Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Potensi Minyak Atsiri untuk Mengendalikan Potyvirus pada Tanaman Nilam Maya Mariana; Rita Noveriza
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol 9 No 2 (2013)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.216 KB) | DOI: 10.14692/jfi.9.2.53

Abstract

One of the problems in the cultivation of patchouli is a mosaic disease caused by viruses. The dominant virus causing mosaic disease on patchouli plant belongs to Potyvirus group. Mosaic disease has spread throughout the central patchouli production in Java and Sumatra which can lower the wet herb, dried herb, oil and patchouli alcohol levels. The active contain of essential oils are reported as anti virus such as β - caryphyllene, thymol, carvacrol, caryophyllene oxide, sabinene, linalool, linaly acetate, carvone and geraniol. The research aims to determine the potential and concentration of essential oils that can suppress Potyvirus. The research used essential oil from clove and citronella. Oil was sprayed onto the leaves surface and left for 24 hr, then sap from Potyvirus infected plant was mechanically inoculated. Citronella oil concentration of 1.2 % have less number of lesions compared to the other treatments on the third day after inoculation. The percentage inhibition of citronella oil to Potyvirus on 1.2 % concentration reached 89.78 %. This showed that citronella oil has potential to suppress the development of Potyvirus in patchouli plant.Key words: antiviral, citronella oil, clove, mosaic disease
Kajian Tekno Ekonomi Aplikasi Nano Biopestisida Serai Wangi Untuk Mengendalikan Penyakit Mosaik dan Vektornya serta Potensi Meningkatkan Pendapatan Petani Nilam John Nefri; Rita Noveriza; Dedi Suheryadi; Indria Ukrita
INDONESIAN JOURNAL OF ESSENTIAL OIL Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Institut Atsiri Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.834 KB)

Abstract

Pengendalian virus mosaik dan vektornya dalam budidaya tanaman Nilam merupakan salah satu permasalahan penting bagi banyak petani di Sentra Penanaman Nilam di Indonesia.    Hasil Pengujian efektivitas dosis formula nano biopestisida untuk pengendalian virus mosaik dan vektornya di lapangan yang telah dilakukan Noveriza et al (2017b) sangat memungkinkan terjadinya peningkatan penerimaan/pendapatan para petani Nilam di wilayah sentra tersebut.  Kajian tekno ekonomi ini lebih menitikberatkan pada perbandingan potensi kehilangan penerimaan/pendapatan (potential loss of income) dan analisis kriteria investasi NPV, IRR, Net B/C Ratio, Profitability Ratio, BEP dan Payback Period antara penerapan aplikasi nano biopestisida serai wangi dosis 1%, aplikasi insektisida dengan tanpa aplikasi pada pengendalian virus mosaik dan vektornya dalam budidaya tanaman Nilam.  Penerapan aplikasi nano biopestisida serai wangi dosis 1% menunjukkan bahwa akan terjadi potensi kehilangan penerimaan sebesar  Rp. 21.000.000 per Ha atau 41,29% dan pemakaian insektisida akan menimbulkan potensi kerugian sebesar (Rp. 6.340.000) per Ha atau (12,47%).  Hasil analisis kriteria investasi terhadap penerapan aplikasi nano biopestisida serai wangi dosis 1% dalam pengendalian hama dan penyakit pada budidaya tanaman Nilam dengan umur ekonomi proyek selama 5 tahun menunjukkan bahwa nilai NPV sebesar Rp. 83.448.611,20, IRR 90,41%, Net B/C Ratio 4,71, Profitability Ratio 3,39, BEP pada nilai penerimaan Rp. 76.305.059,31, dan Payback Period selama 1 Tahun 0,74 Bulan. Untuk penerapan aplikasi insektisida dalam pengendalian hama dan penyakit pada budidaya tanaman Nilam dengan umur ekonomi proyek selama 5 tahun menunjukkan bahwa nilai NPV sebesar Rp. 11.903.220,20, IRR 29,89%, Net B/C Ratio 2,05, Profitability Ratio 1,48, BEP pada nilai penerimaan Rp. 108.666.657,94, dan Payback Period selama 2 Tahun 5,29 Bulan.  Sementara itu untuk tanpa aplikasi dalam pengendalian hama dan penyakit pada budidaya tanaman Nilam dengan umur ekonomi proyek selama 5 tahun menunjukkan bahwa nilai NPV sebesar Rp. 39.260.896,73, IRR 65,65%, Net B/C Ratio 3,57, Profitability Ratio 2,57, BEP pada nilai penerimaan Rp. 71.259.820,09  dan Payback Period selama 1 Tahun 4,81 Bulan.
DETEKSI DINI VIRUS MOSAIK PADA BENIH DAN TANAMAN NILAM / Detection of Early Stage of Mosaic Disease on Patchouli Seed and Plant Rita Noveriza; Maya Mariana
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v22n4.2016.182-188

