Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pengaruh Lama Penundaan Pengecatan Setelah Fiksasi Apusan Darah Tepi Terhadap Morfologi Eritrosit Nurul Warsita; Zainal Fikri; Pancawati ariami
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 6, No 2 (2019): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.641 KB) | DOI: 10.32807/jambs.v6i2.145

Abstract

Sediaan apus darah bertujuan untuk menilai morfologi eritrosit, leukosit, dan trombosit. Dalam pengecatan Giemsa sebelumnya sediaan apus darah difiksasi menggunakan methanol absolute. Tujuan untuk Mengetahui adanya pengaruh lama penundaan pengecatan setelah fiksasi apusan darah tepi terhadap morfologi eritrosit. Penelitian Quasi Experimental dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Non Random Purposive Simple. Data yang diperoleh dianalisa secara statistik menggunakan analisis uji Chi- square. Hasil: Pengamatan mikroskopis terhadap warna dan ukuran eritrosit dengan lama penundaan pengecatan selama 1, 2, 3, 4 dan 5 hari memiliki morfologi kriteria yang baik. Perubahan bentuk krenasi pada eritrosit terjadi mulai penundaan hari ke 2 (20%) dengan kriteria sedang, hari ke 3 (60%) dengan kriteria sedang, hari ke 4 (60%) dengan kriteria sedang, hari ke 5 (40%) dengan kriteria sedang dan (40%) dengan kriteria buruk. Hasil uji Chi Square didapatkan nilai p sebesar 0,048 (<0,05) dengan tingkat kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lama penundaan pengecatan setelah fiksasi apusan darah tepi terhadap morfologi krenasi eritrosit. Kesimpulan: Pengaruh lama penundaan pengecatan setelah fiksasi berupa perubahan morfologi eritrosit yang membentuk krenasi terjadi sejak hari kedua penundaan.
Kacang Kedelai Sebagai Media Alternatif Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Siti Danela; Lalu Sri Gede; Pancawati Ariami
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 6, No 1 (2019): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.472 KB) | DOI: 10.32807/jambs.v6i1.127

Abstract

Kacang kedelai (Glycine max L.  Merr) merupakan sumber protein, dan lemak, serta sebagai sumber vitamin A, E, K, dan beberapa jenis vitamin B dan mineral K, Fe, Zn, dan P. Pada penelitian ini masalah yang akan di jawab apakah penggunaan kacang kedelai (Glycine max L.Merr) dapat digunakan sebagai media alternatif untuk pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Tujuan penelitian ini untuk  mengetahui penggunaan biji kacang kedelai (Glycine max L. Merr) sebagai media alternatif untuk pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Metode penelitian yang digunakan bersifat Quasi experiment dengan rancangan penelitian Posstest Only Control Group Design. Data hasil dianalisis secara deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tepung kacang kedelai dapat menumbuhkan bakteri Pseudomonoas aeruginosa padakonsentrasi 2%, 4%, 6%, dan 8%. Hasil penelitian menunjukan bahwa tepung kacang kedelai dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber protein untuk pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Kandungan Teh Bayam Merah (Amaranthus Tricolor L) Dan Toksisitas Akut Pada Tikus Putih Strain Wistar Pancawati Ariami; Jubair Jubair
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 5, No 2 (2018): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.615 KB) | DOI: 10.32807/jambs.v5i2.115

