Ernawati Ernawati
Fakultas Pertanian, Universitas Yudharta Pasuruan

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Kajian pencemaran ekosistem mangrove jenis Rhizophora mucronata di perairan Desa Kalianyar Bangil Pasuruan Jawa Timur E Ernawati; Eddy Suprayitno; H Hardoko; Uun Yanuhar
Agrika Vol 12, No 1 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.485 KB) | DOI: 10.31328/ja.v12i1.545

Abstract

Salah satu program utama Pemerintah saat ini adalah mewujudkan Indonesia sebagai poros Maritim dunia antara lain melalui rehabilitasi kerusakan lingkungan dan konservasi biodiversitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pencemaran beberapa logam berat pada tanaman mangrove, perairan dan sedimen di desa Kalianyar Bangil Jawa Timur. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal oleh Pemerintah Daerah setempat maupun pihak-pihak yang berhubungan dengan penggunaan wilayah laut untuk pelestarian tanaman mangrove secara terpadu dan berkelanjutan. Lokasi Desa Kalianyar dekat dengan muara sungai dimana aliran sungai tersebut berhubungan dengan pembuangan lumpur lapindo. Di wilayah tersebut terdapat habitat mangrove, sehingga dampak pembuangan tersebut diperkirakan dalam jangka waktu tertentu dapat mempengaruhi kehidupan ekosistem mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kandungan Pb, Cu, Cd, Hg dan Fe di perairan sudah melebihi ambang batas yang diijinkan. Kandungan Pb dan Cd pada sedimen umumnya masih di bawah ambang batas, sedangkan Cu dan Hg sedimen sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan. Kandungan logam berat Cu, Cd pada sampel buah mangrove melewati ambang batas, sedangkan Pb dan Hg sampel buah di bawah ambang batas yang ditetapkan Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/89 tentang toleransi logam berat pada makanan. Hasil pengamatan kualitas air yaitu suhu, pH, kecerahan, DO, BOD, COD, umumnya masih dalam kisaran yang dipersyaratkan, sedangkan amonia melebihi ambang batas untuk kegiatan budidaya perikanan sesuai PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kata kunci : Bangil, lingkungan, logam berat, mangrove, pencemaran
Analysis of White Feces Disease (WFD) caused by Vibrio sp. Bacteria and Dinoflagellata in Vannamei Shrimp (Litopenaeus vannamei) in Brackishwater Culture Pond Moh. Awaludin Adam; Irawati Mei Widiastuti; Ernawati Ernawati; Achmad Yani Yayan; Era Insivitawati; Yuliana Yuliana; Rini Fitriasari Pakaya; Agoes Soegianto; Ach. Khumaidi
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 14 No. 1 (2022): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v14i1.26684

Abstract

Highlight ResearchIndicated that white feces at Vanammei appeared along with the appearance of the disease besides its main trigger that is Vibrio sp.Increase the availability of carbon for photosynthesis process of phytoplankton.Clinical symptom of shrimp attacked by white feces disease is indicated by a change in intestine.AbstractShrimp disease that currently causes economic loss to shrimp farmers is White Feces Disease (WFD). This disease appeared due to several factors, such as poor pond management, unhealthy shrimp seed, and poor water quality which resulted in the appearance of Vibrio sp. bacteria and Dinoflagellate. This study aimed to analyze the cause of WFD outbreak in vannamei shrimp pond. The study method through direct experiment was applied in shrimp pond. Sampling was performed three times in each feeding tray to collect ten shrimps. Overall, sampling was performed twice a week. The Sample Survey Method was used to collect sample in this study. Result of study showed that clinical symptom was observed through changes in pattern and behavior of vannamei shrimp during culture. However, this observation resulted in insignificant data. Vannamei shrimp infected WFD tended to swim slower and often rose to the surface with body color turned red. Moreover, total organic matter (TOM) increased on week-7 along with the increasing growth of plankton, particularly from the Dinoflagellate group. However, bacterial growth of Vibrio sp. on week-7 was insignificant, yet many shrimps were found dead with white feces during that period. The result of analysis indicated that white feces disease was caused by Dinoflagellate besides the main trigger, namely, Vibrio sp.
PENGEMBANGAN PRODUK TAHU MENJADI TOFU CHIPS (KAJIAN JENIS BAHAN BAKU, SUHU PENGGORENGAN DAN BIAYA PRODUKSI) Ernawati Ernawati

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.022 KB) | DOI: 10.35891/tp.v1i1.478

