Suwarto
Departemen Agronomi Dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University), Jl. Meranti Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia

Published : 27 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Daya Hasil 12 Hibrida Harapan Jagung Manis (Zea maysL. var. saccharata) di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan Hesti Paramita Sari; . Suwarto; Muhamad Syukur
Buletin Agrohorti Vol. 1 No. 1 (2013): Januari 2013
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.904 KB) | DOI: 10.29244/agrob.1.1.14-22

Abstract

The objective of this research was to evaluate yield potential of 12 sweet corn promising hybrids from Plant    Breeding Program (Bogor Agricultural University) and Indonesian Cereals Research Institute colection. This research was conducted at experimental field Indonesian Cereals Research Institute, in Maros, South Sulawesi, from June to August 2011. The genotypes used were : IM-12, IM-13, IM-14, IM-15, IM-16, IM-23, IM-24, IM-25, IM-34, IM-35, IM-45, IM-55, and three comercial varieties i.e. Super Sweet Corn, Sweet Boy, and Talenta. The design of this research was Randomized Complete Block Design with four replications. Data was analyzed with F-test then continued with Dunnett test (α=5%). Selection index was used for choosing the best genotype. Interaction between two factors, i.e. genotype and year, was analyzed with combined variance analysis using primary data from this research and secondary data from last year research (done from April to June 2010). Broad sense heritability was estimated from this two-factors analysis. The result from this research was the sweet corn productivity was not affected by genotype, but affected by genotype and year interaction. On the other hand, total soluble solid was affected by genotype, but not affected by interaction between genotype and year. Among characters evaluated, total soluble solid had highest broad sense heritability. Based on selection index, IM-16 was a promising hybrid and can be developed to be new commercial variety.Keywords: yield trial, sweet corn hybrid, selection index, broad sense heritability
Perubahan Klorofil, Luas Daun Spesifik, dan Efisiensi Penggunaan Cahaya Ubi Kayu pada Sistem Tumpang Sari dengan Jagung . Suwarto
Buletin Agrohorti Vol. 1 No. 1 (2013): Januari 2013
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.922 KB) | DOI: 10.29244/agrob.1.1.135-139

Abstract

This study aims to determine changes in chlorophyll content, specific leaf area (SLA), and light use efficiency (LUE) as a mechanism of physiological and morphological adaptation of cassava intercropped with maize. Cassava variety of Adira 1 has been planted in intercropping with maize varieties of Arjuna, Pioner 4, and Cargill 9 (with a population of 32,000; 48,000; 64,000, and 8,0000 plants ha-1); cassava is planted between rows of maize with a distance of 1 m x 1 m (with a population of 10 000 plants ha-1). As a physiological adaptation mechanism, cassava which is planted intercropping increase light capture for photosynthesis by increasing the content of chlorophyll a and chlorophyll b as well as morphologically with increasing SLA. The average chlorophyll a and b of cassava in intercropping were 2.758 and 1.125 mg g-1, whereas in monoculture were 2.032 and 0.750 mg g-1 or increased respectively 35.73% and 50.00%. SLA of cassava increased from 309.5 cm2g-1 in the monoculture became 406.3 cm2g-1in intercropping (increased by 31.27%). The LUE of cassava at the beginning of growth during intercropping with maize is lower than the monoculture, but after maize is harvestedthe LUE increased so that the average LUE of cassava is the same during the whole periode of growth that is 0.0025 kg MJ-1.Keywords: mechanism, physiological, morphological, adaptation
Pengaturan Jumlah Pelepah untuk Kapasitas Produksi Optimum Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) Ignatius Harry Tri Pambudi; . Suwarto; Sudirman Yahya
Buletin Agrohorti Vol. 4 No. 1 (2016): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.946 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v4i1.15000

Abstract

Pelepah merupakan organ fotosintesis dan transpirasi pada tanaman kelapa sawit. Pengaturan jumlah pelepah belum mempunyai standard yang sesuai dengan kondisi lingkungan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jumlah pelepah optimum yang mendukung produksi tertinggi tanaman kelapa sawit. Percobaan dilaksanakan di kabupaten Siak, Riau dari Februari hingga Juni 2013. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor dengan enam perlakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah mampu meningkatkan bobot TBS/hektar, bobot TBS/pokok dan bobot TBS rata- rata tanaman berumur < 8 tahun, 8 – 13 tahun, > 13 tahun. Perlakuan F (49-56 pada awal musim hujan dan 41-48 pada musim hujan sampai musim kemarau) merupakan perlakuan terbaik dibandingkan perlakuan yang lain.
Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus Pembibitan Radhiya Nur Anwar; . Suwarto
Buletin Agrohorti Vol. 4 No. 1 (2016): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.039 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v4i1.15006