Abstract

Teh dalam kehidupan sehari-hari merupakan minuman ringan sebagai pengantar dalam menikmati hidangan ringan dengan cita rasa yang khas. Bayam merah telah diteliti sebagai antitumor/antikanker, dan dalam bentuk sediaan teh. Penelitian laboratorium yang merupakan penelitian true-experimental dengan desain pretest–posttest disertai kontrol. Kandungan teh bayam merah diidentifikasi dengan metode GC-MS, dan penetapan kadar secara spektrofotometri dan gravimetri. Uji toksisitas akut teh bayam merah disesuaikan dengan Pedoman uji toksisitas nonklinik in vivo dari Badan Pengawas Obat dan Makanan, nomor 7 tahun 2014, kelompok tikus putih Wistar jantan dan kelompok tikus putih betina yang diberi teh bayam merah dengan dosis 50, 300, 2000, dan 5000 mg/kg BB. Senyawa utama yang dihasilkan dari identifikasi menggunakan GCMS adalah asam palmitat, asam elaidin/asam oleat, phytol, dan asam stearat. Penetapan kadar total phenol ekuivalen asam gallat pada teh bayam merah segar 4,11% b/b dan pada teh yang disimpan turun menjadi 1,78% b/b. Penetapan kadar total flavonoid ekuivalen quercetin pada teh bayam merah segar 0,98 % b/b dan menurun menjadi 0,435% b/b setelah disimpan. Kadar air dan kadar sari larut air pada sediaan teh yang baru 20,47% dan 15,18% b/b sedangkan pada teh yang telah disimpan meningkat menjadi 24,83%  dan 18,41% b/b. Uji toksisitas akut dinyatakan bahwa teh bayam merah tidak toksis.
Perbedaan Kadar Glukosa Darah Metode Poin Of Care Test (Poct) Dengan Photometer Pada Sampel Serum Di Wilayah Kerja Puskesmas Jereweh Endiyasa Endiyasa; Pancawati Ariami; Urip Urip
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 5, No 1 (2018): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.772 KB) | DOI: 10.32807/jambs.v5i1.102

Abstract

Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa di dalam darah.  Beberapa kasus pernah terjadi, orang yang diperiksa glukosa darah antara glukosa darah puasa dan glukosa darah sewaktu dengan menggunakan alat POCT tidak menunjukkan perbedaan hasil padahal ini terjadi pada penderita Diabetes Melitus dan pernah dilakukan Cross Check secara photometer menunjukkan perbedaan atau hasil sesuai dengan kondisi Diabetes Melitus. Tujuan penelitian untuk mengetahuiperbedaan kadar glukosa darah metode POCT dengan Photometer pada sampel serum.  Rancanga penelitian merupakan  penelitian observasional Analitik, sasaran penelitian adalah semua pasien rawat jalan yang memeriksa glukosa darah di Laboratorium Puskesmas Jereweh, pada penelitian inidiperoleh jumlah sampel 52 orang,data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji Mann-Whitney, dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0.05. Hasil penelitianyang dilakukan menunjukkan bahwa nilai signifikan (p) sebesar = 0,084 (> dari α 0,05), yang berarti pada α = 5% tidak ada  perbedaan yang bermakna dari hasil kadar glukosa darah metode POCT (Poin Of Care Test) dengan metode photometer pada sampel serum. Kesimpulan, tidak ada perbedaan yang yang bermakna dari hasil kadar glukosa darah metode POCT (Poin Of Care Test) dengan metode photometer pada sampel serum.
Prevalensi Infestasi Cacing Usus Golongan Sth Pada Murid Sekolah Dasar Negeri 02 Tempos Di Dusun Alas Malang Desa Tempos Kecamatan Gerung Anhariyatni Anhariyatni; Pancawati Ariami; Gunarti Gunarti
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 4, No 2 (2017): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.133 KB) | DOI: 10.32807/jambs.v4i2.92

