Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

USIA MENARCHE DAN LAMANYA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN  DISMENORE  PRIMER  PADA  SISWI  KELAS X DI SMK KESEHATAN BHAKTI KENCANA SUBANG INDARNA, ASEP AEP
Journal of Nursing and Public Health Vol 9 No 2 (2021)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Dismenore dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas para wanita khususnya remaja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 15 orang remaja putri kelas X di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang yang telah mengalami menstruasi mengenai dismenore didapatkan hasil, 10 orang selalu mengalami nyeri saat menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia menarche dan lamanya menstruasi dengan kejadian dismenore primer pada siswi kelas X di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang. Metode: Metode Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yakni menghubungkan antara usia menarche dan lamanya menstruasi dengan kejadian dismenore primer. Populasi sebanyak 278 orang. Teknik pengambilan sampel adalah stratified random sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 74 orang dengan pengolahan data menggunakan distribusi frekuensi dengan analisa univariat dan bivariat. Hasil dan Pembahasan: Hasil penelitian didapatkan bahwa Kejadian dismenore lebih dari setengahnya mengalami dismenore sebanyak 40 orang (54,1%), usia menarche lebih dari setengahnya ≥ 12 tahun sebanyak 43 orang (58,1%) dan lamanya menstruasi responden sebagian besar ≤ 7 hari sebanyak 59 orang (79,7%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara usia menarche dengan kejadian dismenore. Terdapat hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore. Saran bagi pihak sekolah perlu adanya pemberian informasi kepada siswi mengenai dismenore supaya siswi dapat memahami mengenai penanganan dismenore.
Asuhan keperawatan pada lansia diabetes mellitus tipe II dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah Darajat, Agus Miraj; Fitri, Devi; Indarna, Asep Aep
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 3 No 1 (2023): Penanganan Kecemasan Pasien Menjelang Operasi
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v3i1.369

Abstract

Backgroung: Diabetes Mellitus in Indonesia is ranked 7th out of 10 countries with a total of 10.7 million sufferers. Indonesia is the only country in Southeast Asia on the list, so it can be estimated that Indonesia's contribution to the prevalence of diabetes cases in Southeast Asia. Purpose: Nursing care is a series of interactions with clients and the environment to achieve the goal of fulfilling needs and independence in caring for themselves. Method: Case studies are to explore a problem/phenomenon with detailed boundaries, have in-depth data collection and include various sources of information. This case study was conducted on two patients with type 2 diabetes mellitus with unstable blood sugar levels. Results: Based on the results of the study that patient 1 Mr. A is 77 years old and patient 2 Mrs. R, 77 years old, with a diagnosis of unstable blood glucose levels intervened in the form of setting a 3J diet every day for the management of hyperglycemia, the results showed that the problem was resolved in both patients. There was a temporary decrease in blood glucose in both patients with the following criteria: blood glucose levels improved, marked by decreased GDS values ​​in both patients. Patient 1 Mr.A from 352 mg/dL to 239 mg/dL and Patient 2 Mrs.R, from 241 to 168 mg/dL. The data was obtained after the implementation of diet education by regulating eating patterns with 3J (amount, type, schedule). Conclusion: Patients with type 2 diabetes mellitus with unstable blood sugar levels can implement diet education and hyperglycemia management. Suggestion: Executing nurses can provide comprehensive nursing care and education to every patient with diabetes mellitus. Keywords: Nursing Care; Diabetes Mellitus; Instability of Blood Sugar Levels Pendahuluan: Diabetes Mellitus di Indonesia berada di peringkat ke-7 di antara 10 negara dengan jumlah penderita sebesar 10,7 juta. Indonesia menjadi sațu-satunya negara di Asia Tenggara pada daftar tersebut, sehingga dapat diperkirakan besarnya kontribusi Indonesia terhadap prevalensi kasus diabetes di Asia Tenggara. Tujuan: Asuhan keperawatan merupakan rangkaian interaksi dengan klien dan lingkungan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian dalam merawat dirinya. Metode: Studi kasus yaitu untuk  mengeksplorasi suatu masalah/fenomena dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data  yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus ini dilakukan pada dua  orang pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan ketidakstabilan kadar gula darah. Hasil: Berdasarkan hasil pengkajian bahwa pasien 1 Tn. A berusia 77 tahun dan pasien 2 Ny. R berusia 77 tahun, dengan diagnose ketidakstabilan kadar glukosa darah melakukan intervensi berupa pengaturan pola makan 3J setiap harinya untuk manajemen hiperglikemia, didapatkan hasil bahwa masalah teratasi pada kedua pasien. Terjadi penurunan glukosa darah sewaktupada kedua pasien dengan kriteria hasil : kadar glukosa dalam darah membaik, ditandai dengan nilai GDS pada kedua pasien menurun. Pasien 1 Tn.A dari 352 mg/dL menjadi 239 mg/dL dan Pasien 2 Ny.R , dari 241 menjadi 168 mg/dL. Data tersebut diperoleh setelah dilakukan implementasi berupa edukasi diet dengan mengatur pola makan dengan 3J (Jumlah,Jenis,Jadwal). Simpulan: Pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan ketidakstabilan kadar gula darah dapat dilakukan implementasi edukasi diet dan manajemen hiperglikeimia. Saran: Kepada perawat pelaksana dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan edukasi kepada setiap pasien diabetes mellitus.
Efektifitas therapy aktivitas kelompok terhadap kecemasan pada lansia penderita diabetes melitus Indarna, Asep Aep; Rahayu, Sri Mulyati
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 3 No 2 (2023): Edisi Desember 2023: Penanggulangan penyakit berpotensi kejadian luar biasa
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v3i2.383