Abstract

Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2014 di kebun dolok merangir Sumatera Utara. Pada tahun 2025 Indonesia menargetkan menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia dengan produksi 3.8-4.0 juta ton tahun-1. Produktivitas karet Indonesia pada tahun 2012 adalah 1 073 kg ha-1. Produktivitas dapat meningkat jika areal tanaman yang saat ini kurang produktif diremajakan menggunakan klon unggul. Pembibitan pada tanaman karet dipengaruhi oleh kegiatan okulasi. Pengamatan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan okulasi. Hasil pengamatan diuji menggunakan analisis data statistika yaitu uji f. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase keberhasilan okulasi lebih tinggi pada kondisi batang bawah yang sedang dorman. Persentase keberhasilan okulasi tertinggi terdapat pada klon PB 260 (86.12%) dengan rata-rata pertumbuhan tunas 12.24 cm bulan-1 dan persentase keberhasilan okulasi terendah yaitu pada klon DMI 35 (48.31%). Waktu yang terbaik untuk melakukan okulasi pada tanaman karet adalah pada pukul 07.00-09.00 WIB karena transpirasi dan intensitas cahaya matahari rendah.
Pemupukan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Menghasilkan di Kebun Sembawa, Sumatera Selatan Fitri Gumayanti; . suwarto
Buletin Agrohorti Vol. 4 No. 2 (2016): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.686 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v4i2.15026

Abstract

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lapangan tentang budi daya tanaman karet, mempelajari pengelolaan pemupukan tanaman karet menghasilkan, dan menganalisis hubungan produksi yang dihasilkan dengan pemupukan yang dilakukan. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kebun Riset Balai Penelitian Sembawa, Sumatera Selatan pada bulan Februari 2014 sampai Juni 2014. Pemupukan merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman karet yang sangat berperan dalam peningkatan produksi karet. Ketepatan pemupukan yang dilakukan di Kebun Riset Balai Penelitian Sembawa lokasi Kebun Sembawa secara umum sudah mengikuti kriteria empat tepat. Analisis data pemupukan dengan data produktivitas yang dihasilkan dengan uji regresi sederhana dan korelasi pada taraf 5% menunjukkan bahwa produktivitas dipengaruhi oleh dosis pupuk yang digunakan dan kedua peubah tersebut mempunyai hubungan keeratan searah.
Manajemen Panen dan Pasca Panen Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) untuk Bahan Baku Industri Tapioka di Lampung Elizabet Sagala; . Suwarto
Buletin Agrohorti Vol. 5 No. 3 (2017): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.464 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v5i3.16486

Abstract

Produksi singkong sebagai bahan baku tapioka masih menghadapi banyak masalah. Ciri produksi rendah dan mudah busuk dari singkong merupakan dua masalah yang harus dipecahkan. Salah satu metode untuk mengatasi masalah ini adalah pengelolaan panen dan panen ubi kayu yang baik. Kegiatan ini mempelajari tentang pemanenan dan pasca panen ubi kayu untuk memasok bahan baku tapioka. Tujuan dari kegiatan ini adalah studi langsung tentang teknik, masalah, dan pemecahan panen dan pasca panen dari singkong. Data primer dan sekunder diambil selama kegiatan penelitian. Data primer diambil dengan observasi langsung dan wawancara di lapangan. Data sekunder diambil dari arsip perusahaan. Kegiatan ini menunjukkan bahwa pengelolaan panen dan pasca panen belum cukup baik, karena di sana ada kekurangan atau singkong, rendahnya keterampilan pemanen, dan singkong busuk di lapangan.
Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Talas Belitung (Xanthosoma sagittifolium (L.)) Laila Wati Krisna Lubis; . Suwarto
Buletin Agrohorti Vol. 6 No. 1 (2018): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.656 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v6i1.17588