Abstract

Mosaic disease of patchouli plant caused by viruses is one of the main constraints on patchouli oil production. The viruses are transmitted by patchouli seedlings and insect vectors, therefore their spreadings are very quickly and widely found in the center of patchouli plantations in Sumatera, Java, and Sulawesi. Early detection of the viruses in the seedling is a strategic step for controlling the disease. This study aimed to get an early detection technique of mosaic viruses infecting seedlings and patchouli plants by using serological techniques. This research was conducted at the Laboratory of Plant Protection Balittro from February 2015 until April 2016. The serological techniques performed were Tissue Blot Assay Immunobinding (TBIA), Dot Immuno Binding Assay (DIBA) and Enzyme Linked Immuno Assay (ELISA). Samples of the seedlings and patchouli plants showing symptomatic mosaic disease were obtained from nurseries or fields in Bogor, Pandeglang-Banten and Cigombong. A total of 150 samples were tested using the commercial viruses antisera, i.e. Potyvirus, Broad bean wilt virus 1.2; Cucumber mosaic virus [AGDIA-USA] and Anti-Mouse, Rabbit Anti Universal [SIGMA-USA]. The results showed that all the three serological tests used can detect all types of mosaic viruses in infected seedling and patchouli plants with a success rate of 100%. The TBIA and DIBA techniques are faster and easier than ELISA, therefore these techniques are recommended to be used by farmers and patchouli seed producers to prevent the distribution of mosaic viruses.Keywords: P ogostemon cablin, mosaic virus, ELISA, TBIA, DIBA AbstrakPenyakit mosaik yang disebabka n oleh virus merupakan salah satu kendala utama pada produksi minyak nilam. Virus tersebut ditularkan melalui benih nilam dan serangga vektor sehingga penyebarannya sangat cepat dan sudah banyak ditemukan di sentra pertanaman nilam di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Deteksi dini virus pada benih nilam merupakan langkah strategis untuk mengendalikan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik deteksi dini virus penyebab penyakit mosaik pada benih dan tanaman nilam secara serologi, sehingga mudah diaplikasikan oleh petani dan pengguna di lapangan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balittro dari bulan Februari 2015 sampai dengan bulan April 2016. Teknik deteksi secara serologi yang dilakukan adalah Tissue Blot Immunobinding Assay (TBIA), Dot Immuno Binding Assay (DIBA) dan Enzyme Linked Immuno Assay (ELISA). Sampel benih dan tanaman nilam bergejala mosaik diperoleh dari pertanaman atau penangkar benih di Bogor, Pandeglang-Banten dan Cigombong-Kabupaten Bogor. Sebanyak 180 sampel diuji keberadaan virusnya dengan menggunakan antisera komersial, yaitu Potyvirus, Broad bean wilt virus 1.2; Cucumber mosaic virus (AGDIA-USA) dan Anti Mouse, Anti Rabbit Universal (SIGMA-USA). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketiga teknik serologi yang diuji dapat mendeteksi seluruh jenis virus yang menimbulkan gejala mosaik pada benih dan tanaman nilam, dengan tingkat keberhasilan 100%. Teknik deteksi TBIA dan DIBA mosaik lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan ELISA sehingga dapat dianjurkan kepada petani dan penangkar benih nilam untuk mencegah penyebaran virus mosaik, karena lebih cepat dan mudah digunakan.Kata kunci: Pogostemon cablin, virus mosaik, ELISA, TBIA, DIBA
Efektivitas Nanoemulsi Minyak Serai Wangi Terhadap Phytophthora palmivora Butl. Patogen Busuk Buah Kakao Rita Harni; Khaerati Khaerati; Rita Noveriza; Sri Yuliani
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 7, No 3 (2020): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v7n3.2020.p127-136