Abstract

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapatkan tofu chips yang baik dan disukai oleh konsumen berdasarkan pada pemilihan bahan baku dan penggunaan suhu penggorengan yang tepat. serta mendapatkan gambaran perencanaan produksi tofu chips ditinjau dari aspek finansial. Penelitian yang dilakukan merupakan gabungan dari penelitian dengan metode deskriptif dan eksperimental. Metode pelaksanaan penelitian meliputi : pembuatan tofu chips, uji kesukaan produk, produk terbaik, analisis kualitas, dan analisis finansial. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tofu chips yang dibuat dengan bahan baku tahu putih Malang, digoreng pada suhu 200o C, terpilih sebagai produk terbaik dengan skor 2,653. Karakteristik produk terbaik yaitu berwarna kuning kecoklatan, dan memiliki rasa yang khas seperti bahan bakunya sedangkan karakteristik kimia produk adalah sebagai berikut kadar protein 20,57%, kadar lemak 8,67, kadar air 0,0765 dan rendemen sebesar 29,06%. Investasi awal yang dibutuhkan untuk mendirikan industri tofu chips dengan kapasitas produksi 128 kg per hari adalah sebesar Rp. 139.160.950,00. Harga Pokok Produksi (HPP) didapat sebesar Rp. 977,08 per kemasan dengan berat 100 gram, harga jual yang direncanakan sebesar Rp. 1400 dengan penambahan mark up sebesar 40% , Break Even Point (BEP) terjadi pada volume penjualan 42517 kemasan senilai Rp. 59.344.554,46. Payback Periode (PP) adalah 3 tahun 9 bulan.  
EFEK ANTIOKSIDAN ASAP CAIR TERHADAP SIFAT FISIKO KIMIA IKAN GABUS (Ophiocephalus striatus) ASAP SELAMA PENYIMPANAN Ernawati Ernawati

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.097 KB) | DOI: 10.35891/tp.v4i1.493

Abstract

Daging ikan sangat mudah mengalami proses oksidasi, karena banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Pengolahan ikan gabus dengan pengasapan cair akan memberikan antioksidan alami yaitu fenol yang terdapat pada komponen asap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi asap cair dan suhu pengeringan oven yang tepat agar menghasilkan ikan gabus asap yang bermutu baik selama penyimpanan. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor perlakuan yaitu perbedaan konsentrasi asap cair dan suhu pengeringan oven sebelum dan sesudah penyimpanan. Parameter yang diukur meliputi : kadar air, protein, lemak, fenol dan TBA, sedangkan pengujian organoleptik tingkat kesukaan meliputi warna, aroma, tekstur dan rasa dengan hedonic scale scoring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi asap cair memberikan pengaruh nyata terhadap kadar fenol, TBA, rasa, warna, dan aroma, tapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air, protein dan lemak. Interaksi dari perlakuan konsentrasi asap cair dan suhu pengeringan berpengaruh terhadap warna. Dari hasil penelitian didapatkan perlakuan terbaik adalah konsentrasi asap cair 6% dan suhu pengeringan 60°C.  
STUDI PERENDAMAN DALAM HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU TERIPANG (Holothuria scabra) KERING Ernawati Ernawati

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.036 KB) | DOI: 10.35891/tp.v5i1.496

Abstract

Cara pengolahan teripang saat ini masih sangat sederhana, sehingga mutu produk yang dihasilkan kurang menarik perhatian konsumen khususnya dari segi penampakan. Salah satu usaha untuk memperbaiki mutu adalah diadakan penelitian perendaman hidrogen peroksida (H2O2) pada produk guna mendapatkan penampakan yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perendaman dalam H2O2 pada prosentase yang berbeda dan lama penyimpanan terhadap mutu teripang (Holothuria scabra) kering, sehingga didapatkan konsentrasi H2O2 dan lama penyimpanan yang optimal dimana produk teripang kering masih dalam keadaan baik. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan perendaman dalam H2O2 konsentrasi 0%, 0.025% dan 0.05% serta lama penyimpanan selama 0, 10, 20, dan 30 hari dengan 3 kali ulangan. Parameter yang diukur adalah kadar air, kadar AW, TPC (Total Plate Count), TVB (Total Volatile Bases), dan tekstur menggunakan penetrometer. Pengukuran secara organoleptik meliputi uji warna, bau, dan rasa. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa nilai kadar air, AW, TVB dan TPC cenderung mengalami penurunan, sedangkan nilai organoleptik warna, bau dan rasa cenderung meningkat dengan peningkatan konsentrasi H2O2. Makin lama produk disimpan, makin meningkat pula nilai kadar air, AW, TVB, dan TPC. Interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air, AW, TVB, tekstur, serta organoleptik warna, bau, dan rasa.Kata kunci : Teripang, H2O2, penyimpanan  
TEKNOLOGI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI PEMANFAATAN TANAMAN AIR AZOLLA GUNA MENEKAN BIAYA PRODUKSI BUDIDAYA LELE Ernawati Ernawati; Idah Lumhatul Fuad; Chrisbiyantoro Chrisbiyantoro