Abstract

Background: Elderly people with chronic illnesses are prone to experiencing anxiety, one of which is diabetes mellitus sufferers. Efforts made to overcome anxiety in the elderly can come from family factors, environmental factors, and group activity therapy (GAT). Purpose: To determine the effectiveness of group activity therapy (GAT on anxiety levels in elderly people with diabetes mellitus at PKM Cibiru, Bandung City. Method: With a quasi-experiment research design with a pre-posttest one-group design approach. The population of all elderly people suffering from diabetes mellitus is 40, with a sample of all elderly people suffering from diabetes mellitus of 40 taken using the total sampling method. The independent variable is group activity therapy (GAT), and the dependent variable is anxiety. The instruments used were questionnaire sheets and observation sheets. Statistical tests used the Wilcoxon test with a significance value of α = 0.05. The research results before the group activity therapy (GAT) activity from 40 respondents showed a moderate anxiety level of 65.5%. After the group activity therapy (GAT) activity, there was a ligth anxiety level of 72.5%. The Wilcoxon Sign Rank test in the treatment group showed ρ = 0.001, ρ < α. Conclusion: Meaning that group activity therapy (GAT) was effective in reducing anxiety levels in elderly people with diabetes mellitus Keywords: Anxiety; Elderly; Group Activity Therapy (GAT). Pendahuluan: Lansia dengan penyakit kronis, rentan mengalami kecemasan salah satunya adalah penderita diabetesmelitus. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kecemasan pada lansia bisa dari faktor keluarga, kemudian faktor lingkungan dan terapi aktivitas kelompok (TAK). Tujuan: Untuk mengetahui efektifitas terapi aktivitas kelompok (TAK) terhadap tingkat kecemasan pada lansia penderita diabetes melitus di PKM Cibiru Kota Bandung. Metode: Desain penelitianQuasy-Experiment dengan pendekatanpre posttest one group design. Populasi seluruh lansia penderita diabetes melitus sebanyak 40 orang dengan sampel seluruh lansia penderita diabetes melitussebesar 40 diambil menggunakan metode total sampling. Variabel independen terapi aktivitas kelompok (TAK), variabel dependen adalah kecemasan. Instrument yang digunakan adalah lembar kuesioner dan lembar observasi. Uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon Sign Rankdengan nilai kemaknaan α = 0,05. Hasil: Sebelum kegiatan terapi aktivitas kelompok (TAK) dari 40 responden terdapat tingkat kecemasan sedang 65,5 %, dan setelah kegiatan terapi aktivitas kelompok (TAK)terdapat tingkat kecemasan ringan72,5 %. Uji Wilcoxon Sign Rank pada lansia penderita diabetes melitus menunjukkan ρ = 0,001, ρ<α. Simpulan: Terapi aktivitas kelompok (TAK) efektif dilakukan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada lansia penderita diabetes melitus.
Asuhan keperawatan pada lansia diabetes melitus dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah di Kecamatan Cibiru Kota Bandung Darajat, Agus Miraj; Muslim, Dede Nur Aziz; Indarna, Asep Aep; Pratidina, Eki; Rizqi, Soni Mochamad
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 4 No 1 (2024): Edisi Juli 2024
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by hyperglycemia which occurs because the pancreas is unable to secrete insulin, insulin action is disrupted, or both. There has been an increase in the global prevalence of DM of around 8.3% in the 20-79 year age group and it is estimated that there are 2.2 million deaths with the percentage due to DM occurring before the age of 70 years, especially in developed countries. country. with low and middle economic status. Purpose: To compile the results of nursing care and identify the benefits of DM exercise in stabilizing the effectiveness of unstable sugar levels in nursing care for elderly DM. Method: Descriptive research with a case study approach on 2 elderly people suffering from diabetes mellitus (DM). This research was conducted in Cibiru District, Bandung City, using a nursing care format for the elderly. Examination data was collected using the Bartel Index and Katz Index on the elderly body. Researchers carry out inspection, palpation, auscultation and percussion on clients. Results: After being given 3J DM diet education, namely type, amount and hours as well as teaching DM exercises, sugar levels decreased, the feeling of tingling decreased, and they were able to do DM exercises. Conclusion: DM exercise is useful in controlling unstable glucose levels in elderly DM nursing care. Suggestion: There is a need for further examination and monitoring of elderly people who experience physical changes in DM sufferers so that their physical health is maintained. Community health centers can carry out intensive visit programs specifically for elderly people who require total dependency. Further research is needed by adding family support variables and actors that worsen elderly illnesses.   Keywords: Blood Glucose Instability; Diabetes Mellitus; Glucose Levels.   Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi insulin, gangguan kerja insulin,ataupun keduanya. Terjadi peningkatan prevalensi global DM sekitar 8.3% pada kelompok usia 20-79 tahun dan diperkirakan terdapat 2.2 juta kematian dengan persentase akibat penyakit DM yang terjadi sebelum usia 70 tahun, khususnya di negara-negara dengan status ekonomi rendah dan menengah. Tujuan: Untuk menyusun hasil asuhan keperawatan dan mengidentifikasi manfaat senam DM dalam menstabilkan efektifitas ketidakstabilan kadar gula pada asuhan keperawatan lansia penderita DM. Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus kepada 2 lansia yang mengalami diabetes melitus (DM). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cibiru Kota Bandung menggunakan format asuhan keperawatan pada lansia. Pengumpulan data pemeriksaan dengan cara Bartel Index dan Katz Indeks pada tubuh lansia. Peneliti melakukan tindakan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan pada klien. Hasil: Setelah dilakukan edukasi diit DM 3J yaitu, jenis, jumlah, dan jam serta mengajarkan senam DM, kadar gula mengalami penurunan, kesemutan berkurang, dan mampu melakukan senam DM. Simpulan: Senam DM bermanfaat dalam mengontrol ketidakstabilan kadar glukosa pada asuhan keperawatan lansia dengan DM. Saran: Perlu adanya pemeriksaan dan pemantauan lebih lanjut pada lansia yang mengalami perubahan fisik dengan DM agar terjaga kesehatan jasmaninya. Pihak puskesmas dapat melakukan program khusus kunjungan intensif pada lansia yang membutuhkan ketergantungan total. Penelitian selanjutnya dibutuhkan dengan menambahkan variabel dukungan keluarga dan aktor yang memperberat penyakit lansia.   Kata Kunci: Diabetes Melitus; Kadar Glukosa; Ketidakstabilan Glukosa Darah.
The effect of group therapy activities on social dysfunction among patients with serious mental illness Indarna, Asep Aep; Mustikasari, Mustikasari; Roswendi, Achmad Setya; Niman, Susanti; Wisnusakti, Khrisna
Malahayati International Journal of Nursing and Health Science Vol. 7 No. 6 (2024): Volume 7 Number 6
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/minh.v7i6.335