Abstract

Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora merupakan penyakit utama pada tanaman kakao di seluruh dunia. Pengendalian P. palmivora dapat menggunakan minyak serai wangi karena mengandung bahan aktif sitronella dan geraniol yang bersifat fungisidal. Bahan aktif dari minyak serai wangi mudah menguap sehingga dapat menurunkan keefektifannya. Stabilitas minyak serai wangi dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknologi nano. Tujuan penelitian adalah menganalisis efektivitas formula nanoemulsi minyak serai wangi terhadap Phytophthora palmivora patogen busuk buah kakao. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nanoteknologi Balai Besar Pascapanen, Bogor dan Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Sukabumi, mulai bulan Januari sampai Desember 2015. Formula nanoemulsi minyak serai wangi dibuat secara difusi spontan dan inversi dengan menambahkan pengemulsi Tween 80. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuannya adalah formula nanoemulsi minyak serai wangi (F1, F2, F3, F4, F5) dan kontrol. Konsentrasi formula yang diuji adalah 0,50% pada percobaan in vitro dan 1,00% pada buah kakao. Peubah yang diamati adalah daya hambat formula, bioassay, konsentrasi, dan daya hambat pada buah kakao.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula nanoemulsi minyak serai wangi dapat menghambat pertumbuhan P. palmivora dengan daya hambat 23,11%–77,78% dibandingkan dengan kontrol. Formula terbaik adalah F5 dengan daya hambat 77,78% in vitro dan 31,60% pada buah kakao. Aktivitas nanoemulsi minyak serai wangi memengaruhi laju pertumbuhan jamur, bobot segar dan kering jamur. Untuk aplikasinya pada buah kakao perlu menaikkan konsentrasi agar keefektifannya lebih meningkat.
IDENTIFIKASI MOLEKULER CUCUMBER MOSAIC VIRUS (CMV) ASAL TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin) / Molecular Identification of Cucumber Mosaic Virus Infecting Patchouli (Pogostemon cablin) Miftakhurohmah Miftakhurohmah; I Dewa Nyoman Nyana; Tri Asmira Damayanti; Rita Noveriza
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v23n1.2017.11-17

Abstract

Mosaic disease on Indonesian patchouli associated with infection of TeMV, BBWV2, CymMV and CMV. TeMV, BBWV2 and CymMV has been identified molecularly, while CMV just was detected serologically. The objective of this study was to identify CMV from patchouli by molecular approach based on CP gene nucleotide sequence Leaf samples were collected from three mosaic symptomatic patchouli plants in greenhouse of Balittro. Leaf samples were extracted for the total nucleic acids (RNA + DNA). Nucleic acids were amplified using specific primer for CP gene of CMV by one step RT-PCR technique. The DNA of PCR product with the size of ~ 650 bp was directly sequenced and analyzed for its homology with sequences of CMV isolates extracted from Gene Bank. CMV CP gene from patchouli showed the highest of nucleotide and amino acid sequence similarities, 97,1 and 97,7% respectively, with um Japanese isolates. Phylogenetic tree analysis revealed that CMV from patchouli was closely related with um-Japanese isolate with 100% bootstrap value, and clustered with another CMV isolates in subgroup IB. Since the CMV subgroup I was more virulent than subgroup, it is necessary to increase the awareness of the CMV occurrence in another plant.Key words : homology analysis, phylogeny tree, nucleotides, amino acid AbstrakPenyakit mosaik pada tanaman nilam di Indonesia berasosiasi dengan infeksi Telosma mosaic virus (TeMV), Broad bean wilt virus 2 (BBWV2), Cymbidium mosaic virus (CymMV) dan Cucumber mosaic virus (CMV). TeMV, BBWV2 dan CymMV sudah diidentifikasi secara molekuler, sedangkan CMV baru terdeteksi secara serologi. Karakte risasi molekuler setiap virus diperlukan sebagai salah satu dasar pengambilan tindakan pengendalian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi CMV asal tanaman nilam secara molekuler berdasarkan sekuen nukleotida gen CP. Tiga sampel daun nilam bergejala terinfeksi virus diambil dari koleksi tanaman nilam di rumah kaca Balittro. Sampel daun diekstraksi asam nukleat totalnya  (RNA+DNA). Asam nukleat total diamplifikasi dengan teknik one step reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-CR) menggunakan primer spesifik gen coat protein (CP) CMV. Produk PCR berukuran 650 pb (pasang basa) dirunut sekuen nukleotidanya serta dianalisis homologi dan hubungan filogenetikanya dengan sekuen isolat-isolat CMV yang ada di GenBank. Sekuen nukleotida dan asam amino gen CP CMV asal nilam menunjukkan persentase kemiripan terbesar (97,1 dan 97,7%) dengan isolat um -Jepang. Analisis filogeni menunjukkan bahwa CMV asal nilam berkerabat sangat dekat dengan CMV isolat um-Jepang dengan nilai bootstrap 100%, dan berada dalam satu kelompok dengan isolat-isolat CMV subgrup IB. Keberadaan CMV subgrup IB pada tanaman nilam perlu diwaspadai karena subgrup I lebih virulen dibandingkan subgrup II. Penelitian ini merupakan laporan pertama karakterisasi molekuler CMV nilam, baik di Indonesia maupun di luar negeri, yang dapat digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan tindakan pengendalian.Kata kunci: analisis homologi, pohon filogeni, nukleotida, asam amino
KERAGAMAN GENETIK CUCUMBER MOSAIC VIRUS ASAL TANAMAN TAPAK DARA, NILAM, KARUK, MELATI, DAN KUMIS KUCING NFN Miftakhurohmah; Rita Noveriza; Maya Mariana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 31, No 2 (2020): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v31n2.2020.59-66