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.52 KB) | DOI: 10.35891/tp.v7i3.512

Abstract

Biaya pakan untuk pembesaran ikan lele sangat tinggi yaitu 70-80% dari ongkos produksi,  sehingga tingginya biaya pakan membuat tipisnya margin keuntungan. Tanaman air jenis Azolla  yang banyak tumbuh liar di sungai dan sumber air dapat dimanfaatkan untuk alternatif pakan  ikan. Selama hidupnya Azolla bersimbiosis mutualisme dengan ganggang hijau biru Anabaena,  yang mampu mengikat nitrogen dari udara. Simbiosis tersebut membuat kandungan protein  Azolla tinggi, sehingga dapat menjadi bahan baku pakan pellet. Tujuan Program pengabdian  masyarakat ini adalah 1. Pengembangan ipteks bagi kelompok mitra; 2. Meningkatkan dan  mengembangkan kemampuan serta keterampilan kelompok mitra dalam teknologi pembuatan  pakan ikan dari pemanfaatan tanaman air Azolla 3. Meningkatkan perekonomian kelompok  mitra dan masyarakat sekitarnya. Metode pendekatan yang dilakukan diantaranya melalui  pendekatan dengan Pemerintah Desa guna mensinergikan kegiatan-kegiatan program  desa khususnya yang berkaitan dengan permasalahan mengatasi tingginya harga pakan,  sosialisasi dan pelatihan, praktek langsung dan pendampingan yang berkelanjutan. Hasil kegiatan  berupa pelatihan teknologi budidaya ikan lele dan pembuatan pakan pellet sendiri; Pendidikan  dan pelatihan manajemen SDM dan keuangan; alih teknologi peralatan produksi tepat guna  menggunakan mesin pembuat pakan pellet yang sederhana; serta penyuluhan dan pendampingan  berkelanjutan.    
TEKNOLOGI PENGOLAHAN TORAKUR (TOMAT RASA KURMA) SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN NILAI EKONOMIS BUAH TOMAT DI DUSUN KAJANG KECAMATAN JUNREJO KOTA BATU Ernawati Ernawati; Hapsari Titi Palupi; Muhammad Nizar

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.286 KB) | DOI: 10.35891/tp.v7i3.514

Abstract

Dusun Kajang terletak di Desa Mojorejo Kecamatan Junrejo Kota Batu memiliki potensi di  bidang pertanian. Tanaman tomat tumbuh subur, bila musim panen maka tomat berlimpah.  harga tomat menjadi menurun drastis, dan mudah mengalami kerusakan. Tomat (Solanum  lycopersicum) merupakan sayuran yang banyak mengandung nutrisi yaitu sumber vitamin A,C,  K, kalium folat, thiamin, niasin, vitamin B6, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.  Dari permasalahan tersebut diberikan alternatif olahan tomat menjadi torakur (tomat rasa  kurma) dan beberapa produk olahan tomat. Metode pelaksanaan adalah mensinergikan  kegiatan-kegiatan dalam program desa; penyuluhan tentang tomat disertai pelatihan proses  pengolahan dan diversifikasi produk olahan tomat; pelatihan dan bimbingan mengenai sanitasi  dan higienis produk; pelatihan manajemen produksi, pemasaran dan keuangan; serta  pendampingan yang berkelanjutan untuk mengajak kelompok mitra melaksanakan proses  produksi. Hasil pelaksanaan program adalah peningkatan kemampuan dan pengetahuan kedua  Mitra yang berasal dari kelompok tani dan Kelompok PKK mengenai tomat, pengolahan tomat  menjadi torakur dan olahan tomat; peningkatan ketrampilan proses pengolahan torakur dan  olahan tomat; mampu memanfaatkan alih alat teknologi tepat guna; peningkatan kemampuan  mitra tentang produksi bersih dan higienis, manajemen usaha dan pemasaran produk.    
PROPORSI PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA DAN LAMA PEREBUSAN TERHADAP KUALITAS PEMPEK IKAN BELUT (Monopterus albus) Moch Roriq; Ernawati Ernawati

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.465 KB) | DOI: 10.35891/tp.v8i1.530