Abstract

Kecacingan merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh parasit cacing yang dapat membahayakan kesehatan. Penyakit kecacingan yang sering menginfeksi dan merugikan adalah infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah “Soil Transmitted Helminth (STH)”. Pada umumnya infeksi STH cenderung menginfeksi anak-anak usia Sekolah Dasar karena daya tahan tubuh yang masih rendah serta perilaku yang lebih sering kontak dengan tanah sebagai media penularan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Prevalensi Infestasi Cacing Usus Golongan STH pada Anak Sekolah Dasar Negeri 02 Tempos Di Dusun Alas Malang Desa Tempos Kecamatan Gerung .Penelitian ini bersifat Observasional deskriptif. Sampel yang digunakan adalah sampel feaces murid SDN 02 Tempos yang diambil sebanyak 92 sampel. Analisis secara deskriptif dengan menghitung prosentase infeksi kecacingan pada murid SD. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampel feses murid SDN 02 Tempos di Dusun Alas Malang Desa Tempos Kecamatan Gerung didapat telur cacing usus golongan STH sebesar 34,8% yang terdiri dari Ascaris lumbricoides yaitu (6,5%), Trichuris trichiura (28,3%) ,dan cacing tambang (0%).
Identifikasi Kapang Khamir Pada Penyimpanan Tape Ketan Putih (Oryza Sativa Glutinosa) Dengan Penambahan Air Perasan Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Baiq Mira Nurhidayah; Pancawati Ariami; Siti Zaetun
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 4, No 1 (2017): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.525 KB) | DOI: 10.32807/jambs.v4i1.83

Abstract

Tape ketan merupakan makanan tradisional hasil fermentasi yang terbuat dari beras ketan. Pembuatan tape ketan putih pada masyarakat biasanya dilakukan dengan menambahkan suatu bahan-bahan tertentu untuk memberikan aroma, rasa dan warna yang berbeda. Daun katuk tersebut juga mengndung klorofil sehinnga akan memberikan warna hijau pada tape ketan putih,adanya senyawa tannin, flavonoid dan saponnin dalam daun katuk yang bersifat antimikroba yang dapat menghambat proses fermentasi dan menghasilkan tape ketan dengan kualitas yang baik. Pada penelitian ini, digunakan air perasan daun katuk sebagai pewarna alami tape ketan, penelitian ini merupakan penelitian Pre eskperimental yang bertujuan untuk mengidentifikasi tape krtan putih dengan penambahan air perasan daun katuk, yang dikultur di media PDA (Potato dextrose agar). Dilakukan identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis pada media, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampel tape ketan putih didapatkan jenis jamur Aspergillus flavus dan Saccharomyces cerevisiae, dan pada sampel tape ketan hijau didapatkan jenis jamur Aspergiluss niger dan Saccharomyces cerevisiae
The parasite density and erythrocyte sedimentation rate on patients with uncomplicated tropical Malaria In two community health centre of West Lombok Kadeq Novita Prajawanti; Siti Zaetun; Pancawati Ariami
Medical Laboratory Analysis and Sciences Journal Vol 1 No 2 (2019): November 2019
Publisher : Department of D3 Medical Technology Laboratory STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35584/melysa.v1i2.25

Abstract

Malaria infections are often associated with the activation of coagulation and fibrinolytic systems. An increase number of fibrinogen levels in severe malaria and the increase of fibrinogen also stimulated the increase of erythrocytes sedimentation rate. The aim of this study is to find out about the effects of high parasitemia to erythrocyte sedimentation rate in patients with uncomplicated tropical malaria. Samples are collected using the Purposive Samplings method. To determined the effect of parasite density to erythrocytes sedimentation rate (ESR) levels (mm/h), the data were analyzed using the Non-Parametric Kruskal Wallis test (α=0,05). From 8 samples, 2 subjects (25%) has ++ (2+) densities with 35 and 46 mm/h; 3 subjects (37,5%) has +++ (3+) densities with 10, 65 and 70 mm/h; and also 3 other subjects (37,5%) has ++++ (4+) densities with 21, 44, and 70 mm/h. The Non-parametric Kruskal Wallis test shows that p-value 0,932 >α, means there is no effect of parasitic density on ESR levels in patients with uncomplicated tropical malaria. Using the ESR as the only-main biomarker in assessing the severity of malaria is an inaccurate idea because the ESR is more likely a non-specific test, therefore another blood test is needed to establish a diagnosis of malaria severity.