Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

POTENSI KOMBINASI EKSTRAK AIR LEMON (Citrus limon L) DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI LARUTAN PEMUTIH GIGI (in Vitro) Asih Rahaju; Daswara Djajasasmita; Ratna Puspita
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 2 No 1 (2018): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.307 KB)

Abstract

Pemutihan gigi sangat meningkat penatalaksanaannya di masyarakat untuk keperluan estetik. Bahan pemutih gigi yang sering digunakan yaitu hidrogen peroksida. Bahan tersebut memiliki efek samping, salah satunya dapat menyebabkan sensitivitas pada gigi. Asam sitrat pada lemon diketahui memiliki kemampuan dalam memutihkan gigi yang berubah warna karena memiliki gugus OH yang berpotensi menjadi oksidator sama seperti kandungan pada hidrogen perksida. Natrium bikarbonat diketahui dapat efektif sebagai bahan pemutih gigi karena adanya reaksi oksidasi antara natrium bikarbonat dan oksigen. Struktur kristal natrium bikarbonat yang bersifat besar dan lembut dapat melepaskan noda pada gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kombinasi antara lemon dan natrium bikarbonat sebagai bahan pemutih gigi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik analitik. Sampel penelitian berupa 24 gigi premolar, akar lengkap, mahkota utuh, dan bebas karies. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok yakni kelompok perendaman dalam larutan kombinasi lemon dengan natrium bikarbonat waktu 8 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Pengukuran perubahan warna sebelum dan sesudah perendaman menggunakan Spektrofotometer cm3600d. Data dianalisis statistik dengan Anova dilanjutkan uji beda LSD (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi antara lemon dan natrium bikarbonat menyebabkan perubahan warna gigi yang bermakna pada waktu 48 jam sampai 72 jam (p=0,011). Dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara ekstrak air buah lemon dan natrium bikarbonat berpotensi dalam memutihkan gigi. DOI : 10.35990/mk.v2n1.p59-69
HUBUNGAN KEDALAMAN LORDOSIS LUMBAL DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN YANG OBESITAS DI POLIKLINIK SARAF RSHS BANDUNG Anggraeni Apriani Suryana; Wendra Wendra; Daswara Djajasasmita
JURNAL ILMU FAAL OLAHRAGA INDONESIA Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : PAIFORI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51671/jifo.v5i1.128

Abstract

Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya low back pain (LBP). LBP pada penderita obese terjadi akibat akumulasi lemak yang berlebih dalam jaringan menyebabkan perubahan kedalaman lengkung lumbal sehingga akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kedalaman lordosis lumbal intensitas nyeri. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dengan subjek penelitian 22 pasien LBP yang obesitas di Poliklinik Saraf RSHS Bandung dengan metode quota sampling. Kedalaman lengkung lumbal diukur dengan menggunakan metode flexicurve, Sedangkan intensitas nyeri diukur dengan menggunakan metode VAS. Data karakteristik pasien disajikan secara deskriptif sedangkan untuk melihat hubungan kedua variable dilakukan uji regression logistic. Hasil data deskriptif penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia pasien LBP dengan obesitas adalah 43,9 tahun, pada perempuan 44,5 tahun sedangkan laki-laki 43 tahun. Sebanyak 18 orang (81,8%) subyek memiliki kedalaman lordosis lumbal tidak normal (Hiperlordosis) dan sebanyak 16 orang (72,7%) subjek memiliki intensitas nyeri berat. Hasil uji regression logistic menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kedalaman lordosis lumbal dengan intensitas nyeri pada pasien LBP yang obesitas di Poliklinik Saraf RSHS (0,048<0,05) dan memiliki risiko 17 kali untuk terjadinya intensitas nyeri berat pada seseorang yang memiliki hiperlordosis (OR=17,0). Hal ini menunjukkan pada penderita Obese terjadi perubahan sumbu gravitasi ke ventral mengakibatkan beban aksial hanya terjadi pada columna vertebralis, menyebabkan kedalaman lengkung lumbal bertambah dan terjadi sprain pada otot-otot lumbal sehingga terjadi LBP.
GAMBARAN HASIL TES FAAL PARU PADA PENYINTAS COVID-19 MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2019˗2022 Karel Jaroslav; Daswara Djajasasmita; Susanti Ratunanda
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 6 No 3 (2023): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Sars˗cov˗2. Penelitian tentang efek jangka panjang COVID-19 pada manusia sudah banyak dilakukan khususnya pada paru karena paru merupakan organ yang paling terkena dampak. Salah satu tes yang bisa dilakukan untuk mengukur fungsi paru pada penyintas COVID-19 adalah tes faal paru. Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dan sampel penelitian ini sebanyak 38 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani (FK UNJANI) angkatan 2019˗2022 yang pernah terinfeksi COVID-19. Berdasarkan usia, didapatkan bahwa 30 dari 38 subjek mengalami penyakit paru restriktif. Berdasarkan jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan mengalami penyakit paru restriktif. Berdasarkan waktu terinfeksi, 88% subjek yang terinfeksi kurang dari 6 bulan mengalami penyakit paru restriksi sedangkan pada subjek yang terinfeksi lebih dari 6 bulan terdapat 81% subjek yang mendapatkan hasil restriksi. Berdasarkan gejala klinisnya, 37 dari 38 subjek yang termasuk gejala klinis ringan. Hasil tersebut dapat terjadi karena pada penyintas COVID-19, kerusakan yang terjadi saat infeksi dapat menyebabkan peradangan yang berkepanjangan dan terjadi fibrosis atau perubahan jaringan parenkim paru menjadi jaringan parut yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi dan gangguan pengembangan paru sehingga pada pengukuran tes faal paru hasil yang didapat adalah restriksi. Kata kunci: penyakit paru restriksi, penyintas covid˗19, tes faal paru, usia mudaDOI : 10.35990/mk.v6n3.p240-250