Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENERAPAN PENCERITAAN TERBATAS PADA PENYUTRADARAAN FILM FIKSI “SASANALAYA” Arbani Abdurohman Annas; Arif Eko Suprihono; Gregorius Arya Dhipayana
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 1, No 2 (2018): SENSE
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (806.76 KB) | DOI: 10.24821/sense.v1i2.3491

Abstract

Skripsi karya seni berjudul Penerapan Penceritaan Terbatas pada Penyutradaraan Film Fiksi “Sasanalaya” menggunakan teknik tersebut untuk menciptakan efek kejutan dan membuat penonton menduga-duga adegan dalam film. Objek penciptaan karya seni ini adalah film fiksi berjudul "Sasanalaya" yang menceritakan tentang Giman dan Ummi yang sedang mencoba meyakinkan Ririn untuk membicarakan tentang wasiat Bapak yang ingin mewakafkan tanahnya.Penerapan penceritaan terbatas dilakukan dengan menyembunyikan informasi bahwa tanah yang sedang diurus akan diwakafkan. Informasi yang diberikan kepada penonton akan disembunyikan dan dipaparkan sedikit demi sedikit. Sehingga penonton akan menduga-duga adegan setelahnya. Konsep penciptaan karya ini ditekankan pada penerapan penceritaan terbatas di mana kamera tidak pernah lepas dari tokoh utama. Penonton akan mengikuti alur cerita melalui tokoh bernama Giman. Dengan begitu informasi yang didapatkan oleh penonton akan terbatas pada informasi yang juga diketahui oleh Giman. Dengan menyembunyikan informasi tersebut penonton akan dibuat penasaran dan memberikan efek kejutan ketika informasi tersebut diberikan.
Kisah Hidup Korban Bullying Dalam Dokumenter Performatif "Repost" Vera Isnaini; Arif Sulistiyono; Gregorius Arya Dhipayana
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.475 KB) | DOI: 10.24821/sense.v2i1.5071

Abstract

ABSTRACTNegative side of bullying is the main theme of“REPOST” documentary. The making of “REPOST” aimed to deliver a story and perception of bullying by Vera (Nia’s sister) through the bullying case of Vera’s sister, Nia. This film appears under the performative mode. According to Bill Nichols, performative mode contains three aspect, subjective, related to memory and experience, and expressive.The performative mode of this film formed by putting Vera as the narrator owning a personal point of view to describe the phenomena of bullying through her sister case. Information and story are delivered by reconstruction, symbol, and expressively using cinematography elements. Performative documentary film brings personal and emotional intensities from the subject to deliver the case inside the film. The performative mode in “REPOST” documentary can deliver the emotion of Vera and her contradiction of her sister bullying case. Keyword: documentary, performative, bullying, reconstruction ABSTRAKFilm dokumenter performatif “REPOST” mengangkat tema besar dampak negatif bullying. Penciptaan karya film dokumenter “REPOST” digunakan untuk menyampaikan cerita dan persepsi Vera (adik) terhadap kisah hidup Nia, kakak dari Vera, sebagai korban bullying. Film dokumenter ini dikemas dengan bentuk performatif. Bentuk/mode performatif menurut Bill Nichols memiliki ciri-ciri subjektif, bersifat memory and experience, dan ekspresif.Bentuk performatif pada film ini dibangun dengan menempatkan Vera (adik) sebagai narator yang memiliki sudut pandang personal dalam memandang fenomena bullying melalui kasus kakaknya. Penyampaian informasi dan cerita dilakukan melalui rekonstruksi simbol dan secara ekspresif menggunakan unsur-unsur sinematik dalam mendukung penyampaian informasi.Dokumenter performatif berangkat dengan tujuan memberikan intensitas personal dan emosional seorang subjek dalam menyampaikan kasus di dalamnya. Penggunaan bentuk performatif  pada film dokumenter “REPOST” dapat menyampaikan emosi dari Vera serta menyampaikan ketidakberpihakan dia terhadap kasus bullying kakaknya. Kata kunci: dokumenter, performatif, bullying, rekonstruksi
Pergeseran Nilai Guna Perisai Suku Dayak Kalimantan Timur dalam Penyutradaraan Film Dokumenter “Talawang” dengan Gaya Interaktif Rimandha Tasya Febriliani; Agnes Widyasmoro; Gregorius Arya Dhipayana
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.072 KB) | DOI: 10.24821/sense.v4i1.5849

