Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Studi Akumulasi Pigmen β-Cryptoxanthin untuk Membentuk Warna Jingga Buah Jeruk di Daerah Tropika Inanpi Hidayati Sumiasih; Taruna Shafa Arzam; Roedhy Poerwanto; Darda Efendi; Andria Agusta; Sri Yuliani
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 2 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.285 KB) | DOI: 10.29244/jhi.9.2.73-83

Abstract

ABSTRACTDegreening is a transformation process on peel which enables it to change color from green to orange on citrus fruits. The orange color of the peel comes from the mixture of carotenoid pigments, such as β-cryptoxanthin and β-citraurin. The pigments contributed in the formation of β-citraurin are β-cryptoxanthin and zeaxanthin. The objectives of this study were (1) to obtain proper degreening temperature in the orange color formation of several citrus varieties, and (2) to identify and determine pigments of β-cryptoxanthin pigment and total chlorophyll content in citrus peel after degreening. This study was conducted at PKHT IPB and LIPI Cibinong from July 2013 to December 2013, and from February 2016 to May 2017. About 100 ppm of ethylene gas was injected into a citrus-containing box using 5 ml syringe, then the box was placed in cool storage at 15 0C, 20 0C and room temperature, for 72 hours. The results showed that the best colors of Keprok Selayar and Keprok Tejakula were obtained by the degreening at 15 0C, in Siam Kintamani it was obtained by degreening at 20 0C. Degreening significantly reduced the total chlorophyll content, and increased β-cryptoxanthin content. The content of β-cryptoxanthin after degreening was 3 folds higher on highland Citrus reticulata than lowland citrus.Keywords: citrus color index, chlorophill, degreening, ethylene, tropical citrusABSTRAKDegreening adalah proses perombakan warna hijau pada kulit jeruk diikuti dengan proses pembentukan warna jingga. Warna jingga adalah campuran antara β-cryptoxanthin dengan β-citraurin. Pigmen yang berkontribusi dalam pembentukan β-citraurin adalah β-cryptoxanthin dan zeaxanthin. Tujuan penelitian ini ialah (1) Mendapatkan suhu degreening yang tepat dalam pembentukan warna jingga pada beberapa varietas jeruk, (2) Identifikasi dan penentuan kadar pigmen β-cryptoxanthin dan kandungan total klorofil pada kulit jeruk setelah degreening. Penelitian ini dilakukan di PKHT IPB dan LIPI Cibinong pada bulan Juli 2013 sampai Desember 2013, dan bulan Februari 2016 sampai Mei 2017. Degreening dilakukan dengan menginjeksikan gas etilen konsentrasi 100 ppm ke dalam wadah tertutup yang berisi jeruk menggunakan syringe 5 ml, kemudian disimpan pada suhu 15 0C, 20 0C dan suhu ruang, selama 72 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna terbaik jeruk Keprok Selayar dan Tejakula diperoleh dengan degreening pada suhu 15 0C, Siam Kintamani diperoleh dengan degreening pada suhu 20 0C. Degreening dapat menurunkan kandungan total klorofil secara tajam, dan terbukti meningkatkan kandungan pigmen β-cryptoxanthin. Kandungan pigmen β-cryptoxanthin setelah degreening 3 kali lebih tinggi pada jeruk keprok dataran tinggi dibandingkan dengan dataran rendah.Kata kunci: citrus color index, degreening, etilen, jeruk tropika, klorofil
Efektivitas Nanoemulsi Minyak Serai Wangi Terhadap Phytophthora palmivora Butl. Patogen Busuk Buah Kakao Rita Harni; Khaerati Khaerati; Rita Noveriza; Sri Yuliani
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 7, No 3 (2020): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v7n3.2020.p127-136

Abstract

Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora merupakan penyakit utama pada tanaman kakao di seluruh dunia. Pengendalian P. palmivora dapat menggunakan minyak serai wangi karena mengandung bahan aktif sitronella dan geraniol yang bersifat fungisidal. Bahan aktif dari minyak serai wangi mudah menguap sehingga dapat menurunkan keefektifannya. Stabilitas minyak serai wangi dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknologi nano. Tujuan penelitian adalah menganalisis efektivitas formula nanoemulsi minyak serai wangi terhadap Phytophthora palmivora patogen busuk buah kakao. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nanoteknologi Balai Besar Pascapanen, Bogor dan Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Sukabumi, mulai bulan Januari sampai Desember 2015. Formula nanoemulsi minyak serai wangi dibuat secara difusi spontan dan inversi dengan menambahkan pengemulsi Tween 80. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuannya adalah formula nanoemulsi minyak serai wangi (F1, F2, F3, F4, F5) dan kontrol. Konsentrasi formula yang diuji adalah 0,50% pada percobaan in vitro dan 1,00% pada buah kakao. Peubah yang diamati adalah daya hambat formula, bioassay, konsentrasi, dan daya hambat pada buah kakao.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula nanoemulsi minyak serai wangi dapat menghambat pertumbuhan P. palmivora dengan daya hambat 23,11%–77,78% dibandingkan dengan kontrol. Formula terbaik adalah F5 dengan daya hambat 77,78% in vitro dan 31,60% pada buah kakao. Aktivitas nanoemulsi minyak serai wangi memengaruhi laju pertumbuhan jamur, bobot segar dan kering jamur. Untuk aplikasinya pada buah kakao perlu menaikkan konsentrasi agar keefektifannya lebih meningkat.
Optimasi formula effervescent berbasis nanoenkapsulat Eucalyptus citriodora Kendri Wahyuningsih; Nausika Estetia Putri Jatmiko; Rohula Utami; Sri Yuliani
AGROINTEK Vol 16, No 3 (2022)
Publisher : Agroindustrial Technology, University of Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrointek.v16i3.12879

Abstract

Eucalyptol (1,8-cineole) compound contained in eucalyptus oil has the potential to inhibit viral infection pathways, as an antimicrobial and as an immunoregulator. Therefore, the development of eucalyptus oil-based effervescent health drinks is urgently needed to relieve the symptoms of being infected a virus during this pandemic. However, the volatility of eucalyptus oil is quite high, so a nano-based encapsulation method is needed to slow release of these volatile compounds. This study aims to obtain the best formula for Eucalyptus citriodora oil-based effervescent granules with controlled release system in nanostructure. The experimental design used was the Taguchi method with 3 replications. The combination of level factors in the optimal formula obtained through the Taguchi loss function optimization method were effervescent materials factor-level 2, lactose/sucralose ratio factor-level 3 and nanoencapsulated/ascorbic acid ratio factor-level 2. The optimal formula was (1) effervescent materials factor: 24% sodium bicarbonate, 12% tartaric acid, 11% citric acid; (2) lactose/sucralose ratio factor: 46.2% / 0.2%; (3) nanoencapsulated/ascorbic acid ratio factor: 4.5% / 2%. The optimal product characteristics were water content of 5.52%, pH of 5.9, dissolving time of 106 seconds, carr's index of 23.56, hausner's ratio of 1.31, and total essential oil content of 0.014mL/4gram. This product can be used as a health drinks (throat lozenges) and immune booster.