Almasyhuri Almasyhuri
Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH PERBEDAAN MEDIA DAN WAKTU PENGASINAN PADA PEMBUATAN TELUR ASIN TERHADAP KANDUNGAN IODIUM TELUR Yuniati, Heru; Almasyhuri, Almasyhuri
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 22, No 3 Sep (2012)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/2908

Abstract

Abstract Background: An adequate intake of iodine cause one of public health problem in Indonesia community. One way to overcome this problem is through the use of iodized salt. The uses of salt in community beside in the cooking of food also use in food preservation such as the salted eggs. Objective: The objective of this study was to observe the iodine content of the salted eggs which proceed by using the iodized salt in different of salting media. Method: In making of salted eggs was performance by using 3 kinds of media. Those were the ash usually used by household for cleaning the cooking utensil, the powder of brick, and just iodized salt. The iodine content of the egg were analyzed every 5 days. Result: The result of observation indicated that the iodine content of the eggs in 5 days incubation was 1.4 ppm for the eggs incubated in the ash of household, whereas for the eggs incubated in the brick powder media only 0.65 ppm. Incubation time affected the penetration of iodine into the duck eggs, and has a significant correlation (p = 0.001). Keywords: salted egg, iodine, salting media, incubation time.   Abstrak Gangguan kesehatan akibat kekurangan konsumsi iodium merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah melalui penggunaan garam beriodium. Penggunaan garam selain digunakan pada pemasakan, juga digunakan untuk pengawetan makanan seperti pembuatan telur asin. Tujuan. Mempelajari pengaruh penggunaan garam beriodium terhadap kandungan iodium telur asin dengan menggunakan media yang berbeda. Metode. Pembuatan telur asin dilakukan dengan menggunakan 3 media garam beriodium. Media abu gosok, media serbuk batu bata, dan media air, dengan lama pengasinan selama 20 hari, dan setiap selang 5 hari dilakukan analisis iodium telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan iodium telur dari media abu gosok pada hari ke lima pengasinan sebesar 1.4 ppm, sementara dalam telur asin dari media serbuk bata hanya 0.65 ppm. Lama pengasinan mempengaruhi penetrasi iodium ke dalam telur itik, dan memiliki korelasi yang signifikan (p= 0.001). Kata kunci :  telur asin,  iodium, media pengasinan, waktu pengasinan.
Pengaruh Proses Pemasakan Terhadap Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber Protein Sundari, Dian; Almasyhuri, Almasyhuri; Lamid, Astuti
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 25, No 4 Des (2015)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.948 KB)

Abstract

AbstrakTelah dilakukan penelitian pengaruh proses pemasakan terhadap komposisi zat gizi beberapa bahan pangan sumber protein baik hewani maupun nabati. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat apakah proses pemasakan yaitu perebusan dan penggorengan mempengaruhi kandungan zat gizi bahan pangan tersebut. Bahan pangan yang akan dijadikan sampel adalah daging ayam segar, ikan kembung segar, tempe dan tahu.yang dibeli dari pasar tradisional di Kota Bogor. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Dari ke-4 macam bahan pangan yang dicoba, dibagi menjadi 3 bentuk perlakuan yaitu bentuk segar, direbus dan digoreng sehingga jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 12 sampel. Metode yang digunakan adalah: analisis kadar air menggunakan metode oven (Thermogravimetri), kadar abu menggunakan metode tanur, kadar protein dengan metode Kjeldahl dan kadar lemak dengan metode Soxhlet. Hasil analisis memperlihatkan bahwa proses pemasakan bahan pangan dengan menggunakan panas menyebabkan penurunan kadar zat gizi bahan pangan tersebut dibandingkan bahan mentahnya. Tinggi atau rendahnya penurunan kandungan gizi suatu bahan pangan akibat pemasakan tergantung dari jenis bahan pangan, suhu yang digunakan dan lamanya proses pemasakan. Proses menggoreng menyebabkan penurunan kandungan gizi yang sangat signifikan karena penggorengan menggunakan suhu yang tinggi sehingga zat gizi seperti protein mengalami kerusakan. Sedangkan proses perebusan menyebabkan berkurangnya kandungan zat gizi karena banyak zat gizi terlarut dalam air rebusan. Walaupun demikian hal terpenting dalam pengolahan bahan pangan agar bahan pangan bernilai gizi tinggi dan aman dikonsumsi.Kata Kunci : bahan pangan, pengolahan, pemasakan, komposisi gizi AbstractHas conducted research on the effect of the cooking process nutrient composition few food sources of protein, both animal and vegetable. The aim of this study was to see whether the cooking process is boiling and frying influence the nutrient content of foodstuffs. Foodstuffs to be sampled are fresh chicken meat, fresh mackerel, Tempe and Tofu were purchased from traditional markets in Bogor. Analysis is conducted analysis of water content, ash content, protein content and fat content. Of the four kinds offoodstuffs were tested, divided into three forms of treatment that is the form of fresh, boiled and fried so that the number of samples analyzed a total of 12 samples. The method used is: analysis of water content using the oven method (Thermogravimetri), ash content using the furnace method, protein content by Kjeldahl method and the fat content by Soxhlet method. The analysis showed the cooking process of food causes a decrease in the levels of nutrients in food than the raw material. High or low nutrient levels decrease due to cooking depending on the type of food, the temperature and the longer the cooking process. Frying process causes a decrease in nutrient content were highly significant because the frying uses high temperatures so that nutrients such as protein damage. While the boiling process leads to reduced nutrient content because many nutrients dissolved in boiling water. However the most important thing in food processing so that food of high nutritional value and safe for consumption.Keywords : food, processing, cooking, nutritional composition
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KANDUNGAN SERAT PANGAN BISKUIT CAMPURAN BEKATUL BERAS MERAH (Oriza glaberrima) DAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas) Zaddana, Cantika; Miranti, Mira; Almasyhuri, Almasyhuri; Tanzila, Siti
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 2 (2018): Fitofarmaka Volume 8.2 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB)