Abstract

Cucumber mosaic virus (CMV) symptoms are found in Catharanthus roseus, patchouly (Pogostemon cablin), cubeb (Piper chaba), Jasminum sambac and Java-tea (Orthosiphon aristatus); however, their genetic characterization has not been studied. The study aimed to molecularly characterize the CMV isolates from Catharanthus roseus, patchouly, cubeb, Jasminum sambac and Java-tea. Disease plant samples showing mosaic and yellow mosaic symptoms were collected from Petak Pamer Garden, ISMCRI, Bogor. Molecular characterization was carried out by reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) assay using a specific primer of CMV coat protein gene and DNA sequenced. Sequence analysis was performed using the BLAST, Bioedit, Genedoc, Mega 5 programs. The RT-PCR technique succeeded in amplifying a DNA band measuring 650 bp, according to the prediction of the primary design.  BLAST analyses revealed that all of these CMV isolates belonged to subgroup IB. Nucleotide sequence homology of CMV from C. roseus, patchouly, P. chaba, and J. sambac, were more than 95.00%. Based on the phylogenetic tree, these four isolates were closely related to CMV isolate from Japan (AB070622). Homology of the nucleotide sequence of CMV from Java-tea with the other four isolates was below 95.00%. This isolate clustered with CMV isolate from Indonesia (AB042294) and was separated with another four isolates according to the phylogeny tree. In the amino acid sequence alignment, Java-tea isolates had five different amino acids compared to the other four isolates. This result indicates the possibility of CMV transmission between patchouly, Java-tea, C. roseus and J. sambac, so it must be anticipated to prevent its spread. 
KEEFEKTIFAN FORMULA NANOEMULSI MINYAK SERAI WANGI TERHADAP POTYVIRUS PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN NILAM Rita Noveriza; Maya Mariana; Sri Yuliani
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 28, No 1 (2017): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v28n1.2017.47-56