Abstract

Jarak tanam dan dosis pupuk kalium yang tepat sangat penting diperhatikan dalam budidaya talas belitung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan produksi talas belitung. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Atas, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Februari sampai Agustus 2016. Rancangan yang digunakan adalah split plot RKLT tiga ulangan. Faktor pertama adalah jarak tanam yang terdiri dari 2 taraf (J1= 1 m x 1 m ; J2= 1 m x 0,5 m) dan faktor kedua adalah dosis pupuk kalium yang terdiri dari 2 taraf (K1= 100 kg ha-1 KCL ; K2= 150 kg ha-1 KCL). Jarak tanam 1 m x 1 m merupakan jarak tanam terbaik untuk pertumbuhan dan produksi talas belitung. Dosis pupuk 150 kg KCL ha-1 merupakan dosis pupuk terbaik untuk pertumbuhan dan produksi talas belitung. Interaksi perlakuan jarak tanam 1 m x 1 m dan dosis pupuk 100 kg ha-1 KCL terbaik untuk pertumbuhan talas belitung.
Pengaruh Pupuk Nitrogen dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Talas Belitung (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Tyas Arumsari; . Suwarto
Buletin Agrohorti Vol. 6 No. 1 (2018): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.721 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v6i1.17591

Abstract

Talas belitung (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat selain beras. Penelitian ini bertujuan mengetahui dosis pupuk nitrogen dan jarak tanam terbaik untuk budi daya talas belitung. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Dramaga, Bogor pada bulan Februari hingga Juni 2016 menggunakan rancangan split plot RKLT dua faktor (jarak tanam sebagai petak utama dan dosis pupuk nitrogen sebagai anak petak) dengan tiga ulangan. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa data, jarak tanam 1 m x 1 m menunjukkan hasil lebih baik terhadap peubah daya tumbuh, jumlah daun hijau, jumlah umbi per tanaman, serta bobot basah umbi per tanaman talas belitung. Perlakuan pupuk nitrogen 100 kg urea ha-1 menunjukkan hasil lebih baik terhadap peubah jumlah daun hijau, tinggi tanaman serta diameter batang talas belitung. Interaksi perlakuan pupuk nitrogen dan jarak tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi talas belitung.
Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat pada Usahatani Terpadu guna Meningkatkan Kesejahteraan Petani dan Keberlanjutan Sistem Pertanian Tati Budiarti; . Suwarto; Istiqlaliyah Muflikhati
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 18 No. 3 (2013): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.188 KB)

Abstract

Agricultural areas in Western Bandung Regency continue to face the threat due to land area reduction. Development of rural community-based agritourism is expected to benefit not only for rural communities but also urban communities to better understand, providing appreciation, as well as being a means of agriculture education. The factors that determine the development of agritourism, integrated farming systems, local institutional patterns, and the existing program would give a formulation of community-based agritourism development model that is oriented to added value and sustainability of agricultural systems. Assessment on sustainability of the communities in Cikahuripan and Cihideung villages in terms of social and spiritual aspects show good values towards sustainability while the ecological aspects requires corrective actions. 
Penentuan Dosis Optimum Pemupukan N, P, dan K pada Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) Ratna Suminar; . Suwarto; Heni Purnamawati
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 22 No. 1 (2017): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.579 KB) | DOI: 10.18343/jipi.22.1.6

Abstract

Development of sorghum processing industries is essential in expanding sorghum market as wells as it’s an economic value. Fertilizer is needed in planting. Nitrogen, phosphorus, and potassium availabilities are the most limiting factors for maximum growth and yield. Sorghum (Numbu Variety) was planted to evaluate the maximum and optimum rates of N, P, and K fertilizers. The research was conducted in Cikarawang field, Darmaga, Bogor from MarchJuly 2015 with multi-nutrient response method. Each experiment evaluated different rates of N, P, and K fertilizer with randomized complete block design and three replications. The fertilizer rates were 0, 50, 100, 150, and 200% of recommendation rate (100% N = 120 kg N ha-1, 100% P = 36 kg P2O5 ha-1, and 100% K = 90 kg K2O ha-1). The result showed relative yields of sorghum increased quadratically based on y = -0,0015x2 + 0,4011x + 67,571 for N, y = -0,0012x2 + 0,2917x + 78,457 for P2O5, and y = -0,001x2 + 0,2777x + 74,457 for K2O. The maximum rate for each nutrient was 160,4-43,7-124,9 kg N-P2O5-K2O ha-1. Fertilizer recommendation based on P threshold (no P) was 36,7-0,0-13,7 kg N-P2O5-K2O ha-1, K threshold (no K) was 22,0-0,0-0,0 kg N-P2O5-K2O ha-1, and no fertilizer needed on N threshold. The optimum rate fertilizer based on the yield vs. cost rule, therefore, the most economical recommendation would be 160,4-43,7-124,9 kg N-P2O5-K2O ha-1.