Abstract

Background: The number of mental disorders: schizophrenia is increasing every year, social dysfunction is one of the negative behaviours of schizophrenia patients, namely: not wanting to socialize. Group activity therapy: socialization is an effort to facilitate the ability to socialize with isolated patients with social relationship problems. Purpose: To determine the effect of group therapy activities on social dysfunction among patients with serious mental illness. Method: The research was conducted using a quasi-experimental design with a pre-post test approach. A sample size of 34 patients who experienced social dysfunction was taken in a way purposive sampling with criteria; adult patients and above, can read and write, patients in inpatient and rehabilitation settings, communicate well and have a nursing diagnosis of social dysfunction. The analysis used is univariate and bivariate. The statistical test used is the Mann-Whitney U test. Results: The analysis in the intervention group are available there were significant changes in signs, symptoms and social functioning (p-value 0.001), in the control group significant changes in signs, symptoms (p-value 0.001) and no significant changes in the patient's social function (p-value 0.798) before and after group activity therapy: socialization. There was no significant difference (p-value 0.336) in signs and symptoms and there was a significant difference in social function (p-value 0.001) after group activity therapy: socialization between the control and intervention groups. Conclusion: There is an influence of group therapy activities on social dysfunction among patients with serious mental illness in rehabilitation ward at the West Java Provincial Mental Hospital.
Stunting Prevention Movement in the Cibeurem Community Area Indarna, Asep Aep; Suprapti, Tuti; Anri, Anri; Valani, Cici; Safari, Uum; Lengga, Vivop Marti; Soleha, Sri; Isviyanti, Isviyanti
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bestari Vol. 3 No. 8 (2024): August 2024
Publisher : PT FORMOSA CENDEKIA GLOBAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55927/jpmb.v3i8.10895

Abstract

Stunting is a condition of failure to grow in children under five years old as a result of chronic malnutrition so that the child is too short for his age. Malnutrition occurs from the time the baby is in the womb and in the early days after the baby is born. Stunting in toddlers needs special attention because it can hinder children's physical and mental development. Activities. This community service aims to increase the knowledge, awareness and concern of the people of Cibeureum village about stunting. Method The method in this activity is service learning. The technique of this activity is to start with the distribution of pre-test questionnaires and continue with the provision of materials related to stunting. Furthermore, as an evaluation, a post-test is given. There is an increase in public knowledge about the results of this community service activity show an increase in the knowledge of activity participants about stunting and stunting prevention.