Abstract

Potyvirus dapat menurunkan produksi terna basah dan kering tanaman nilam mencapai masing-masing 35% dan 41%. Minyak atsiri serai wangi memiliki potensi sebagai antifitoviral dan menekan perkembangan Potyvirus penyebap penyakit mosaik pada tanaman nilam. Kemampuan aktivitas antifitoviral dari minyak atsiri dapat ditingkatkan dengan formulasi nanopartikel, seperti nanoemulsi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan fomula nanoemulsi serai wangi terhadap Potyvirus. Nanoemulsi minyak serai wangi diproduksi secara difusi spontan atau inversi. Formula nanoemulsi minyak serai wangi dan bukan formula nano diuji untuk mengendalikan Potyvirus pada tanaman uji Chenopodium amaranticolor di rumah kaca dengan menggunakan rancangan acak lengkap. Parameter yang diamati adalah persentase penghambatan virus dan jumlah lesio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran droplet partikel formula nanoemulsi serai wangi berkisar antara 70-140 nm, sedangkan ukuran droplet partikel bahan aktif emulsi formula minyak serai wangi berkisar antara 1.740-5.262 nm. Formula serai wangi dan formula nanoemulsi serai wangi mampu menekan perkembangan Potyvirus penyebap penyakit mosaik pada nilam. Persentase penghambatan formula nanoemulsi mencapai 82,5% pada dosis 1-1,5%, lebih tinggi dibandingkan formula minyak serai wangi yaitu lebih kurang 64,92-77,72% pada dosis yang sama. Ini menunjukkan bahwa formula nano emulsi serai wangi berpotensi dan dapat digunakan untuk mengendalikan Potyvirus penyebap mosaik nilam.
IDENTIFIKASI MOLEKULER CUCUMBER MOSAIC VIRUS (CMV) ASAL TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin) / Molecular Identification of Cucumber Mosaic Virus Infecting Patchouli (Pogostemon cablin) Miftakhurohmah Miftakhurohmah; I Dewa Nyoman Nyana; Tri Asmira Damayanti; Rita Noveriza
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v23n1.2017.11-17

Abstract

Mosaic disease on Indonesian patchouli associated with infection of TeMV, BBWV2, CymMV and CMV. TeMV, BBWV2 and CymMV has been identified molecularly, while CMV just was detected serologically. The objective of this study was to identify CMV from patchouli by molecular approach based on CP gene nucleotide sequence Leaf samples were collected from three mosaic symptomatic patchouli plants in greenhouse of Balittro. Leaf samples were extracted for the total nucleic acids (RNA + DNA). Nucleic acids were amplified using specific primer for CP gene of CMV by one step RT-PCR technique. The DNA of PCR product with the size of ~ 650 bp was directly sequenced and analyzed for its homology with sequences of CMV isolates extracted from Gene Bank. CMV CP gene from patchouli showed the highest of nucleotide and amino acid sequence similarities, 97,1 and 97,7% respectively, with um Japanese isolates. Phylogenetic tree analysis revealed that CMV from patchouli was closely related with um-Japanese isolate with 100% bootstrap value, and clustered with another CMV isolates in subgroup IB. Since the CMV subgroup I was more virulent than subgroup, it is necessary to increase the awareness of the CMV occurrence in another plant.Key words : homology analysis, phylogeny tree, nucleotides, amino acid AbstrakPenyakit mosaik pada tanaman nilam di Indonesia berasosiasi dengan infeksi Telosma mosaic virus (TeMV), Broad bean wilt virus 2 (BBWV2), Cymbidium mosaic virus (CymMV) dan Cucumber mosaic virus (CMV). TeMV, BBWV2 dan CymMV sudah diidentifikasi secara molekuler, sedangkan CMV baru terdeteksi secara serologi. Karakte risasi molekuler setiap virus diperlukan sebagai salah satu dasar pengambilan tindakan pengendalian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi CMV asal tanaman nilam secara molekuler berdasarkan sekuen nukleotida gen CP. Tiga sampel daun nilam bergejala terinfeksi virus diambil dari koleksi tanaman nilam di rumah kaca Balittro. Sampel daun diekstraksi asam nukleat totalnya  (RNA+DNA). Asam nukleat total diamplifikasi dengan teknik one step reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-CR) menggunakan primer spesifik gen coat protein (CP) CMV. Produk PCR berukuran 650 pb (pasang basa) dirunut sekuen nukleotidanya serta dianalisis homologi dan hubungan filogenetikanya dengan sekuen isolat-isolat CMV yang ada di GenBank. Sekuen nukleotida dan asam amino gen CP CMV asal nilam menunjukkan persentase kemiripan terbesar (97,1 dan 97,7%) dengan isolat um -Jepang. Analisis filogeni menunjukkan bahwa CMV asal nilam berkerabat sangat dekat dengan CMV isolat um-Jepang dengan nilai bootstrap 100%, dan berada dalam satu kelompok dengan isolat-isolat CMV subgrup IB. Keberadaan CMV subgrup IB pada tanaman nilam perlu diwaspadai karena subgrup I lebih virulen dibandingkan subgrup II. Penelitian ini merupakan laporan pertama karakterisasi molekuler CMV nilam, baik di Indonesia maupun di luar negeri, yang dapat digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan tindakan pengendalian.Kata kunci: analisis homologi, pohon filogeni, nukleotida, asam amino
KERAGAMAN GENETIK CUCUMBER MOSAIC VIRUS ASAL TANAMAN TAPAK DARA, NILAM, KARUK, MELATI, DAN KUMIS KUCING NFN Miftakhurohmah; Rita Noveriza; Maya Mariana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 31, No 2 (2020): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v31n2.2020.59-66