Abstract

ABSTRAK Bekatul beras merah (Oriza glaberrima) dan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) memiliki aktivitas antioksidan yang berasal dari senyawa fenolik dan antosianin yang terkadung didalamnya. Penggunaan ubi jalar ungu dikombinasikan dengan bekatul beras merah pada formulasi biskuit diharapkan dapat meningkatkan kualitas gizi dan kandungan serat biskuit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formula biskuit dari campuran bekatul beras merah dan ubi jalar ungu yang memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dan rasa disukai panelis. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah daya terima panelis, aktivitas antioksidan, kandungan serat pangan, dan kandungan proksimat. Hasil analisis menunjukkan tidak ada pengaruh perbedaan formula terhadap parameter warna, rasa dan aroma. Hasil uji aktivitas antioksidan diperoleh bahwa Formula 1 dengan perbdaningan bekatul beras merah:ubi jalar ungu (20:40) memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi dengan nilai IC50 pada 106,349 ppm, kadar serat sebesar 6,38%, kadar protein sebesar 6,92%, kadar air sebesar 2,52 %, kadar abu sebesar 1,45%, kadar lemak sebesar 16,178%, dan kandungan karbohidrat sebesar 72,562%.Kata kunci: Bekatul beras merah, ubi jalar ungu, aktivitas antioksidan, serat pangan
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KANDUNGAN SERAT PANGAN BISKUIT CAMPURAN BEKATUL BERAS MERAH (Oriza glaberrima) DAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas) Zaddana, Cantika; Miranti, Mira; Almasyhuri, Almasyhuri; Tanzila, Siti
FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 2 (2018): Fitofarmaka Volume 8 No. 2 Tahun 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB) | DOI: 10.33751/jf.v8i2.1064

Abstract

Bekatul beras merah (Oriza glaberrima) dan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) memiliki aktivitas antioksidan yang berasal dari senyawa fenolik dan antosianin yang terkadung didalamnya. Penggunaan ubi jalar ungu dikombinasikan dengan bekatul beras merah pada formulasi biskuit diharapkan dapat meningkatkan kualitas gizi dan kandungan serat biskuit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formula biskuit dari campuran bekatul beras merah dan ubi jalar ungu yang memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dan rasa disukai panelis. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah daya terima panelis, aktivitas antioksidan, kandungan serat pangan, dan kandungan proksimat. Hasil analisis menunjukkan tidak ada pengaruh perbedaan formula terhadap parameter warna, rasa dan aroma. Hasil uji aktivitas antioksidan diperoleh bahwa Formula 1 dengan perbandingan bekatul beras merah : ubi jalar ungu (20:40) memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi dengan nilai IC50 pada 106,349 ppm, kadar serat sebesar 6,38%, kadar protein sebesar 6,92%, kadar air sebesar 2,52 %, kadar abu sebesar 1,45%, kadar lemak sebesar 16,178%, dan kandungan karbohidrat sebesar 72,562%.