Abstract

ABSTRAKTalawang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama perisai. Talawang merupakan salah satu perlengkapan perang yang digunakan pada masa lampau sebagai alat pertahanan diri dari serangan lawan maupun hewan buas, dan dipergunakan dalam suasana terdesak. Namun, di masa sekarang ini Talawang mengalami pergeseran nilai guna. Film dokumenter “Talawang” merupakan film dokumenter dengan gaya interaktif yang memberikan informasi melalui statment-statment dari para narasumber dan didukung dengan visual yang terjadi di lapangan mengenai bagaimana perisai suku Dayak mengalami pergeseran nilai guna di Kalimantan Timur. Film ini dituturkan dalam bentuk struktur bertutur tematis dimana film dikemas dalam bentuk fakta-fakta yang muncul di lapangan, kemudian dibagikan kepada khalayak sebagai informasi dan pengetahuan baru yang menarik. Penerapan gaya interaktif dan struktur bertutur tematis dalam film dokumenter “Talawang” menghasilkan karya yang menunjukkan bagaimana perisai suku Dayak yang awalnya berfungsi sebagai alat perang, mengalami pergeseran nilai guna di masa sekarang. Film dokumenter ini juga memberikan informasi dan pengetahuan kepada penonton mengenai sejarah dan keberadaan perisai di masa sekarang.Kata kunci: Dokumenter, Interaktif, Pergeseran Nilai, Talawang 
MEMBANGUN SUBJEKTIVITAS PENONTON MELALUI PENDEKATAN INTERAKTIF PADA PENYUTRADARAAN FILM MOCKUMENTARY “BOOKING OUT” Fuad Hilmi Hirnanda; Endang Mulyaningsih; Gregorius Arya Dhipayana
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.737 KB) | DOI: 10.24821/sense.v3i1.5092

Abstract

ABSTRAK            Film mockumentary merupakan suatu bentuk film yang menyimulasikan gaya film dokumenter untuk menceritakan suatu bentuk naratif tertentu, maksud dari menyimulasikan yaitu bentuk film fiksi yang menggunakan teknik film dokumenter untuk mewujudkannya. Film jenis ini mampu menghadirkan suatu realita, fakta, argumentasi serta bentuk refleksi dari filmmaker melalui narasi dramatis yang dibangun. Subjektivitas penonton dibangun melalui persepsi mereka akan bentuk film ini. Film “Booking Out” mengangkat isu seksualitas di masyarakat Indonesia, khususnya prostitusi online yang semakin marak seiring dengan perkembangan teknologi. Melalui karakter Udin, diceritakan bagaimana seorang pelaku penipu berkedok prostitusi online menjalakan aksinya. Penciptaan karya film ini diwujudkan menggunakan pendekatan interaktif,  ditunjung melalui akting impersonator, casting by type, penggunaan tata kamera dynamic shot dan subjective shot. Konsep ini akan membentuk konstruksi dokumenter yang dapat memberikan kedekatannya dengan penonton. Penonton akan dibawa melalui dokumentasi kehidupan Udin dan keluarganya agar ikut merasakan interaksi terhadap tokoh-tokoh pada film hingga momen-momen kejadian yang terekam pada kamera. Kata kunci: Penyutradaraan, Film Mockumentary, Pendekatan Interaktif, Subjektivitas
KLARIFIKASI ILMU LIAK MELALUI PENYUTRADARAAN DOKUMENTER “LINGGIH AKSARA” DENGAN GAYA EXPOSITORY Ni Luh Putu Indra Dewi Anjani; Agnes Widyasmoro; Gregorius Arya Dhipayana
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.692 KB) | DOI: 10.24821/sense.v2i1.5072

Abstract

ABSTRAKKarya tugas akhir penyutradaraan film dokumenter “Linggih Aksara” membahas tentang fenomena ilmu Liak di Bali yang memiliki stigma negatif. Berbagai isu yang beredar di masyarakat menjadikan ilmu liak memiliki definisi yang simpang siur dan banyak sudut pandang yang berbeda. Masyarakat menganggap ilmu liak sebagai ilmu hitam untuk mencelakai orang lain, dapat berubah wujud menjadi sosok menyeramkan, mencari tumbal untuk kenaikan tingkat, dan hal lain yang sifatnya memojokkan. Hal tersebut tentu kurang tepat mengingat ilmu liak merupakan ilmu warisan nenek moyang Bali yang seharusnya dapat dilestarikan. Melihat kenyataan tersebut, ilmu liak perlu di klarifikasi agar masyarakat tidak selalu memojokkan ilmu liak dalam segala kondisi tanpa bukti yang jelas. Proses klarifikasi stigma negatif dilakukan melalui menampilkan beberapa narasumber dengan sudut pandang yang berbeda. Hal tersebut menjadikan dipilihnya dokumenter expository sebagai kemasan dari film ini dengan menampilkan dari sudut pandang sejarah, lontar, ilmu modern, hingga agama secara tematis. Selain itu, gaya expository juga dapat merangkai sebuah fakta dengan runut, melalui subjektifitas sutradara, sehingga penonton menjadi percaya. Karena kekuatan dari gaya expository adalah pada susunan narasi yang mampu mempersuasi. Film ini diharap mampu membuka pikiran penonton tentang ilmu liak sehingga pandangan yang buruk tentang ilmu liak dapat perlahan-lahan berubah dan ilmu liak dapat di eksplorasi dan implementasikan dalam kehidupan sehari hari. Kata kunci : Film dokumenter, klarifikasi, ilmu liak, expository
Mengamati Kehidupan Owa Jawa Dalam Penyutradaraan Film Dokumenter "Habitat" Dengan Bentuk Penuturan Perbandingan Kawakibi Muttaqien; Dyah Arum Retnowati; Gregorius Arya Dhipayana
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.537 KB) | DOI: 10.24821/sense.v2i1.5069