Abstract

Cucumber mosaic virus (CMV) symptoms are found in Catharanthus roseus, patchouly (Pogostemon cablin), cubeb (Piper chaba), Jasminum sambac and Java-tea (Orthosiphon aristatus); however, their genetic characterization has not been studied. The study aimed to molecularly characterize the CMV isolates from Catharanthus roseus, patchouly, cubeb, Jasminum sambac and Java-tea. Disease plant samples showing mosaic and yellow mosaic symptoms were collected from Petak Pamer Garden, ISMCRI, Bogor. Molecular characterization was carried out by reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) assay using a specific primer of CMV coat protein gene and DNA sequenced. Sequence analysis was performed using the BLAST, Bioedit, Genedoc, Mega 5 programs. The RT-PCR technique succeeded in amplifying a DNA band measuring 650 bp, according to the prediction of the primary design.  BLAST analyses revealed that all of these CMV isolates belonged to subgroup IB. Nucleotide sequence homology of CMV from C. roseus, patchouly, P. chaba, and J. sambac, were more than 95.00%. Based on the phylogenetic tree, these four isolates were closely related to CMV isolate from Japan (AB070622). Homology of the nucleotide sequence of CMV from Java-tea with the other four isolates was below 95.00%. This isolate clustered with CMV isolate from Indonesia (AB042294) and was separated with another four isolates according to the phylogeny tree. In the amino acid sequence alignment, Java-tea isolates had five different amino acids compared to the other four isolates. This result indicates the possibility of CMV transmission between patchouly, Java-tea, C. roseus and J. sambac, so it must be anticipated to prevent its spread. 
KEEFEKTIFAN FORMULA NANOEMULSI MINYAK SERAI WANGI TERHADAP POTYVIRUS PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN NILAM Rita Noveriza; Maya Mariana; Sri Yuliani
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 28, No 1 (2017): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v28n1.2017.47-56

Abstract

Potyvirus dapat menurunkan produksi terna basah dan kering tanaman nilam mencapai masing-masing 35% dan 41%. Minyak atsiri serai wangi memiliki potensi sebagai antifitoviral dan menekan perkembangan Potyvirus penyebap penyakit mosaik pada tanaman nilam. Kemampuan aktivitas antifitoviral dari minyak atsiri dapat ditingkatkan dengan formulasi nanopartikel, seperti nanoemulsi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan fomula nanoemulsi serai wangi terhadap Potyvirus. Nanoemulsi minyak serai wangi diproduksi secara difusi spontan atau inversi. Formula nanoemulsi minyak serai wangi dan bukan formula nano diuji untuk mengendalikan Potyvirus pada tanaman uji Chenopodium amaranticolor di rumah kaca dengan menggunakan rancangan acak lengkap. Parameter yang diamati adalah persentase penghambatan virus dan jumlah lesio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran droplet partikel formula nanoemulsi serai wangi berkisar antara 70-140 nm, sedangkan ukuran droplet partikel bahan aktif emulsi formula minyak serai wangi berkisar antara 1.740-5.262 nm. Formula serai wangi dan formula nanoemulsi serai wangi mampu menekan perkembangan Potyvirus penyebap penyakit mosaik pada nilam. Persentase penghambatan formula nanoemulsi mencapai 82,5% pada dosis 1-1,5%, lebih tinggi dibandingkan formula minyak serai wangi yaitu lebih kurang 64,92-77,72% pada dosis yang sama. Ini menunjukkan bahwa formula nano emulsi serai wangi berpotensi dan dapat digunakan untuk mengendalikan Potyvirus penyebap mosaik nilam.