60%, prevalensi cacing nematoda di Lembah baliem sebesar 90% dan di Pegunungan Arfak sebesar 45%. Setelah dilakukan identifikasi cacing nematoda yang menginfeksi lambung babi di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak, teridentifikasi dua jenis cacing yaitu Prevalensi infeksi cacing Gnathostoma hispidum di Lembah Baliem sebesar 35%, dan di Pegunungan Arfak sebesar 80%. Sedangkan Prevalensi infeksi cacing Hyostrongylus rubidus di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak sama-sama sebesar 10%.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa babi yang dipelihara di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua pada lambungnya terinfeksi oleh dua jenis cacing nematoda yaitu : Gnathostoma hispidum. dan Hyostrongylus rubidus. Prevalensi infeksi cacing Gnathostoma hispidum lebih tinggi di Lembah Baliem dibandingkan dengan di Pegunungan Arfak.