Abstract

ABSTRACTDocumentary is one among many ways to tell a fact and information from surroundings. One of it are endemic animals called Javan Gibbon.This thesis documentary tells about Javan Gibbon who lives in three different habitat which are wild life, rehabilitation center and zoo. Different environment influences the daily activiy of each Javan Gibbon. For Javan Gibbon, jungle is their natural habitat. Rehabilitaion center is a place for them to be rehabilitate before being release to wild life. While zoo is a place for preservation and education for people.This thesis, Observing the Life of Javan Gibbon in Directing Documentary “Habitat” with Narrative Form of Comparison, contains the comparison of Javan Gibbon on three different habitats. The comparison is delivered with sequences of footages between each habitat through activities of Javan Gibbon. The activity consists of the process of getting food, socialize between each Gibbon, interacting with humans and during rainy seasons. keywords: documentary, javan gibbons habitat, comparison, directing ABSTRAKFilm dokumenter merupakan satu dari sekian banyak cara untuk menyampaikan sebuah fakta dan informasi dari apa yang terjadi di sekitar kita. Salah satunya adalah satwa endemik yaitu owa Jawa.Karya tugas akhir film dokumenter ini menceritakan tentang owa Jawa yang hidup di tiga habitat yaitu alam liar, penangkaran rehabilitasi dan kebun binatang. Lingkungan yang berbeda mempengaruhi pola kehidupan sehari-hari dari masing- masing owa Jawa. Bagi owa Jawa, hutan merupakan habitat alaminya. Penangkaran merupakan tempat rehabilitasi sebelum dikembalikan ke alam liar. Sedangkan kebun binatang merupakan tempat pelestarian dan sarana edukasi bagi masyarakat.Perbandingan owa Jawa ini dikemas dalam karya tugas akhir yang berjudul Mengamati Kehidupan Owa Jawa dalam Penyutradaraan Film Dokumenter “Habitat” dengan Bentuk Penuturan Perbandingan. Perbandingan ini disampaikan dengan menyajikan runtutan gambar antara habitat satu dengan habitat lainnya melalui kegiatan owa Jawa. Kegiatan tersebut meliputi proses mendapatkan makanan, bersosialisasi dengan sesama owa Jawa, berinteraksi dengan manusia, dan menghadapi kondisi cuaca seperti hujan. kata kunci: film dokumenter, habitat owa jawa, perbandingan, penyutradaraan
Analisis Efek Kejutan atas Penerapan Restricted Narration dalam Plot Film “The Handmaiden” Anisa Wahyuningsih; Siti Maemunah; Gregorius Arya Dhipayana
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sense.v5i2.8061

Abstract

Dalam penerapannya, restricted narration dapat menimbulkan efek kejutan. Kejutan diartikan sebagai perasaan yang timbul karena ketidaksiapan atas sesuatu hal. Film The Handmaiden dipilih sebagai bahan penelitian karena cukup dominan menerapkan restricted narration dalam plotnya yang kemudian menimbulkan efek kejutan dan tidak hanya muncul sekali. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pola plot dan bagaimana efek kejutan muncul atas penerapan teknik restricted narration dalam plot film The Handmaiden. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data secara observasi. Tahap penelitian dimulai dengan menganalisis keseluruhan plot film The Handmaiden. Dari analisis plot tersebut akan teridentifikasi scene-scene yang mengandung indikator efek kejutan yang kemudian dihubungkan dengan penerapan teknik restricted narration. Dari identifikasi tersebut akan dianalisis sesuai dengan rumusan masalah sehingga dapat ditarik simpulan. Hasil dari penelitian ini adalah efek kejutan yang muncul pada film The Handmaiden disebabkan film memanfaatkan tiga plot besar untuk membangun penerapan teknik restricted narration. Secara keseluruhan, teknik yang diterapkan adalah dengan menyajikan cerita fokus pada satu tokoh sekaligus penerapan kedalaman informasi cerita secara subjektif, mengelabui penonton dengan mata kamera, dan juga penerapan teknik kilas balik. Penggabungan teknik-teknik tersebut akhirnya berhasil menimbulkan efek kejutan yang bertingkat bagi penonton. Kejutankejutan tersebut di sisi lain juga berhasil mengubah narasi yang sebelumnya subjektif menjadi sepenuhnya objektif.