Abstract

Pempek merupakan makanan tradisional, dibuat dari daging ikan giling, tepung tapioka atau tepung sagu, air, garam dan bumbu-bumbu sebagai penambah cita rasa. Ikan belut (Monopterus albus) merupakan ikan yang hidup di area persawahan atau perairan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kualitas pempek ikan belut dengan variasi tepung tapioka dan lama perebusan, serta mengetahui tingkat kesukaan konsumen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 faktor, faktor 1 terdiri dari 3 substan yaitu variasi tepung tapioka dan ikan belut (40:60, 50:50, 60:40) dan faktor 2 adalah lama perebusan (20, 30, 40) menit. Dari 2 faktor tersebut didapat 9 kali percobaan, pengamatan yang dilakukan meliputi uji kimia yaitu kadar protein, lemak dan kadar air, uji organoleptik meliputi rasa, aroma serta tekstur. Analisa data menggunakan analisis ragam ANOVA dengan selang kepercayaan 1%, apabila ditemukan pengaruh terhadap salah satu variabel maka dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil dari penelitian menunjukkan perlakuan terbaik untuk uji kimia terdapat pada sampel A1B1 dengan ketentuan kadar protein 6,49% dan lemak 0,41%, untuk kadar air perlakuan terbaik terdapat pada sampel A1B3. Sedangkan untuk hasil organoleptik perlakuan terbaik terdapat pada sampel A3B3 dengan ketentuan kadar rasa 3,55, aroma 3,60 dan tekstur 3,50.
PENGARUH PEMBERIAN DAPHNIA TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN LARVA LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) Ernawati Ernawati; Rekna Wahyuni

Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.776 KB) | DOI: 10.35891/agx.v4i1.773

Abstract

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan alternatif pakan alami bagi larva lobster air tawar dan diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti dan masyarakat tentang pengaruh pemberian daphnia terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan larva lobster air tawar, sehingga dapat merangsang tumbuhnya usaha budidaya hasil perikanan yang dapat berpeluang untuk menjadi komoditas ekspor unggulan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai kelulushidupan (SR) larva lobster air tawar selama 42 hari masa pemeliharaan yaitu antara 86,67%-90%, berat rata-rata mengalami peningkatan, laju pertumbuhan sesaat (SGR) tidak berpengaruh nyata, sedangkan rasio konversi pakan terbaik adalah perlakuan penambahan daphnia 14% dari berat tubuh. Hasil pengukuran kualitas air pada kisaran suhu 18,33-19,88 OC, oksigen terlarut (DO) 4,73-4,84 mg/l, dan pH 7,12-7,30, sehingga masih layak untuk hidup dan tumbuh larva lobster air tawar.
TEKNIK PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR RED CLAW (Cherax quadricarinatus) DI UNIT PEMBENIHAN BUDIDAYA AIR TAWAR (UPBAT) PUNTEN KOTA BATU JAWA TIMUR Ernawati Ernawati; Chrisbiyantoro Chrisbiyantoro

Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.091 KB) | DOI: 10.35891/agx.v5i2.779

Abstract

Lobster air tawar merupakan salah satu komoditi perikanan yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi terutama protein, mempunyai karakter tidak mudah stress dan tidak mudah terserang penyakit. Asalkan teknik pembenihan, kebutuhan pakan, dan kualitas air terpenuhi maka lobster dapat tumbuh dan berkembang cepat, serta memiliki daya bertelur yang tinggi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui secara langsung teknik pembenihan lobster air tawar di UPBAT Punten Batu. Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data yang terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan observasi yaitu dengan melakukan peninjauan dan pengamatan secara langsung di lapangan sedangkan data sekunder berupa data yang diperoleh dari berbagai literatur yang berkaitan dengan kegiatan pembenihan lobster air tawar. Teknik pembenihan lobster air tawar di UPBAT Punten Batu dilakukan secara intensif dengan kegiatan meliputi : pengadaan dan seleksi induk, pemijahan, pengeraman, pemeliharaan benih, pemberian pakan, pengelolaan dan pengaturan kualitas air, pemanenan, pengemasan dan pemasaran. Produksi benih yang dihasilkan pertahun adalah 12.000 ekor benih dengan Survival Rate (SR) sebesar 80%. Induk yang dipijahkan adalah induk matang gonad berusia 5-6 bulan dengan panjang tubuh 4-5 inci. Hasil rata-rata pengukuran kualitas air di UPBAT adalah suhu berkisar 25- 26 0C, pH antara 7-8 dan DO berkisar 5,2-6 ppm.